Sabtu 12 Sep 2020 23:37 WIB

Cara Sesuaikan Diri di Masa Pandemi Covid-19 Menurut Survei

Flourish Ventures merilis laporan baru yang mengevaluasi bagaimana pekerja independen atau gig worker dalam ekonomi informal Indonesia, seperti para pengemudi berbagi tumpangan atau ridesharing, penjual online, penyedia jasa rumah tangga, dan kurir pengiriman, mengatasi pandemi Covid-19.Sebagian besar dari mereka telah terkena dampak yang besar, 86% responden menyatakan bahwa penghasilan...

Rep: Eva Martha Rahayu (swa.co.id)/ Red: Eva Martha Rahayu (swa.co.id)
.
.

Flourish Ventures merilis laporan baru yang mengevaluasi bagaimana pekerja independen atau gig worker dalam ekonomi informal Indonesia mengatasi pandemi Covid-19. Pekerja independen yang dilihat adalah para pengemudi berbagi tumpangan atau ridesharing, penjual online, penyedia jasa rumah tangga, dan kurir pengiriman.

Sebagian besar dari mereka telah terkena dampak yang besar. Sebanyak 86 persen responden menyatakan bahwa penghasilan mereka berkurang. Laporan Indonesia Spotlight August 2020, yang mencakup respons survei dari 586 pekerja independen atau gig worker di Indonesia, adalah edisi ketiga dari seri laporan Flourish yang dinamakan The Digital Hustle: Gig Worker Financial Lives Under Pressure.

Flourish adalah investor modal ventura global yang berfokus pada investasi financial technology (fintech) tahap awal, yang membantu orang mendapatkan peluang ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan finansial mereka.

Temuan-temuan pentingnya antara lain: pertama, jumlah pekerja independen di Indonesia dengan penghasilan lebih dari Rp 3 juta per bulan (US $200) mengalami penurunan yang tajam, dari 43 persen pada bulan Maret 2020 ke hanya lima persen pada bulan Juni/Juli 2020. Selain itu, terdapat lonjakan besar dalam jumlah pekerja independen atau gig worker dengan penghasilan kurang dari Rp 1 juta ($70), dari delapan persen pada bulan Maret 2020 ke 55 persen pada bulan Juni/Juli 2020.

Temuan kedua, 74 persen responden sangat khawatir tentang COVID-19. Pekerja independen lebih khawatir tentang dampaknya pada mata pencaharian mereka (52 persen) daripada pada kesehatan mereka (14 persen). Ketiga, pekerjaan yang memerlukan interaksi tatap muka lebih terkena dampaknya.

Sebanyak 71 persen penyedia layanan kesehatan di rumah (seperti mereka yang menawarkan jasa pijat di rumah), 65 persen pengemudi berbagi tumpangan atau ridesharing, dan 55 persen pengemudi pengiriman telah kehilangan penghasilan. Penjual online dan pekerja rumah tangga lainnya, seperti asisten rumah tangga, tidak terlalu terkena dampaknya.

Keempat, tidak ada perbedaan penghasilan antara jenis kelamin. Laporan menunjukkan bahwa pria dan wanita sama terpengaruhnya oleh penurunan ekonomi akibat COVID-19 di Indonesia. Di negara-negara lain yang disurvei sebagai bagian dari seri The Digital Hustle, kaum wanita lebih terkena dampaknya.

Kelima, pekerja independen di kota-kota besar paling terkena dampaknya. Sebesar 63 persen responden kehilangan penghasilan, dibandingkan dengan 49 persen di kota-kota yang lebih kecil.

Keenam, pekerja independen di Indonesia hidup dalam tekanan. Hampir 60 persen responden mengatakan bahwa jika mereka kehilangan sumber penghasilan utama mereka, mereka tidak akan dapat mencukupi pengeluaran rumah tangga mereka dalam satu bulan tanpa meminjam uang.

“Dalam penurunan ekonomi akibat pandemi COVID-19, pekerja independen telah secara signifikan terkena dampaknya dan mereka tetap rentan mengalami kesulitan dalam hal finansial,” kata Tilman Ehrbeck, Managing Partner di Flourish. Ekonomi dengan sistem pekerja independen memungkinkan jutaan pekerja dalam sektor informal Indonesia, yang secara historis kurang diperhatikan oleh industri finansial, meresmikan mata pencaharian mereka dan menjadi lebih terhubung ke keuangan digital.

“Kami melakukan riset untuk memahami bagaimana perusahaan fintech dapat lebih baik melayani para pekerja independen serta individu dan usaha kecil yang rentan mengalami kesulitan, selama krisis ini dan di masa mendatang,” ungkap Tilman.

Laporan Flourish juga berisi pertanyaan bagaimana pekerja di Indonesia menyesuaikan diri dengan krisis Covid-19, dan jawabannya antara lain: pertama, di antara 66 persen dari mereka yang mengurangi konsumsi, konsumsi makanan merupakan pengeluaran utama yang mereka kurangi. Kedua, 61 persen responden menemukan pekerjaan baru atau pekerjaan tambahan, sebagian besar melalui platform digital, seperti penjualan ritel online atau pekerjaan berdasarkan permintaan. Ketiga, hampir 40 persen berencana untuk mencari pekerjaan baru dalam bulan-bulan mendatang.

Meskipun khawatir tentang krisis Covid-19, para pekerja independen di Indonesia juga fokus pada masa depan. Menabung demi masa depan merupakan tujuan nomor satu jangka pendek dan jangka panjang pekerja independen. Sebesar 81 persen responden sangat mengkhawatirkan kemampuan mereka menabung untuk usia tua nanti.

Selain itu, pekerja independen elisah tentang kebutuhan uang tunai jangka pendek daripada pendanaan jangka panjang. Sebesar 63 persen responden sangat khawatir tentang apakah mereka memiliki cukup banyak uang tunai untuk melakukan pekerjaan dibandingkan dengan hanya 32 persen yang khawatir tentang akses ke pendanaan aset.

“Pandemi menggarisbawahi tantangan yang dihadapi pekerja independen atau Indonesia, serta kemampuan beradaptasi mereka dan dorongan kewirausahaan mereka dalam menghadapi kesulitan,” kata Smita Aggarwal, Global Investments Advisor di Flourish.

Walaupun pekerja independen telah menunjukkan ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi krisis ini, Floursih percaya terdapat peluang yang berarti untuk platform kerja independen dan fintech guna memenuhi kebutuhan finansial pekerja yang belum terpenuhi, dan membantu likuiditas jangka pendek, perlindungan penghasilan, serta resiliensi jangka panjang.

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement