Selasa 15 Sep 2020 17:34 WIB

Wisudawati S3 Terbaik UMM Angkat Penelitian PAI Inklusif

Pemerintah saat ini sudah mulai menggalakkan program tentang pendidikan inklusif.

Rep: wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Rizka Harfiani, dalam gelaran wisuda luring Periode II Tahun 2020 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dikukuhkan sebagai wisudawati terbaik jenjang Doktor (S3).
Foto: Humas UMM
Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Rizka Harfiani, dalam gelaran wisuda luring Periode II Tahun 2020 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dikukuhkan sebagai wisudawati terbaik jenjang Doktor (S3).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Rizka Harfiani, dalam gelaran wisuda luring Periode II Tahun 2020 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dikukuhkan sebagai wisudawati terbaik jenjang Doktor (S3), Selasa (15/9). Ia lulus dengan raihan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,82. 

Dalam disertasinya, Rizka mengusung penelitian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Inklusif. Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya permasalahan pembelajaran PAI inklusif pada anak usia dini. Masalah ini dilihat dari aspek guru, orangtua, manajemen sekolah, masyarakat maupun pemerintah.

Paradigma penelitian Rizka menggunakan interpretatif dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Penelitiannya bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pembelajaran PAI inklusif di RA An-Nahl Jakarta. "Meliputi perencanaan, implementasi, evaluasi pembelajaran PAI, layanan pendidikan khusus, serta mengetahui permasalahan yang ditemui dan upaya alternatif pemecahan masalahnya,” kata Rizka.

Disertasi Rizka menghasilkan beberapa hal antara lain pembelajaran PAI inklusif pada anak usia dini meliputi perencanaan, implementasi, evaluasi, dan layanan khusus bagi siswa berkebutuhan khusus. Masalah yang terjadi di objek penelitiannya seperti ketidaksiapan guru, kurangnya dukungan orangtua dan lemahnya manajemen. Kemudian diskriminasi masyarakat dan kurangnya perhatian pemerintah.

Di kesempatan itu, Rizka juga memberikan alternatif pemecahan masalah seperti program pembaruan kualitas guru dan pelibatan orang tua. Selanjutnya, aplikasi praktis program inklusif, sosialisasi masyarakat ‘open-day’, dan pemberdayaan potensi sekolah.  

Menurut Rizka, proposisi penelitiannya menitikberatkan sistem pembelajaran PAI inklusif yang penuh kedamaian dan ketenangan. Tanpa memperdebatkan perbedaan maupun diskriminasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan PAI yang tepat bagi anak usia dini.

Rizka tak menampik, pemerintah saat ini sudah mulai menggalakkan program tentang pendidikan inklusif. Sayangnya, belum banyak sekolah di Sumatera Utara yang sudah menerapkan hal tersebut. Rizka berharap disertasi yang diselesikannya ini bisa bermanfaat di Sumatera Utara. 

"Karena saya tidak hanya melakukan penelitian tentang pendidikan inklusif untuk kebutuhan disertasinya, melainkan telah banyak melakukan penelitian di sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif di Sumatera Utara," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement