Rabu 16 Sep 2020 12:44 WIB

Tantangan Implementasi 5G di Indonesia

Jaringan 5G bisa 100 kali lebih cepat dibandingkan 4G.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
5G
5G

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Internet of Things di 2019 menyebut kesiapan Indonesia untuk menyambut era 5G sudah mencapai 65 persen. Ini setara dengan 175 juta penduduk di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Internet of Things Indonesia Teguh Prasetya mengungkapkan, kunci kesuksesan penerapan 5G di Indonesia juga tergantung pada kolaborasi yang baik antara pemerintah sebagai regulator dengan para perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, termasuk dengan para konsumennya.

Baca Juga

Saat ini, menurut Teguh, ada beberapa tantangan yang dialami Indonesia dalam implementasi 5G. Pertama adalah regulasi yang terkait dengan di frequency band mana jaringan 5G akan diimplementasikan.

"Ini tentunya masih dijajaki dan masih ditata oleh pemerintah," kata Teguh.

Kedua, model penyelenggarannya. Apakah semua operator akan menggelar jaringan 5G atau hanya beberapa operator yang menggelar jaringan 5G sementara yang lain bisa melakukan sharing resource. Lalu, lokasi penyelenggaraan jaringan 5G.

Ketiga, ekosistem pendukung jaringan 5G, se perti perangkat, platform, aplikasi, hingga ke kon ten. "Kemudian, isu berikutnya terhadap industri, seperti apa lokal produksinya, kemudian TKDNnya. Kalau itu perlu TKDN dan standar nasional Indonesianya seperti apa kalau itu diperlukan," ujar Teguh.

Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah penyiapan sumber daya manusia (SDM) untuk semua lini, seperti mendukung industri perangkat, industri platform, jaringan, aplikasi, dan kon ten yang terkait dengan 5G. Penyiapan SDM ini ter kait dengan kompetensi, model pen didikan, sertifi kasi, dan kurikulum.

Teguh mengatakan, Aso siasi Internet of Things Indonesia harus mengetahui aplikasi apa yang dibutuhkan untuk Indonesia. Karena Indonesia memiliki daerah yang tersebar, seperti daerah perkotaan, pedesaan, rural area, bahkan perbatasan, juga untuk kawasan industri atau area-area perkebunan.

Menurutnya, dengan adanya 5G, tentunya IoT untuk smart city akan semakin mudah diimplemen tasikan. Contohnya, kalau tadinya hanya untuk mengatur lampu lalu lintas, dengan adanya 5G, lalu lintas manajemen parkir dan sebagainya bisa terintegrasi satu sama lain.

Begitu juga dengan smart home. Jika tadinya sensor tersebut berjalan masing-masing, dengan adanya 5G tentunya bisa diintegrasikan semuanya. Contohnya, bagian hiburan, keamanan, daya, hingga sistem pemanas disesuaikan dengan kondisi yang ada di sekelilingnya. Jadi, dengan begitu, Teguh melanjutkan, akan menjadi com perehensive smart home management.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement