Ahad 13 Sep 2020 16:11 WIB

Cerita Kelam di Balik Hidup Mewah Paris Hilton

Paris mengaku pernah mengalami pelecehan emosional, verbal, dan fisik dari guru.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Paris Hilton
Foto: EPA
Paris Hilton

REPUBLIKA.CO.ID, BEVERLY HILLS -- Kehidupan pewaris tahta Hilton, Paris Hilton, tak pernah lepas dari sorotan publik. Kediaman mewah di Beverly Hills, keliling dunia dengan pesawat jet pribadi, dan dengan mudah membeli pakaian dan tas mewah, begitulah citra publik yang kerap ditampilkan selama beberapa dekade terakhir

Namun di balik citra mewah itu, selayaknya manusia, Paris pernah mengalami kepahitan. Secara mengejutkan, melalui film dokumenter berjudul This is Paris yang bakal tayang 14 September di platform Youtube, dia akan blak-blakan tentang masa lalu yang kelam dan trauma yang pernah dialami.

"Sejujurnya, ini benar-benar sulit bagi saya karena begitu terbiasa memiliki begitu banyak kendali, editan agar terlihat sempurna. Dengan ini, saya baru saja melepaskan semua kendali itu dan membiarkan mereka menggunakan segalanya tanpa editing," jelas Paris dilansir di New York Times, Ahad (13/9).

Film dokumenter ini disutradarai Alexandra Dean. Paris sendiri telah memberikan kendali penuh kepada Dean.

Semuanya berawal ketika orang tua Paris mengirimkannya ke Provo Canyon School di Utah, Amerika Serikat (AS). Dia dikirim ke asrama lantaran Paris selalu membangkang kepada orang tuanya yakni Kathy dan Rick Hilton. Dia pun hobi berpesta.

Asrama tersebut diklaim fokus pada pengembangan perilaku dan mental. Namun yang didapat Paris malah sebaliknya, trauma. Paris mengenang, malam pertama di Provo, dia dibawa dari tempat tidurnya seolah-olah diculik. Bersama teman-temannya, Paris juga secara rutin diberi pil misteri oleh staf asrama dan ketika dia menolak meminumnya, dia akan dimasukkan ke sel isolasi selama 20 jam tanpa pakaian.

"Saya mengalami pelecehan emosional, verbal dan fisik dari guru dan administrator. Rasanya seperti hidup di neraka," kata Paris.

Bertahun-tahun setelah itu, Paris bergulat dengan mimpi buruk dan menghindari terapi, yang berperan besar dalam program perawatan residensial. "Setelah berada di Provo dan sekolah-sekolah semacam itu, hanya terapis di sana yang saya rasa bukan orang baik. Saya tidak pernah, pernah mempercayai mereka," ujar Paris.

Sebelum film diproduksi, Paris mengaku tidak pernah memberitahu keluarganya tentang apa yang terjadi padanya di Provo. Pihak Provo juga membantah apa yang diungkap Paris melalui dokumenternya. Seorang perwakilan dari Provo mengatakan sekolah tidak membenarkan atau mempromosikan segala bentuk pelecehan.

"Semua dugaan pelecehan bisa dilaporkan ke otoritas negara bagian, penegak hukum dan Layanan Perlindungan Anak segera sesuai kebutuhan," kata perwakilan tersebut.

Peristiwa lain yang membuat dia tertekan adalah ketika video seks dirinya dan mantan pacar, Rick Salomon beredar secara daring  tanpa persetujuannya pada tahun 2003. Video itu mendapat sorotan global yang membuatnya diejek.

"Ketika momen pribadi itu tersebar ke seluruh dunia dan mereka menontonnya, tertawa, menjadikannya hiburan, itu sangat berat bagi saya, dan membuat saya trauma," kata Paris.

Pengalamannya itulah yang membuat Paris bersuara untuk korban pelecehan seksual dan nasib para perempuan. Dia juga mendukung #MeToo, gerakan global melawan pelecehan seksual dan kekerasan seksual.

"Saya senang ada gerakan #MeToo dan banyak orang yang mengubah pandangan mereka tentang hal itu," kata Hilton.

Awalnya, film dokumenter itu dijadwalkan tayang perdana di Tribeca Film Festival pada April. This is Paris adalah salah satu dari segelintir film dokumenter dan seri dokumenter selebritas yang akan dirilis oleh raksasa streaming dalam beberapa tahun terakhir. Taylor Swift, Demi Lovato, Justin Bieber, dan Jonas Brothers juga telah membuat dokumenter dan memberi pandangan mendalam tentang kehidupan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement