Senin 14 Sep 2020 13:22 WIB

Jurnalis Washington Post Ungkap Sebab Gagalnya Denuklirisasi

Jurnalis Washington Post ungkap penyebab gagalnya denuklirisasi Korut dalam buku Rage

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un bertemu di Vietnam, Rabu (27/2). Jurnalis Washington Post ungkap penyebab gagalnya denuklirisasi Korut dalam buku Rage.
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un bertemu di Vietnam, Rabu (27/2). Jurnalis Washington Post ungkap penyebab gagalnya denuklirisasi Korut dalam buku Rage.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jurnalis the Washington Post Bob Woodward mengungkap alasan atau penyebab gagalnya perundingan denuklirisasi antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut). Hal itu dia jabarkan dalam bukunya berjudul Rage yang akan segera terbit.

Perundingan denuklirisasi pertama antara AS dan Korut berlangsung di Singapura pada Juni 2018. Pada momen itu, Presiden AS Donald Trump dan pemimpin tertinggi Korut Kim Jon-un bertemu untuk pertama kalinya. Sebelumnya mereka kerap terlibat "perang kata" dan saling melemparkan ancaman.

Baca Juga

Pertemuan di Singapura berhasil menghasilkan komitmen denuklirisasi. Hubungan Kim dan Trump pun membaik. Mereka bahkan sempat berkorespondensi. Menurut Woodward terdapat 27 surat yang saling dikirim oleh kedua pemimpin.

"Saya baru saja tiba kembali di Amerika dan media untuk Korut dan Anda sangat luar biasa," tulis Trump kepada Kim pada 15 Juni, tiga hari setelah keduanya bertemu di Singapura, dilaporkan laman kantor berita Korea Selatan (Korsel), Yonhap.

Surat itu pun dibalas Kim pada 6 Juli. "Pertemuan pertama yang signifikan dengan Yang Mulia dan pernyataan bersama yang kita tanda tangani bersama di Singapura 24 hari yang lalu memang merupakan awal dari perjalanan yang berarti," kata Kim kepada Trump.

Namun setelah pertemuan di Singapura, Kim mulai mengajukan syarat untuk proses denuklirisasi. "Kami bersedia mengambil langkah berarti lebih lanjut satu per satu secara bertahap, seperti penutupan lengkap Institut Senjata Nuklir atau Distrik Peluncuran Satelit serta penutupan permanen fasilitas produksi bahan nuklir," kata Kim dalam surat tertanggal 6 September.

Tidak jelas apakah Kim juga telah mendaftarkan tuntutannya sebagai balasan. Namun Woodward menuliskan bahwa "secara historis AS telah menolak persyaratan secara langsung".

Trump dan Kim akhirnya bertemu kembali di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019. Namun pertemuan itu tak menghasilkan kesepakatan apa pun. Proses denuklirisasi macet.

Menurut Woodward berdasarkan wawancaranya dengan Trump, Kim telah bersedia menyerahkan atau menutup salah satu situs nuklirnya. Namun Korut memiliki lima fasilitas semacam itu. "Satu tidak membantu dan dua tidak membantu dan tiga tidak membantu dan empat tidak membantu. Lima membantu," kata Trump.

Kim dan Trump pun bertemu kembali di Zona Demiliterisasi Korea di Panmunjom pada 30 Juni 2019. Pertemuan mereka berlangsung singkat. Sejak saat itu, mereka belum pernah melakukan pertemuan lagi meskipun tetap berkorespondensi. Dalam salah satu suratnya, Kim sempat menyatakan kemarahan atas latihan militer bersama AS dengan Korsel.

"Keyakinan saya adalah bahwa latihan militer gabungan yang provokatif akan dibatalkan atau ditunda menjelang negosiasi tingkat kerja kedua negara di mana kita akan terus membahas hal-hal penting. Saya jelas tersinggung dan saya tidak ingin menyembunyikan perasaan ini dari Anda. Saya benar-benar tersinggung," kata Kim dalam surat tertanggal 5 Agustus 2019.

Hingga saat ini belum jelas bagaimana kelanjutan proses denuklirisasi di Semenanjung Korea. Namun Korsel masih berharap Korut dapat melanjutkan pembicaraannya dengan AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement