Selasa 15 Sep 2020 11:33 WIB

Laba Bersih Bank Permata Anjlok Tergerus Pandemi

Pandemi berdampak juga terhadap operasional kantor cabang Bank Permata.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Karyawati menghitung uang di Banking Hall Bank Permata di Jakarta (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menghitung uang di Banking Hall Bank Permata di Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Permata Tbk mencatatkan penurunan laba bersih sekitar 25 persen hingga 50 persen sepanjang semester satu 2020. Penurunan ini disebabkan pandemi Covid-19 tetapi tidak berdampak pada pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek maupun permasalahan hukum.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (15/9) emiten berkode BNLI menyampaikan pandemi berdampak juga terhadap operasional kantor cabang Bank Permata. Tercatat sebanyak 109 kantor cabang dari total jumlah 312 kantor cabang tidak beroperasi selama penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) di beberapa kota besar di Indonesia.

Baca Juga

Adanya perlambatan pertumbuhan perekonomian domestik yang berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit, BNLI menyebutkan akan tetap berfokus pada penyaluran kredit kepada debitur yang bergerak sektor yang relatif tidak terdampak atau memiliki tingkat risiko kredit yang relatif lebih rendah, dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.

Dari sisi likuiditas, Bank Permata juga tetap berupaya untuk menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sumber dana yang stabil dan efisien yaitu tabungan dan giro. Dari sisi pendapatan operasional, mengingat tekanan marjin bunga dan perlambatan pertumbuhan kredit, saat ini Bank Permata berfokus pada pertumbuhan fee-based income atau pendapatan berbasis biaya.

 

"Mendukung upaya pemerintah dalam memberikan stimulus perekonomian di tengah pandemi, bank juga mengupayakan  penyelesaian restrukturisasi atau relaksasi kredit bagi debitur yang terdampak Covid-19," demikian ditulis manajemen BNLI terkait permintaan penjelasan dampak pandemi Covid-19 Agustus 2020.

Berdasarkan paparan publik Bank Permata, emiten ini memang mengalami penurunan laba bersih setelah pajak sebesar 48 persen pada Juni 2020 menjadi Rp 366 miliar dari posisi Juni 2019 senilai Rp 711 miliar.

Adapun perolehan laba tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional selain bunga yang masing-masing tumbuh 12 persen year on year (yoy) dan delapan persen yoy pada Juni 2020. Hanya saja, beban operasional selain bunga bunga juga meningkat hingga tiga persen (yoy) pada Juni 2020.

Layanan Mobile

PT Bank Permata Tbk meningkatkan layanan aplikasi mobile banking untuk menjawab kebutuhan nasabah di tengah pandemi Covid-19. Aplikasi PermataMobile X telah banyak menawarkan inovasi digital berupa rangkaian lengkap produk perbankan dan layanan yang seluruhnya mudah diakses dari perangkat seluler.

Direktur Teknologi dan Operasional PermataBank Abdy Salimin mengatakan aktivitas perbankan digital melalui mobile banking yang semakin masif ini membuat perseroan berupaya menjawab kebutuhan nasabah dari dua sisi yaitu risiko dan benefit. Dengan fokus kepada nasabah, layanan, dan konektivitas, maka prioritas dari solusi harus melibatkan pengalaman yang user-friendly, ringkas, nyaman, dan aman.

“PermataMobile X pun menghadirkan fitur Digital Token + Mobile Pin. Digital Token + Mobile Pin ini memberikan sebuah pengalaman perbankan yang aman, nyaman dan cepat hanya dalam satu genggaman melalui PermataMobile X,” ucapnya.

Abdy menjelaskan para nasabah PermataBank yang telah mengunduh aplikasi PermataMobile X pada smartphone dengan nomor telepon yang telah diregistrasi, dapat mengaktifkan Digital Token + Mobile Pin langsung dari aplikasi PermataMobile X. Maka demikian setiap transaksi perbankan seperti pembayaran dengan QR Pay, transfer, isi ulang, bayar tagihan, pembelian produk keuangan dan investasi, serta transaksi lainnya dapat dilakukan dengan lebih cepat dan nyaman tanpa perlu pindah aplikasi atau menunggu SMS OTP dan lebih aman.

“Keamanan beraktivitas melalui teknologi digital dan mobile banking adalah kebutuhan hakiki nasabah saat ini. Nasabah harusnya tidak direpotkan lagi dengan begitu banyak PIN, membawa token fisik kemana-mana, serta berkali-kali menerima SMS OTP atau proses otentikasi yang berulang-ulang,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement