Senin 14 Sep 2020 14:15 WIB

Pandemi Covid-19, Kampanye dalam Ruangan Trump Disorot

Kampanye Donald Trump pada Ahad (13/9) dilakukan dalam ruangan di tengah pandemi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Kampanye Donald Trump pada Ahad (13/9) dilakukan dalam ruangan di tengah pandemi Covid-19. Ilustrasi.
Foto: AP/Evan Vucci
Kampanye Donald Trump pada Ahad (13/9) dilakukan dalam ruangan di tengah pandemi Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Nevada pada Ahad (13/9) menjadi sorotan. Pasalnya, kegiatan itu diselenggarakan di dalam ruangan saat para ahli kesehatan memperingatkan bahaya penularan Covid-19 dalam kerumunan orang.

Kampanye tersebut digelar di sebuah gudang besar di Henderson. Sebelum masuk para peserta atau pendukung diperiksa suhu tubuhnya dan diberi masker oleh panitia.

Baca Juga

"Saya pikir kami relatif aman di sini. Saya membawa masker tapi saya tidak merasa perlu memakainya," kata Ronda Livingston, seorang warga berusia 64 tahun yang menghadiri kampanye Trump.

Dia mengaku tidak terlalu mengkhawatirkan penularan Covid-19 dalam acara itu. Juru bicara tim kampanye Trump, yakni Tim Murtaugh, turut membela kegiatan kampanye yang diselenggarakan di dalam ruangan tersebut. Menurut dia, itu adalah kesempatan bagi para pendukung Trump untuk menggunakan hak mereka berkumpul secara damai di bawah Amandemen Pertama Konstitusi AS.

"Jika Anda dapat bergabung dengan puluhan ribu orang yang memprotes di jalan-jalan, berjudi di kasino, atau membakar bisnis kecil dalam kerusuhan, Anda dapat berkumpul dengan damai di bawah Amandemen Pertama untuk mendengarkan presiden AS," ujar Murtaugh.

Meski tim panitia telah mengecek suhu tubuh dan membagikan masker, saat memasuki ruangan para pendukung serta simpatisan Trump tetap duduk sangat berdekatan. Mereka tak bisa menerapkan penjarakan fisik. Banyak pula di antara mereka yang tidak mengenakan masker.

Pemandangan tersebut dinilai ironi karena saat ini AS adalah negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia. Berdasarkan data yang dihimpun John Hopkins University, hingga berita ini ditulis Negeri Paman Sam memiliki 6.519.573 kasus dengan total kematian mencapai 194.071 jiwa.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement