Senin 21 Sep 2020 20:12 WIB

Pebisnis Tenun Bikin Masker Kain dan Kantong Belanja

Pebisnis tenun jeli mencari strategi pemasaran dalam menghadapi pandemi.

Model memperagakan busana tenun alor di FX Sudirman, Jakarta, Sabtu (4/7/2020). Pengusaha produk berbahan tenun menemukan aneka cara untuk bertahan saat pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/MUHAMMAD ADIMAJA
Model memperagakan busana tenun alor di FX Sudirman, Jakarta, Sabtu (4/7/2020). Pengusaha produk berbahan tenun menemukan aneka cara untuk bertahan saat pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha produk berbahan tenun mencari strategi untuk menghadapi pandemi Covid-19 dengan menjual barang-barang yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Brand Noesa yang memproduksi barang-barang seperti tali kamera, tali tas, tali kacamata, hingga dompet dari pengrajin tenun di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur kini membuat masker kain yang dibutuhkan untuk beraktivitas sehari-hari.

"Produk-produk kecil (seperti masker) itu muncul di era pandemi. Kami memikirkan apa produk baru lainnya yang bisa diolah," kata Annisa Hendrato, Creative dan Digital Marketing Noesa, di konferensi pers pembukaan "Peningkatan Kompetensi Pelaku Ekonomi Kreatif dalam Pemasaran Digital", Senin.

Baca Juga

Selain masker yang dibuat dari sisa-sisa kain tenun, belakangan Annisa juga membuat tas kain untuk belanja menyusul kebijakan di mana penggunaan kantong plastik di toko-toko dikurangi. Merengkuh pasar yang lebih luas melalui digitalisasi adalah salah satu cara bertahan di tengah pandemi Covid-19.

Berkaca dari pengalamannya, Annisa menuturkan caranya memperkenalkan tenun ikat untuk generasi muda. Ia menyebut, tenun ikat biasanya cuma bisa dinikmati kolektor dan pegiat kain, kurang masuk ke anak muda yang uangnya terbatas.

"Saya ingin anak muda tahu tradisi tenun ikat," tutur dia.

Salah satu kekuatan utama dari berjualan secara langsung di toko fisik atau pameran adalah memberi kesempatan kepada konsumen untuk memegang langsung produk. Tapi dunia digital juga memberi keleluasaan bagi pengusaha untuk berkreasi.

Bukan cuma lewat foto-foto produk yang menarik, Annisa juga menggali cerita di balik kain dan mempersembahkannya dalam bentuk video juga berbagi proses pembuatan agar bisa ditonton para konsumen. Dia menyarankan untuk memulai proses digitalisasi dari platform yang familier agar proses adaptasi lebih mudah.

"Mulai dari hal kecil, misalnya, jualan lewat Whatsapp, kirim foto barang dengan harga dan dimensi (ukuran) kalau bukan jualan makanan," ujar dia memberi kiat.

Jika ingin mencoba menjangkau konsumen lewat media sosial, Annisa menyarankan untuk memulai dengan membuat katalog di Instagram. Dibandingkan beberapa tahun lalu, saat ini pengusaha bisa lebih terbantu dengan majunya teknologi karena semua bisa dilakukan lewat ponsel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement