Senin 14 Sep 2020 13:27 WIB

Ekonomi Pulih, Kenaikan Harga Rumah Baru di China Stabil

Kota besa di China memberlakukan pembatasan baru transaksi properti.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Sebuah maket properti (ilustrasi)
Foto: qz.com
Sebuah maket properti (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Harga rumah baru di China mengalami kenaikan secara bulanan dengan laju yang lebih cepat dari Agustus. Peningkatan permintaan konsumen ini menunjukkan, tanda-tanda perbaikan dalam mendorong pemulihan ekonomi dari krisis virus corona.

Menurut data Biro Statistik Nasional (NBS) yang dikutip Reuters pada Senin (14/9), rata-rata harga rumah baru di 70 kota besar China mengalami kenaikan 0,6 persen pada Agustus dibandingkan Juli. Realisasi ini sedikit membaik dari kenaikan 0,5 persen pada Juli.

Baca Juga

Sebanyak 59 kota yang disurvei NBS melaporkan kenaikan harga secara bulanan untuk rumah-rumah baru. Sementara itu, pada skala tahunan (year on year/yoy), harga rumah naik 4,8 persen pada Agustus, menyamai kecepatan pada Juli.

Pasar properti telah menjadi pendorong utama dalam pemulihan ekonomi China. Penjualan dan investasi rumah tumbuh dengan kecepatan tinggi dalam beberapa bulan terakhir setelah lockdown akibat virus corona dicabut.

Tapi, pembuat kebijakan tetap waspada terhadap risiko overheating atau inflasi tinggi akibat daya beli masyarakat yang terlalu tinggi. Pihak berwenang mencoba mendukung sektor ekonomi penting, termasuk properti, tanpa menimbulkan spekulasi berlebihan.

Sejak Juli, banyak kota besar memberlakukan pembatasan baru pada transaksi properti guna menahan kenaikan harga yang tajam. Ibu kota provinsi besar Hangzhou dan Shenyang juga memperkuat pembatasan pembelian rumah pada bulan ini.

Kota-kota tier-3 menjadi daerah yang mengalami kenaikan bulanan terkuat. Huizhou, kota kecil di provinsi Guangdong bagian selatan China yang dekat dengan Shenzhen, menjadi top performer pada Agustus. Kota ini mencatat kenaikan harga bulanan sebesar 1,9 persen.

Pada bulan lalu, regulator mengatakan rencananya untuk menetapkan aturan baru dalam mengontrol likuiditas di pasar real estate dan berusaha menahan tingkat utang pengembang properti. Kebijakan ini guna mengurangi risiko pada sistem keuangan.

Aturan baru tersebut akan mendorong pengembang yang memiliki hutang untuk memangkas harga untuk memacu penjualan dan arus kas. Analis memperkirakan, lebih banyak pengembang akan memulai promosi penjualan dalam beberapa bulan mendatang, mengingat September dan Oktober merupakan musim puncak penjualan di China, termasuk properti.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement