Selasa 15 Sep 2020 22:57 WIB

Keresahan Abu Darda Jika Tinggi Ilmunya Jadi Bahan Hisab

Abu Darda terkenal soal keilmuwannya.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Keresahan Abu Darda Jika Tinggi Ilmunya Jadi Bahan Hisab . Foto ilustrasi: Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Keresahan Abu Darda Jika Tinggi Ilmunya Jadi Bahan Hisab . Foto ilustrasi: Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sahabat Rasulullah yakni Abu Darda terkenal dalam ihwal keilmuannya. Namun ia resah bila ilmunya itu menjadi penyebab ia masuk jahanam karena kurang pengamalan, baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Di akhirat ilmu tanpa amal pasti akan dihisab dan celaka jika hisab itu memberatkan pemiliknya.

Abu Darda mengungkapkan keresahan hatinya, bahwa yang paling ia takuti pada hari kiamat adalah ketika ia mendapat pertanyaan.  "Wahai Abu Darda engkau telah banyak memiliki ilmu. Bagaimana engkau mengamalkan ilmumu?"

Baca Juga

Abu Darda juga kata Ibnu Qayyim dalam kitabnya 'Terapi Penyakit Hati' menyampaikan kecemasan, sekiranya kalian mengetahui apa yang kalian jumpai setelah mati, tentu kalian tidak akan makan atas dasar nafsu, makan minum atas dasar nafsu, tidak akan memasuki sebuah rumah tempat kalian bernaung.

"Kalian akan keluar ke halaman, kalian memukul dada kalian, kalian menangis menangis diri kalian sendiri," katanya.

Maka dari itulah Abu Darda berkata lagi. "Aku ingin menjadi sebatang pohon yang diambil daunnya lalu dimakan atau dijadikan makanan ternak."

Mendengar itu Abdullah bin Abbas melihat bekas air mata di bawah mata Abu Darda.

Selain Abu Darda yang takut akan hari akhir juga disampaikan Abu Dzar. Ia mengungkapkan perenungannya dalam hal ini.

"Seandainya aku menjadi sebatang pohon yang dipangkas daun-daunnya untuk makanan ternak. Andai Aku tidak diciptakan."

Saat ditawarkan sumber nafkah kepadanya, ia berkata "Atau tidak ingin memiliki seekor kambing untuk diperah susunya dan kaledai-keledak untuk dikendarai atau budak untuk dibebaskan untuk membantu atau kelebihan pakaian. Aku takut pada perhitungantentang itu semua."

Tamim ad-Dari membaca surah al-Jatsiyah pada suatu malam setelah sampai pada ayat 21 ia membacanya berulang-ulang dengan menangis hingga pagi. Ayat 21 itu artinya.

"Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami menjadikan mereka sebagai orang-orang yang beriman dan beramal sholeh?"

Abu Ubaidah bin Jarrah berkata, "lebih baik aku menjadi kambing disembelih oleh keluargaku, aku dimakan dan kuahnya diseruput."

Bukhari bercerita dalam shahihnya tentang kekhawatiran orang-orang yang beriman akan hilang dan amalannya secara sia-sia, sementara mereka tidak merasa.

 Ibrahim Taimi berkata, "Aku tidak mendahulukan perkataan daripada amal kecuali aku menjadi pendusta."

Ibnu Abi Mulaikah berkata, "Semasa hidup aku telah menjumpai 30 sahabat nabi. Semuanya takut akan nifaq. Tidak seorang pun di antara mereka yang berkata sesungguhnya aku berada pada tingkatan keimanan Jibril dan Mikail."

Hasan berkata, "Tidak takut kepada Allah kecuali orang yang beriman. Dan tidak merasa aman bagi orang yang munafik."

Suatu ketika Umar bin Khattab berkata kepada Hudzaifah, "Demi Allah aku bertanya kepadamu untuk mendapatkan penjelasan. Apa yang dikatakan Rasulullah padamu mengenai diriku "?

Di sini Umar mhawatir kalau-kalau ia dikatakan sebagai golongan orang munafik. Hudzaifah menjawab tidak dan aku tidak menyucikan seseorang sesudahmu."

Ibnu Taimiyah menjelaskan perkataan Huzaifah di atas, menurutnya, perkataan di atas tidak menutup orang lain untuk menjadi insan yang bersih (suci). Maksud sebenarnya, ketika bertanya kepada Rasulullah mengenai kesucian dirinya, seorang mengakui bahwa dirinya tidak suci.

Lebih lanjut, Ibnu Taimiyah mengilustrasikan hal itu dengan peristiwa yang pernah terjadi. Ketika Umar memohon agar didoakan oleh Nabi sebagai golongan yang termasuk dalam 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab beliau menjawab.

"Engkau telah didahului oleh Ukasyah!"

Jawab nabi tersebut bukan berartiyang lebih berhak daripada sahabat yang lain. Kalau nabi mendoakan Umar, tentu akan banyak orang yang minta didoakan pula. Padahal mereka barangkali tidak berhak untuk menjadi golongan 70 orang tadi.

"Maka menaham diri adalah lebih baik yakni tidak gampang mendoakan. Wallahu a'lam  bi ash shawab."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement