Jumat 18 Sep 2020 10:19 WIB

Sleman Beri Alasan Masih Buka Tempat Wisata

Pemkab Sleman telah membatalkan rencana penyelenggaraan Sleman Temple Run 2020.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Pengunjung berfoto di salah satu spot Studio Alam Gamplong, Moyudan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (11/7).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pengunjung berfoto di salah satu spot Studio Alam Gamplong, Moyudan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabupaten Sleman sudah diminta hati-hati membuka tempat wisata atau tempat hiburan. Bahkan, banyak pihak-pihak yang mendesak Kabupaten Sleman mau menutup tempat-tempat itu demi cegah munculnya klaster-klaster baru Covid-19.

Sekda Sleman, Harda Kiswaya mengatakan, Pemda DIY memang sudah meminta untuk Kabupaten Sleman hati-hati membuka tempat-tempat tersebut. Ia membenarkan, beberapa masih dibuka, tapi dibatasi jumlah pengunjung dan waktu operasional.

"Lalu, sudah disiapkan sarana dan prasarana. Sebab, tidak mudah membangkitkan keberanian orang-orang untuk beraktivitas kembali," kata Harda, Jumat (18/9).

Ia memberikan contoh penutupan Pasar Cebongan, yang belum lama ini menjadi klaster baru penularan Covid-19 di Kabupaten Sleman. Harda berpendapat, menutup satu saja pasar itu merupakan keputusan yang sangat berat.

"Karena, mungkin setelah dibuka lagi belum tentu pasar yang sempat ditutup itu kembali didatangi orang-orang, yang terpenting, sebelum dibuka (tempat wisata atau tempat hiburan) diuji coba operasional terbatas," ujar Harda.

Menurut Harda, mereka sebelum memutuskan membuka sudah melakukan simulasi dan verifikasi protokol kesehatan. Baik destinasi-destinasi wisata, tempat-tempat usaha yang ada di sekitarnya, serta hotel-hotel yang jadi tempat menginap.

Harda berharap, ketika tempat-tempat itu mampu menerapkan protokol kesehatan, wisatawan mendapatkan rasa aman dan nyaman. Ia menekankan, verifikasi masih pula dilaksanakan kepada destinasi-destinasi wisata dan tempat-tempat usaha.

"Tapi, karena keterbatasan waktu dan personel, verifikasi dilakukan virtual lalu membuat video pernyataan kalau mereka siap terapkan protokol kesehatan," kata Harda.

Sebelumnya, Pemkab Sleman akhirnya membatalkan rencana penyelenggaraan Sleman Temple Run 2020. Gelaran itu sendiri seharusnya diikuti sekitar 560 peserta yang telah mendaftar, dan telah ditunda dua kali dari rencana awal Juli 2020.

Uniknya, pembatalan yang sudah direkomendasikan kepolisian itu sudah sempat mendapat persetujuan dari Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Sleman. Walaupun, diketahui sejak awal ada 560 orang yang akan meramaikan agenda tersebut.

"Secara teknis tidak mungkin ditunda, jadi kalau tidak bisa dilaksanakan dengan berat hati keputusan ditiadakan tahun ini harus diwujudkan, mohon dipahami," ujar Harda.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Sudarningsih menuturkan, kampanye pilkada yang sedang berlangsung turut jadi alasan pembatalan Sleman Temple Run 2020. Lalu, mengingat masih tingginya kasus Covid-19 di Kabupaten Sleman.

"Kita tidak berani mengambil resiko terlalu besar karena pesertanya pelari-pelari dari berbagai daerah, dari berbagai zona-zona Covid-19," kata Ning.

Ning menekankan, pelaksana sudah mempersiapkan protokol kesehatan semaksimal mungkin, tapi tetap ikuti arahan Pemkab Sleman. Dibatalkan cegah klaster-klaster baru, ia menekankan, Sleman Temple Run akan kembali pada 2021.

Setelah Sleman Temple Run, ada Tour de Merapi yang rencananya akan digelar jelang akhir tahun di Kabupaten Sleman. Walau belum diputuskan, Ning merasa, agenda itu masih mungkin diadakan karena tidak memiliki konsep kompetisi.

"Mungkin tidak diselenggarakan serentak, untuk fun mungkin bisa, beda kalau untuk senang-senang, lebih mudah mengelola. Secara teknis kita siapkan, dan kalau memang diperkenankan akan diselenggarakan," ujar Ning. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement