Senin 21 Sep 2020 14:42 WIB

Hilir Sungai Bengawan Solo Diduga Tercemar Logam Berat

Diduga, logam berat yang mencemari berasal dari industri tekstil.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengambil sampel air di bawah Jembatan Sembayat Bungah, Desa Legowo dan Tanjungsari, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik.
Foto: Dok Ecoton
Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengambil sampel air di bawah Jembatan Sembayat Bungah, Desa Legowo dan Tanjungsari, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik.

REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengungkapkan air di hilir Bengawan Solo telah tercemar logam berat. Kesimpulan ini berdasarkan pengambilan sampel air di bawah Jembatan Sembayat Bungah, Desa Legowo dan Tanjungsari, Kecamatan Sidayu, Gresik, pada 13 Agustus lalu.

Bengawan Solo yang berada di wilayah Gresik dikategorikan sebagai air sungai kelas III. Hal ini mengacu pada Perda Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Jatim. Aturan tersebut menetapkan air sungai kelas III sebagai lokasi budidaya perikanan dan tanaman.

Baca Juga

Peneliti Senior Ecoton, Daru Setyorini telah mengukur sejumlah parameter pada kualitas air di Bengawan Solo wilayah Kabupaten Gresik. Hasilnya, air tersebut tidak memenuhi baku mutu  kelas III.

"Sesuai berdasarkan Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang pengendalian pencemaran dan pengelolaan kualitas air,” kata Daru.

Doktor lulusan Universitas Brawijaya (UB) ini menunjukkan parameter yang melebihi baku mutu terdapat pada BOD/Biological Oxigen Demand. Kemudian aspek pH atau kadar keasaman air dan zat padat terlarut (TDS/Total Dissolved Solid). Terlihat pula pada bagian logam berat tembaga, timbal, khrom, nitrit dan khlorin bebas.

Menurut Daru, tiga jenis logam berat (Cu, Pb, Cr) umumnya digunakan dalam industri tekstil dalam mengikat pigmen pewarna. Bengawan Solo sendiri mengalir dari wilayah hulu di Jawa Tengah melewati Sukoharjo dan Solo yang dikenal sebagai kawasan industri tekstil.

"Sehingga patut diduga kuat bahwa polutan logam berat yang ada di hilir (wilayah Gresik) berasal dari industri tekstil,” kata Daru.

Kandungan logam berat di Gresik cukup tinggi sehingga dapat mengancam kelangsungan budidaya perikanan di wilayah Sidayu dan Ujung Pangkah. Kandungan nitrit dam khlorin selain berasal dari sumber limbah domestik, juga berasal dari pupuk. Menurut Daru, pupuk ini banyak digunakan dalam budidaya perikanan.

Hasil penelitian

Berdasarkan aturan, baku mutu air pada aspek BOD/Biological Oxigen Demand harus 6 miligram per liter (mg/L). Sementara temuan di Bengawan Solo wilayah jembatan Sembayat, Legowo dan Tanjungsari masing-masing 6,9 mg/L, 11 mg/L dan 11 mg/L. Aspek zat padat terlarut (TDS/Total Dissolved Solid) pada air sesuai perda setidaknya harus 1.000 mg/L sedangkan temuan di tiga lokasi tersebut antara lain 1.436 mg/L, 5.740 mg/L dan 5.200 mg/L.

Baku mutu tembaga berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2008 harus 0,02 mg/L. Sementara temuan di jembatan Sembayat, Legowo dan Tanjungsari masing-masing 0,06 mg/L, 0,057 mg/L, dan 0,076 mg/L. Kemudian baku mutu timbal setidaknya harus 0,03 mg/L sedangkan temuan di tiga lokasi tersebut, yakni 0,42 mg/L, 0,34 mg/L, dan 0,43 mg/L.

Berdasarkan aturan, pH atau kadar keasaman air perlu berada di angka 6-9. Sementara pH di jembatan Sembayat, Legowo dan Tanjungsari sekitar 1,9, 8 dan 7.

Selanjutnya, temuan kandungan nitrit di tiga lokasi masing-masing 0,1, 0,20 dan 2,1. Angka ini melebihi batasan baku mutu sebesar 0,06 berdasarkan aturan. Untuk batasan kandungan klorin bebas setidaknya harus 0,03 sedangkan temuan di jembatan Sembayat, Legowo dan Tanjungsari sebesar 1,3, 0,1 dan 0,60.

Uji kualitas air telah mengindikasikan banyaknya ion-ion logam berat di dalam air Bengawan Solo. Kadar logam berat terlihat telah melebihi baku mutu di tiga lokasi. Bahkan, kadar khrom/Cr (0,12 mg/L) di daerah pelelangan ikan Tanjungsari, Kecamatan Sidayu ditemukan dua kali lipat dari standar baku mutu air kelas III sebesar 0,05 mg/L.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement