Senin 14 Sep 2020 17:24 WIB

Covid-19 di Kota Bekasi Naik 98 Kasus dalam Sepekan

Kasus Covid-19 di Kota Bekasi meningkat dari 254 menjadi 352 orang

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mengatakan jumlah kasus Covid-19 angkanya terus bergerak. Dia menyebut, sebanyak 85 pasien Covid-19 telah menjalani perawatan di rumah sakit. Sisanya menjalani isolasi mandiri.
Foto: Uji Sukma Medianti
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mengatakan jumlah kasus Covid-19 angkanya terus bergerak. Dia menyebut, sebanyak 85 pasien Covid-19 telah menjalani perawatan di rumah sakit. Sisanya menjalani isolasi mandiri.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Jumlah kasus aktif Covid-19 di Kota Bekasi bertambah 98 kasus dalam satu pekan. Berdasarkan data yang diberikan Pemkot Bekasi, jumlah kasus aktif pada 6 September 2020 mencapai 254 kasus dan bertambah jadi 352 pada Ahad (13/9).

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mengatakan jumlah kasus Covid-19 angkanya terus bergerak. Dia menyebut, sebanyak 85 pasien Covid-19 telah menjalani perawatan di rumah sakit. Sisanya menjalani isolasi mandiri.

Baca Juga

"Jumlah kasus memang bergerak, tapi tidak signifikan," tutur dia saat ditemui di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Senin (14/9). Dia menjelaskan, dengan bertambahnya kasus positif itu, kini sudah ada 45 kelurahan yang terkonfirmasi kasus sedangkan pada pekan lalu masih 37 kelurahan. 

"Artinya yang isolasi mandiri tadi ada klaster keluarga. Terus 45 kelurahan terkonfirmasi," ungkapnya. Adapun, secara kumulatif, jumlah kasus Covid-19 yang ada di kota patriot itu mencapai 2.410 kasus, atau naik 338 kasus dibandingkan pada pekan lalu sebanyak 2.072 kasus.

Kendati begitu, angka kesembuhan juga meningkat 228 orang dalam sepekan dari 1.746 pada (6/9) menjadi 1.974 pada (13/9). Sementara itu, jumlah angka kematian mengalami peningkatan dari 72 orang menjadi 84 dalam sepekan.

Sementara itu, ketersediaan ruang intensive care unit (ICU) di rumah sakit swasta Kota Bekasi semakin menipis. Hal itu bisa memicu risiko kematian pasien Covid-19 dengan penyakit penyerta atau komorbid menjadi tinggi.

Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Kota Bekasi, Eko Nugroho, mengatakan, pasien Covid-19 dengan komorbid harus ditangani dengan peralatan yang memadai. Salah satunya, yang terdapat di dalam ruang ICU seperti ventilator.

“Kalau misal sekarang pasien ternyata kondisi Covid-nya berat dan butuh bantuan ventilator, ternyata ventilatornya tidak tersedia maka dia akan dirawat tanpa bantuan ventilator,” jelas Eko di Kota Bekasi, Jawa Barat, kepada wartawan, Sabtu (12/9).

Eko melanjutkan, pihak rumah sakit tentu akan melakukan penanganan maksimal apabila kondisi pasien gejala berat memburuk. Namun, realitanya saat ini rumah sakit rujukan di DKI Jakarta pun okupansinya terus meningkat. “Kita lakukan misal cari rujukan, kalau kita cari ke DKI sudah pada penuh,” ujarnya.

Eko menuturkan, apabila pasien Covid-19 dengan gejala berat tak dapat perawatan intens tanpa ventilator, artinya kemungkinan selamatnya hanya 50 persen. “Memang takdir di tangan Tuhan, tetapi secara medis hitungannya begitu,” ucapnya.

Dia menerangkan, berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan, lazimnya setiap rumah sakit memiliki lima persen kasur ICU dari keseluruhan tempat tidur rumah sakit. “Harus punya lima persen dari keseluruhan tempat tidur itu kita bilang ICU,” kata Eko.

Misalnya, di RS A ada 100 tempat tidur maka lima persennya dialokasikan untuk ICU yang berarti ada lima tempat tidur yang salah satu kategorinya tersedia ventilator. Hanya saja, lanjut Eko, kondisinya tak memungkinkan semua ICU disediakan untuk penanganan Covid-19 saja, rumah sakit juga perlu menyediakan ICU untuk pasien non-Covid-19.

“Karena saya setiap hari udpate seluruh dirut RS swasta di Kota Bekasi. Nah itu menjawab full. Adapun kalau kosong bukan dengan ventilator, paling sisa satu,” tutur Eko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement