Jumat 18 Sep 2020 05:54 WIB

Jalan Berliku Kehidupan Enes Kanter

Kanter pun mengaku tak alami kesulitan menjalani kewajibannya shalat lima waktu.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
 Pebasket penyerang tengah dari club OKC Thunder Enes Kanter saat melakukan meet and greet di Britama Arena, Jakarta, Kamis (18/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Pebasket penyerang tengah dari club OKC Thunder Enes Kanter saat melakukan meet and greet di Britama Arena, Jakarta, Kamis (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Enes Kanter bukan atlet basket biasa. Pemain asal Turki itu kini tengah berjuang membawa Boston Celtics meraih title NBA. Gelar bergengsi yang begitu diidamkannya sebagai pebasket professional. 

Pebasket yang pernah ke Indonesia itu disebut-sebut sebagai salah satu pemain tersukses di NBA. Seperti dikutip successStroy, Kamis (17/9), Kanter yang berposisi sebagai pemain tengah dan mempunyai tinggi 2,11 meter juga pernah menjadi pemain dengan bayaran tertinggi di NBA. Sebelum memperkuat Celtics, ia pernah membela beberapa klub NBA seperti Utah Jazz dan Oklahoma City Thunder.

Baca Juga

Kanter lahir di Zurich, Swiss, pada 20 Mei 1992. Mehmet, ayah Kanter adalah seorang professor Histologi di Universitas Trakya. Sebelum pindah ke Amerika Serikat pada 2009, Kanter biasa bermain bola basket untuk sekolahnya. Dia juga bermain sekitar Sembilan pertandingan di Liga Euro dan Liga Bola Basket Turki.

Olympiacos dan Fenerbahce sempat menawarkan kontrak profesional kepada Kanter namun ia menolak karena ingin bermain basket di Perguruan Tinggu di AS. Pondasi sebagai pemain top NBA pun dimulai ketika dia berusia 14 tahun. Saat itu, ia belajar di Stoneridge Preparatory School, California. Dia bermain basket untuk tim sekolahnya dan mencatatkan 13 rebound serta 34 poin.

Pada 2009 dia menyatakan akan bermain dengan Washington Huskies namun kemudian dia justru menandatangani kontrak dengan Kentucky Wildcats. Belum berusia 25 tahun, Kanter sudah dinilai oleh banyak media sebagai pebasket tersukses dalam sejarah NBA. Saat itu, popularitasnya pun meningkat tajam di hari penggemar basket Paman Sam.

Pada NBA musim 2011/2012 dia menjadi rookie bersama Utah Jazz. Bersama Jazz pemain 28 tahun itu berakhir pada 2015 karena bergabung dengan Oklahoma City Thunder. Ia membukukan double-double dengan 10 poin dan 13 rebound dalam laga debutnya bersama Thunder serta mampu membawa kemenangan untuk timnya atas Charlotte Hornets.

Dia kemudian memperkuat New York Knick di tahun 2017 dan saat ini berseragam Boston Celtic. Kehidupan pribadi Kanter lekat dengan Underkanter dimana dia suka menonton gulat. Ia juga suka menonton TV dengan Spongebob Squarepants sebagai acara favoritnya.

Bermain pingpong, bermain gim serta nongkrong dengan teman-temannya adalah hobinya. Ia mengatakan jika tak menjadi pebasket mungkin akan menjadi astronot. Perawakannya ceria membuat orang yang berjumpa dengannya senang.

Sebagai Muslim, Kanter mengaku terus berupaya menjalani kewajibannya. Sejak kecil, ia mulai berpuasa hingga menjadi pemain top seperti sekarang. Kanter mencoba untuk berpuasasaat bermain di NBA. Sempat pula, ia bertanya kepada seniornya Hakeem Olajuwon seperti apa tips berpuasa Ramadhan saat bermain regular di NBA.

"Tentu saja, setiap hari kami diwajibkan untuk beribadah. Jadwal NBA juga sangat padat karena banyak berisi latihan, pertemuan, berpergian, menonton pertandingan. Sungguh sulit namun tetap memungkinkan. Hal yang sama berlaku untuk puasa. Saya puasa ketika saya bermain, namun saya harus memastikan bahwa saya menjalani gaya hidup yang sehat di saat bersamaan," kata Kanter dikutip dari The Undefeated.

Kanter pun mengaku tak alami kesulitan menjalani kewajibannya shalat lima waktu. "Saya harus salat lima waktu jadi Knicks memberikan saya ruang di tempat latihan di Madison Square Garden. Saya harus makan makanan halal jadi mereka membuatkan makanan khusus," Kata Kanter sewaktu masih membela New York Knicks.

Pada tahun 2019 lalu, beredar sebuah video yang menampilkan Kanter bersama rekannya kala itu, Tacko Fall melatunkan surat Yasin di sebuah mobil. Video tersebut menjadi viral dan mendapat apresiasi dari netizen. 

Terlepas dari kontroversinya terkait dengan negeri kelahirannya, Kanter mengaku hanya ingin sebagai sosok  aktifis prodemokrasi. Ia berpikir yang dilakukannya bukan hanya tentang keluarganya tapi keluarga lain di Turki. “Apa yang saya coba lakukan jauh lebih besar dari keluarga saya,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement