Jumat 18 Sep 2020 05:46 WIB

Kontroversi Jersey Ketiga

Jersey ketiga memang bukan barang baru dalam sepak bola.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Agung Sasongko
 Reaksi Paul Pogba dari Manchester United.
Foto: EPA-EFE/SASCHA STEINBACH
Reaksi Paul Pogba dari Manchester United.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Belakangan jersi ketiga klub elit Eropa kerap menjadi buah bibir. Desainnya yang ‘nyeleneh” dan warna mencolok dikeluhkan para fan. 

Faktanya, Jersi ketiga memang bukan barang baru dalam sepak bola. Jersi ketiga sudah ada sejak tahun 1930-an. Aturan FA menyebutkan jika ada bentrokan jersey di final atau semifinal, kedua tim harus mengganti jersey, kecuali disepakati dengan cara yang bijak. Sehingga kadang menggunakan jersey ketiga memang tidak dapat dihindari.

Baca Juga

Manchester United misalnya, mengenakan jersey ketiga warna biru untuk Piala Eropa (sekarang Liga Champions) lawan Benfica pada 1968, dan final Piala FA lawan Blackpool pada 1948. Terbaru, pada 8 September lalu jersi ketiga diumumkan, fan langsung memberikan respons lewat media sosial. 

Mereka sempat menyamakan jersey ketiga United ini mirip baju tahanan, karena warnanya yang hitam putih dengan corak garis-garis. Sementara fan lain juga menyebut jersi ketiga klub yang sudah 20 kali juara Liga Inggris itu mirip pola zebra.

"Jersey terburuk dalam sejarah," tulis komentar salah seorang netizen.

Rival sekota MU, yaitu Manchester City, juga tak luput dari kritikan. Desain jersi ketiga the Citizens untuk musim 2020/21 yang dibuat Puma, dituding hasil jiplakan dari Umbro Pretty Green.  Jika disandingkan, kedua jersey ini sama menggunakan corak paisley atau keong. Umbro merilis jersey ini pada November 2019. 

Namun, City mengklaim tak mungkin mencuri desain, karena saat Umbro merilis jersi mereka Puma sudah selesai membuat desain. Selain itu, butuh waktu 18 bulan bagi klub besar seperti City, untuk menyelesaikan desain jersi sebelum diluncurkan.

Musim lalu, Chelsea dihujat fan karena desain jersi ketiga. Jersey dengan kerah warna orange, dan didominasi oleh strip hitam, terinspirasi dari jersey tandang ikonik klub pada 1994 dan 1996. Jersey itu juga memasukan unsur Nike Futura retro, serta strip hitam dan putih di leher. Fan sebenarnya hanya protes bagian kerah orange-nya saja. 

''Jika bukan karena kerah itu, itu akan jadi jersey terbaik di liga,'' kata salah seorang fan, dikutip dari the Sun

Memang desain jersi ketiga ini lebih banyak dikritik ketimbang dipuji. Seringkali pabrikan membuat jersey ketiga dengan warna atau desain yang hanya punya sedikit atau sama sekali tidak ada hubungannya dengan klub. 

''Kami memiliki lebih banyak kebebasan terkait jersey ketiga, karena tak terlalu mengikuti tradisi atau ekspektasi,'' kata Florian Alt, Direktur Komunikasi Senior untuk Adidas Sepak Bola, dikutip dari //Soccerbible//, Kamis (17/9).

Florian mengaku, kalau kebebasan itu tak selalu berarti buruk. Sebab Adidas bisa memperkenalkan beberapa inovasi nyata dalam desain dan teknologi, yang bisa dirasakan oleh para penggemar klub. 

Pada musim 2016/17, kata dia,  Adidas membuat Creator Studio Initiative. Program ini memberikan kesempatan bagi suporter Man United, Real Madrid, Bayern Muenchen, Juventus, AC Milan dan Flamengo, atau siapapun membuat desain jersey ketiga. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement