Senin 21 Sep 2020 18:40 WIB

Kekhawatiran dari Meninggalnya 117 Dokter Akibat Covid-19

IDI minta pembatasan jam kerja agar dokter dibatasi terpapar Covid-19.

Pengendara melintasi videotron penghormatan kepada tenaga medis yang gugur akibat Covid-19 yang terpasang di tiang penyangga lintasan MRT di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta, Jumat (18/9). Keberadaan videotron tersebut diharapkan mampu memberikan kewaspadaan kepada masyarakat terkait ancaman Covid-19 agar selalu menjaga protokol kesehatan saat berada di luar ruangan. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengendara melintasi videotron penghormatan kepada tenaga medis yang gugur akibat Covid-19 yang terpasang di tiang penyangga lintasan MRT di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta, Jumat (18/9). Keberadaan videotron tersebut diharapkan mampu memberikan kewaspadaan kepada masyarakat terkait ancaman Covid-19 agar selalu menjaga protokol kesehatan saat berada di luar ruangan. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sedikitnya 117 dokter meninggal dunia terkait virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) hingga Senin (21/9). Tak hanya terkonfirmasi positif Covid-19, nyawa para tenaga medis ini tidak bisa diselamatkan saat masih berstatus suspek (PDP).

Baca Juga

"Sebanyak 117 dokter di Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19 meski ada sebagian yang berstatus PDP. Tetapi semuanya dirawat/dimakamkan (sesuai standar) Covid-19," ujar Humas PB IDI Halik Malik.

IDI merasakan kekhawatiran besar dari banyaknya dokter dan tenaga medis lain yang meninggal dalam penanganan Covid-19. Kematian para tenaga kesehatan (nakes) ditakutkan mempengaruhi beban layanan kesehatan.

"Kasus kematian tenaga medis, termasuk dokter yang terus bertambah membuat kami khawatir. Sebab beban layanan kesehatan akan bertambah," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi Republika.co.id, Senin (21/9).

Jika nakes menjadi korban maka risikonya pihak yang memberikan perawatan medis pasien Covid-19 semakin berkurang. Karena itu, pihaknya meminta perlindungan pada dokter harus diperkuat.

Mulai dari alat pelindung diri (APD) yang tetap dikontrol dan jika terjadi kekurangan harus didukung penyediaannya. Yang tak kalah penting, dia menambahkan, jam kerja dokter jangan sampai lebih dari enam jam.

IDI tidak ingin dokter merasa kelelahan dan lama berinteraksi dengan pasien dan akhirnya terpapar virus. Artinya, ia menegaskan pembatasan jam kerja ini sebagai upaya untuk menekan kemungkinan tertular virus.

Selain itu, IDI meminta dilakukannya pemeriksaan rutin Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk dokter. IDI pun menyambut baik rencana Satuan Tugas Penanganan Covis-19  yang akan menggelar tes rutin untuk tenaga medis ini. Menurutnya, perlindungan tenaga kesehatan harus lebih diperkuat supaya keselamatan tenaga medis terjaga dan tidak semakin banyak nyawa berjatuhan.

Di satu sisi, IDU juga telah meminta  Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDM) Kesehatan supaya memperkuat perlindungan dokter. Kemenkes diminta melakukan audit masalah ini untuk mencari akar masalah dan mencari solusinya.

"Jadi bukan untuk menyalahkan. Mereka (Kemenkes) juga menanggapi positif dan diharapkan bisa dilakukan segera," ujarnya.

117 dokter yang meninggal terdiri dari 53 orang dokter spesialis, dua dokter residen, dan 62 dokter umum.

Staf Khusus Bidang Pembangunan dan Pembiayaan Kesehatan, Alexander Kaliaga Ginting, menyatakan peningkatan kasus Covid-19 membuat tenaga kesehatan menghadapi risiko beban kerja yang tinggi. Ia memaparkan data, sebanyak 177 dokter di Indonesia positif Covid-19.

Sedangkan jumlah dokter yang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia tercatat sebagai yang tertinggi di Asia.

Dari profesi perawat, Persatuan Perawat Nasional (PPNI) mencatat sebanyak 76 perawat meninggal dunia selama pandemi Covid-19. “Kita harus segera bertransformasi. jika selama ini petugas kesehatan sebagai garda terdepan, kini saatnya mengerahkan seluruh lapisan masyarakat menjadi garda terdepan dalam melawan Covid-19 dengan meningkatkan promosi kesehatan di berbagai media," kata Alexander, Rabu (16/9).

Kematian dokter menyebabkan masyarakat Indonesia berpotensi kehilangan pelayanan dari dokter. Diasumsikan satu orang dokter di Indonesia melayani 2.500 masyarakat.

Maka dengan meninggalnya lebih dari 100 dokter,  300 ribu rakyat Indonesia akan kehilangan pelayanan dari dokter. Begitu juga dengan meninggalnya dokter gigi dan perawat.

"Apalagi dengan meninggalnya dokter spesialis yang saat ini masih dirasakan kurang di Indonesia. Dokter adalah aset bangsa, investasi untuk menghasilkan dokter dan dokter spesialis sangat mahal. Kehilangan dokter tentunya akan dapat berakibat menurunnya kualitas pelayanan bagi Rakyat Indonesia," kata Adib.

Berdasarkan catatan PB IDI jumlah dokter di Indonesia merupakan yang terendah kedua di Asia Tenggara yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Artinya Indonesia hanya memiliki empat dokter untuk melayani 10.000 penduduk.

Untuk rasio dokter spesialis sebesar 0,13 per 1.000 penduduk. Selain itu, distribusi tenaga medis dan tenaga kesehatan juga terkonsentrasi di Jawa dan kota-kota besar.

Hari ini, kasus baru konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia yang dilaporkan melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 hingga pukul 12.00 WIB kembali di atas 4 ribu orang per harinya. Tepatnya 4.176 kasus sehingga totalmenjadi 248.852 kasus.

Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 pasien sembuh per hari ini bertambah 3.470 orang dengan total pasien Covid-19 yang berhasil pulih menjadi 180.797 orang. Sementara untuk kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang meninggal dunia hingga kini bertambah 124 jiwa menjadi 9.677 kematian.

Jumlah kasus positif Covid-19 sebelumnya pernah menyentuh level di atas 4 ribu per harinya pada Sabtu (19/9) sebanyak 4.168 kasus. Penambahan kasus sempat menurun pada hari Ahad (20/9) menjadi 3.989 per hari. Akan tetapi kasus masih bertambah dan kembali berada di atas 4 ribu pada Senin.

Sementara kasus sembuh yang pada Jumat (18/9) telah mampu melampaui jumlah kasus positif per harinya yaitu sebanyak 4.088 pasien sembuh, kini kembali menurun di bawah kasus positif per hari. Selain itu jumlah kasus kematian Covid-19 per hari juga perlahan-lahan meningkat dibandingkan beberapa waktu sebelumnya.

Jumlah tersebut didapatkan dari spesimen yang diperiksa per hari ini sebanyak 27.525 spesimen dengan total 2.950.173 spesimen yang telah diperiksa. Selain itu Satgas Penanganan Covid-19 juga mencatat sebanyak 108.880 orang sebagai suspek Covid-19.

Jumlah kasus baru positif Covid-19 yang meningkat pada hari ini tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah tes, bahkan jumlah tes menurun dibandingkan pemeriksaan spesimen pada Jumat (18/9) yang berjumlah 44.428 spesimen yang diperiksa. Penambahan kasus baru paling banyak hari ini dilaporkan di DKI Jakarta 1.352 kasus, Jawa Barat 680 kasus, Jawa Timur 368 kasus, Jawa Tengah 238 kasus, dan Sumatera Barat 181 kasus.

Penambahan pasien yang sembuh dari Covid-19 paling banyak di Jakarta 1.299 orang, Aceh 376 orang, Jawa Timur 341 orang, dan Jawa Tengah 321 orang. Kasus meninggal paling banyak yang dicatatkan hari ini yaitu DKI Jakarta 29 jiwa, Jawa Timur 25 Jiwa, dan Jawa Tengah 20 jiwa.

Kasus Covid-19 secara kumulatif paling banyak di DKI Jakarta total 63.318 kasus, Jawa Timur 41.076 kasus, dan Jawa Tengah 19.754 kasus. Kasus sembuh kumulatif terbanyak di DKI Jakarta 49.546 orang, Jawa Timur 33.575 orang, dan Jawa Tengah 13.306 orang. Kasus kematian paling banyak terjadi di Jawa Timur 2.990 jiwa, DKI Jakarta 1.570 jiwa, dan Jawa Tengah 1.272 jiwa.

photo
Ventilasi Durasi Jarak - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement