Senin 21 Sep 2020 06:06 WIB
Cerita di Balik Berita

Takut Mati di Atas Heli: Ya Allah Anakku Masih Kecil-Kecil

Wartawan itu kadang sok pahlawan, walau nyawa taruhannya kadang diterjang saja.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Di lokasi aku menyaksikan bangkai heli Shark 02 yang sudah hangus terbakar. Nyaris tak tersisa, hanya besi-besi gosong. Selain menyaksikan bangkai heli, rombongan juga berkeliling desa, memberikan bantuan kepada penduduk yang tertimpa gempa. Kegiatan baru selesai sekitar pukul 16.30 WIB.

Kami bersiap-siap untuk kembali ke Gunungsitoli. Helikopter tak bisa lepas landas berbarengan. Harus satu-satu, dimulai dengan rombongan Pangdam. Heli kami di urutan terakhir. Namun, pemberangkatan ternyata tak bisa cepat. Di langit awan terlihat mulai gelap.

Pilot terlihat gusar. Berkali-kali dia melirik ke jam tangannya. Sudah pukul 17.00 WIB lewat. Langit makin menghitam. Aku tanya ke pilot apakah akan tetap berangkat. Dia mengangguk. “Kita tak bisa menginap di sini."

Pukul 17.30 WIB heli kami baru bisa take-off. Langit sudah makin gelap. Heli terbang lebih rendah daripada saat berangkat tadi. Angin yang kencang membuat heli itu seperti melayang tanpa mesin. Guncangan terjadi berkali-kali.

Semua diam. Aku berupaya membaca surat-surat pendek juz amma yang masih hafal. Tanpa suara. Yang terdengar hanya suara baling-baling dan mesin heli yang sepertinya tersendat-sendat.

Heli rombongan sudah tak terlihat. Rupanya kami jauh tertinggal. Selain take-off paling belakang, heli yang kami tumpangi ini sepertinya juga yang paling jelek. Sepertinya tak bisa terbang terlalu kencang. 

Tiba-tiba aku mencium bau seperti bau bensin. Apa bahan bakarnya bocor? “Bau avtur ya?” kataku bertanya kepada teknisi.

Dia tak menjawab. Hanya memberikan isyarat telunjuk di mulutnya. Yang artinya, jangan bertanya apa-apa.

Hening. Aku lihat reporter dan kamerawan TVRI juga tegang. Semua diam. Aku berupaya membaca surat-surat pendek juz amma yang masih hafal. Tanpa suara. Yang terdengar hanya suara baling-baling dan mesin heli yang sepertinya tersendat-sendat. Di luar butir-butir air tipis mulai turun.

Aku mulai merasakan ketakukan. Takut tiba-tiba heli jatuh dan kami bernasib sama dengan penumpang heli Australia. Aku dengar tadi penyebab jatuhnya Shark 02 antara lain cuaca yang buruk.

Atau, bagaimana kalau heli ini terbakar dan meledak karena kebocoran bahan bakar? Mungkin juga akan menabrak puncak-puncak pohon di bawah kami. Bermacam pikiran buruk berputar di kepalaku.

Gubrak, tiba-tiba heli terguncang keras. Aku spontan berteriak, “Ya Allah. Allahu Akbaar….” Heli seperti oleng tertiup angin kencang.

Aku menutup mata sambil terus berdoa. Mungkin inilah akhir hidupku. Terbayang di mataku istri dan ketiga anak yang masih kecil-kecil di rumah. Air mata pun mulai menetes.

“Ya Allah jangan ambil nyawaku saat ini. Aku masih banyak dosa. Anakku masih kecil-kecil.”

Saat itu aku benar-benar takut mati. Padahal, saat meliput di lingkungan TNI, aku sudah terbiasa naik helilkopter, bahkan yang kondisinya lebih jelek sekalipun. Namun, kali ini aku merasa belum siap mati. Masih merasa banyak dosa dan belum berbuat apa-apa.

Perjalanan sore itu terasa amat panjang dan mencekam. Hujan makin deras. Pandangan ke depan tertutup kabut dan mulai gelap. Aku hanya berani sesekali membuka mata. Berharap cuaca membaik dan segera mendarat di Gunungsitoli.

Doa-doa terus aku panjatkan dalam hati. “Ya Allah jangan matikan aku saat ini."

Tak lama berselang hujan mereda. Pandangan ke depan lebih jelas. Hujan tak lagi turun. Dari atas heli aku sudah melihat lapangan bola tempat kami tadi berangkat. Heli mendarat mulus. Aku menyalami teknisi dan pilot berkali-kali. Mereka berdua tampak tenang-tenang saja.

Segera aku sujud syukur di lapangan. Tak peduli dengan mata orang-orang yang heran memandangi.

Tip melakukan liputan di daerah terpencil

- Jangan berangkat sendiri

- Pastikan lokasinya masih mungkin diakses, baik dengan kendaraan maupun jalan kaki

- Jika memungkinkan, gunakan angkutan untuk sampai ke lokasi

- Fisik mesti prima

- Siapkan bekal makanan cadangan

- Siapkan diri untuk kemungkinan terburuk, misalnya tersesat atau terpaksa menginap

- Bawa baterai cadangan

- Laporkan ke kantor lokasi yang dikunjungi.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement