Selasa 15 Sep 2020 07:03 WIB

Film Tiga Dara yang Melegenda

Film garapan sutradara Usmar Ismail ini laris manis hingga Malaysia.

Poster film Tiga Dara yang disutradarai Usmar Ismail.
Foto:

Di Bandung, Kontes Tiga Dara diadakan pada Oktober 1957. Sebelumnya, pada Februari 1957 ada, kontes mirip bintang Hollywood di Hotel Savoy Homann yang diadakan oleh Willy Brandon, berpaspor Inggris.

Sonya van der Wijk dinobatkan mirip bintang Hollywood, Susan Hayward. Namun, karena acara dimeriahkan dengan musik rock n roll dan dansa, gelombang protes pun muncul setelah acara, termasuk dari organisasi kiri seperti Pemuda Rakyat, CGMI, dan Lekra.

Seperti dilaporkan AID Prengerbode edisi 18 Februari 1957, demo besar terjadi pada Ahad, 17 Februari, di halaman Balaikota Bandung. Ada massa dari 40 organisasi (Pikiran Rakjat melaporkan 48 organisasi) menyampaikan tuntutan agar Brandon diusir dari Indonesia sebagai orang asing yang tak diinginkan.

Tuntutan lainnya agar ada teguran kepada manajemen Hotel Homann. Dari halaman Balaikota, 40 penanda tangan resolusi --wakil dari masing-masing organinasi—pergi menghadap Gubernur Jawa Barat Sanusi di rumah dinas.

Aksi demo juga merembet ke Jakarta, mempersoalkan rock n roll dan dansa yang dianggap tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Seperti dilaporkan Java Bode (20 Februari 1957) dan AID Preangerbode (21 Februari 1957) ada empat bioskop di Jakarta yang sedang memutar film rock n roll Don’t Knock the Rock dan Rock, Rock, Rock yang segera menghentikan pemutarannya karena mendapat surat ancaman dari para demonstran.

Rencana pertunjukan rock n roll di Hotel Nirmala pada 26 Februari 1957 dibatalkan polisi. Polisi juga memanggil ketua penyelenggaranya, karena panitia sudah menjual tiket sebelum acara mendapat izin dari kepolisian.

Maria Ulfah Santoso, ketua panitia sensor film yang juga staf ahli di kabinet, diculik para pemuda ketika hendak ikut menyaksikan pemutaran film rock n roll untuk organisasi perempuan di Jakarta. Organisasi-organisasi perempuan ingin mempelajari materi film itu.

Di Hotel Homann juga pada Oktober 1957 digelar pula Kontes Tiga Dara dengan hiburan gamelan dan band wanita. Dengan hiburan musik tradisional klasik dan musik modern ini, panitia seperti hendak menyatakan acara bisa berlangsung meriah tanpa perlu menghadirkan musik dan tari yang berlawanan dengan adat ketimuran. Ini semacam jawaban dari kontes sebelumnya di Februari 1957 yang menampilkan dansa dan musik rock n roll yang dinilai publik tak sesuai dengan adat timur.

Kontes Tiga Dara di Bandung diadakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), Persit, dan Perfini. Jika kontes di Jakarta diikuti 12 trio, di Bandung diikuti 10 trio. Film Tiga Dara mulai diputar di Bandung pada 25 September. Hingga 6 Oktober sudah meraup Rp 297.370,5.

Di acara malam final yang menurut laporan AID Preangerbode cukup meriah itu, yang dinilai adalah penampilan, cara berjalan, dan keseragaman dalam tindakan. Tiga mahasiswi Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) Universitas Indonesia (UI) Bandung terpilih sebagai juara pertama dengan nilai 1.197,5. Mereka adalah Betty, Runiasih, dan Henny Winter.

AID Preangerbode memuji panitia. “Kami sangat menghargai kerja keras para mahasiswa PMB, yang benar-benar bekerja keras dan membantu melakukan segala macam pekerjaan kecil yang sangat diperlukan untuk sebuah organisasi yang baik,’’ tulis AID Preangerbode 8 Oktober 1957.

Penampilan band wanita PMB juga dipuji. “Kami ingin menyinggung satu hal unik dari dunia pelajar Indonesia yaitu band wanita PMB yang tampil di depan publik untuk pertama kalinya kemarin. Para remaja putri itu pada awalnya terlihat sedikit pemalu, mungkin sedikit demam panggung, tetapi kami yakin jika mereka tampil untuk kedua kalinya dan berlatih secara rutin, Bandung akan mempunyai band wanita populer,’’ tulis AID Preangerbode.  “Yang mereka capai tadi malam menjanjikan banyak hal bagi musik amatir Bandung.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement