Rabu 16 Sep 2020 07:25 WIB

Benarkah Olahraga tak Bisa Redakan Stres Pandemi?

Olahraga sering direkomendasikan untuk melawan stres dan kecemasan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Olahraga sering direkomendasikan untuk melawan stres dan kecemasan (Foto: ilustrasi olahraga)
Foto: www.freepik.com
Olahraga sering direkomendasikan untuk melawan stres dan kecemasan (Foto: ilustrasi olahraga)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga seringkali direkomendasikan untuk melawan stres dan kecemasan. Namun, olahraga tampak tak membawa perubahan untuk stres dan kecemasan terkait pandemi.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru dalam jurnal PLOS One. Studi ini melibatkan lebih dari 900 pasang saudara kembar identik dan kembar fraternal dengan jenis kelamin yang sama di Washington. Data dari para partisipan dikumpulkan di masa-masa awal pandemi Covid-19 terjadi.

Baca Juga

Sekitar 42 persen partisipan mengungkapkan tingkat aktivitas fisik mereka menurun selama anjuran diam di rumah berlaku. Sekitar 27 persen mengatakan tingkat aktivitas fisik mereka justru meningkat, dan 31 persen partisipan mengungkapkan tak ada perubahan dalam tingkat aktivitas fisik mereka.

Kadar stres dan kecemasan pada partisipan dengan tingkat aktivitas yang menurun tampak mengalami peningkatan. Hasil ini sudah diduga oleh tim peneliti.

Namun yang mengejutkan adalah kadar stres dan kecemasan juga tampak meningkat pada partisipan dengan tingkat aktivitas fisik yang meningkat.

"Tentu saja, ornag yang tidak berolahraga tahu bahwa ada hubungan (tak berolahraga) dengan kondisi kesehatan mental, namun orang-orang yang meningkatkan olahraga mereka juga melaporkan peningkatan kecemasan dan stres," jelas peneliti sekaligus profesor dari Washington State University College of Medicine di Spokane Glen Duncan, seperti dilansir WebMD, Rabu (16/9).

Tim peneliti mengungkapkan hubungan antara aktivitas fisik dan stres di masa pandemi ini dibingungkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Alasannya, tingkat stres terlihat sama pada pasangan saudara kembar, di mana salah satunya mengalami penurunan aktivitas fisik dan yang lainnya tidak mengalami penurunan aktivitas fisik.

"Bukan berarti olahraga tak membantu Anda untuk mengelola stres secara pribadi, tetapi ada sesuatu yang berkenaan dengan genetik dan lingkungan yang menghubungkan keduanya," ujar Duncan.

Untuk sementara, tim peneliti menyimpulkan bahwa penurunan dan peningkatan aktivitas fisik tak memberikan banyak dampak untuk mengelola stres dan kecemasan dalam jangka pendek. Akan tetapi, tim peneliti menilai pola aktivitas fisik mungkin akan membuat perubahan pada stres dan kecemasan setelah dilakukan selama beberapa bulan. Oleh karena itu, tim peneliti berencana untuk terus memantau para pasangan saudara kembar yang menjadi partisipan dalam studi ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement