Ahad 13 Sep 2020 12:34 WIB

Lockdown Sukses, Suku Adat Brasil Bebas Covid-19 Enam Bulan

Gerbang wilayang suku adat Tembe di Brasil jarang dibuka sejak Maret 2020.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera Brasil. Suku adat Tembe di Brasil sukses melakukan lockdown untuk menghentikan penyebaran virus corona
Foto: blogspot.com
Bendera Brasil. Suku adat Tembe di Brasil sukses melakukan lockdown untuk menghentikan penyebaran virus corona

REPUBLIKA.CO.ID, ALTO RIO GUAMA -- Keputusan mengisolasi wilayah dan warga ketika virus corona menyebar membuahkan hasil. Suku Tembe di Brasil merayakan enam bulan tanpa laporan infeksi Covid-19 satu pun.

Gerbang wilayah suku itu sudah jarang dibuka sejak Maret. Keputusan itu dilakukan ketika virus telah menyusup ke tanah puluhan kelompok adat setelah mereka datang ke kota-kota terdekat untuk berdagang, membeli bahan pokok, dan menerima pembayaran kesejahteraan darurat dari pemerintah.

Baca Juga

Suku yang merupakan cabang barat dari etnis Tenetehara, yang terletak di wilayah Adat Alto Rio Guama di tepi barat negara bagian Para itu pun memutuskan mengunci gerbang. Ratusan orang Tembe dari desa Cajueiro, Tekohaw, dan Caninde mengizinkan orang keluar hanya dalam keadaan darurat, sementara membatasi masuknya agen dari penyedia perawatan kesehatan federal untuk masyarakat adat, SESAI.

Setelah jumlah kasus Covid-19 harian dan kematian di Para akhirnya menurun, Tembe mulai percaya bahwa mereka akan keluar dari pandemi tanpa cedera. "Kami tidak pergi ke kota, kami tidak pergi ke desa lain. Kami tetap dikarantina. Kami berhasil, kami masih berhasil,"  kata pemimpin desa Tekohow, Sergio Muxi Tembe.

Pencapaian tersebut pun akhirnya dirayakan dengan peringatan kecil. "Kami melakukan peringatan kecil karena itu, dan karena itu kami senang hari ini kami tidak memiliki kasus," ujar kepala desa.

Guru di desa tersebut, Sandra Tembe, menyatakan, ketika memberlakukan karantina dan memberikan pengertian pada anggota masyarakat, beberapa menyatakan tidak setuju. "Pada awalnya, sangat sulit bagi kami karena ada keluarga yang kami orientasi yang tidak mau setuju, dan berkata, 'Kenapa kamu mengatakan itu? Mengapa tetap dalam isolasi? 'Momen itu sangat kritis," ujar perempuan berusia 48 tahun itu.

Sandra mengatakan, warga yang tidak setuju akhirnya mengerti dan mau menurut. Masyarakat Tambe tidak ingin mengalami nasib sama seperti wilayah adat lain yang telah terkena virus corona.

Penghitungan dari organisasi Adat APIB menunjukkan ada 31.306 infeksi virus corona yang dikonfirmasi dan 793 kematian di antara masyarakat adat. Menurut Institut Sosial-Lingkungan, sebuah kelompok advokasi masyarakat adat, pandemi itu telah menginfeksi 158 etnis, 60 persen dari yang ditemukan di Brasil. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement