Kamis 17 Sep 2020 19:48 WIB

Pabrik Biofarmasi China Bocor, Ribuan Orang Kena Bakteri

Sebannyak 3.245 orang terjangkit penyakit brucellosis akibat bocornya pabrik.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Bakteri
Foto: pixabay
Ilustrasi Bakteri

REPUBLIKA.CO.ID, LANZHOU -- Ribuan orang di bagian barat laut China telah dites positif mengidap penyakit bakteri. Kondisi ini muncul karena wabah yang disebabkan oleh kebocoran di sebuah perusahaan biofarmasi tahun lalu.

Komisi Kesehatan Lanzhou, ibu kota provinsi Gansu, memastikan 3.245 orang terjangkit penyakit brucellosis. Penyakit ini sering kali disebabkan oleh kontak dengan hewan ternak yang membawa bakteri brucella.

Baca Juga

Sebanyak 1.401 orang lainnya telah dites sebagai awalan positif, meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Secara total, pihak berwenang telah menguji 21.847 orang dari 2,9 juta penduduk kota.

Seperti dilansir CNN, Kamis (17/4), Komisi Kesehatan Lanzhou juga mengumumkan bahwa 11 rumah sakit umum akan memberikan pemeriksaan rutin dan gratis bagi pasien yang terinfeksi. Laporan tersebut tidak memberikan rincian tambahan tentang kompensasi untuk pasien, kecuali akan diluncurkan secara bertahap mulai Oktober.

Wabah ini, menurut Komisi Kesehatan Lanzhou, berasal dari kebocoran di pabrik farmasi biologis Zhongmu Lanzhou, yang terjadi antara akhir Juli hingga akhir Agustus tahun lalu. Saat memproduksi vaksin Brucella untuk hewan, pabrik menggunakan disinfektan dan pembersih kadaluwarsa, artinya tidak semua bakteri dibasmi dalam limbah gas.

Gas limbah yang terkontaminasi ini membentuk aerosol yang mengandung bakteri dan bocor ke udara, terbawa angin ke Institut Penelitian Hewan Lanzhou, tempat wabah pertama kali melanda. Orang-orang di institut tersebut mulai melaporkan infeksi pada November, dan setelah itu dengan cepat meningkat.

Laporan kantor berita pemerintah China Xinhua, setidaknya 181 orang di institut itu telah terinfeksi brucellosis pada akhir Desember. Pasien yang terinfeksi lainnya termasuk mahasiswa dan anggota fakultas Universitas Lanzhou.

Selain di Lanzhou, wabah itu bahkan menyebar ke provinsi Heilongjiang, di ujung paling timur laut Cina. Sebanyak 13 kasus positif ditemukan pada pekerja di lembaga dokter hewan pada Agustus.

Beberapa bulan setelah wabah, pejabat provinsi dan kota meluncurkan penyelidikan kebocoran di pabrik. Pada Januari, pihak berwenang telah mencabut izin produksi vaksin untuk pabrik tersebut dan mencabut nomor persetujuan produk untuk dua vaksin Brucellosis.

Sebanyak tujuh nomor pengesahan produk obat hewan juga dibatalkan di pabrik yang mengalami kebocoran tersebut. Pada Februari, pabrik mengeluarkan permintaan maaf publik dan mengatakan telah menghukum berat delapan orang yang dianggap bertanggung jawab atas insiden tersebut. 

Pabrik menyatakan pihaknya akan bekerja sama dengan otoritas lokal dalam upaya tanggapan dan pembersihan, dan berkontribusi pada program kompensasi bagi mereka yang terkena dampak.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, menyatakan, penyakit yang juga dikenal sebagai demam Malta atau demam Mediterania ini dapat menyebabkan banyak gejala, termasuk sakit kepala, nyeri otot, demam, dan kelelahan. Meskipun gejala ini mungkin mereda, beberapa gejala bisa menjadi kronis atau tidak pernah hilang, seperti radang sendi atau pembengkakan pada organ tertentu.

Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang terjadi. Sebaliknya, kebanyakan orang terinfeksi dengan makan makanan yang terkontaminasi atau menghirup bakteri yang terjadi di Lanzhou.

Brucellosis merupakan penyakit umum di China pada 1980-an, meskipun terus  menurun dengan munculnya vaksin dan pencegahan serta pengendalian penyakit yang lebih baik. Namun, wabah brucellosis kembali muncul di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir.

Salah satu yang menarik perhatian adalah wabah di Bosnia yang menginfeksi sekitar 1.000 orang pada 2008. Hal itu mendorong pemusnahan domba dan ternak lain yang terinfeksi. Di AS, brucellosis telah merugikan pemerintah federal dan industri peternakan miliaran dolar. Sekitar 60 persen bison betina di Taman Nasional Yellowstone membawa bakteri tersebut.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement