Sabtu 12 Sep 2020 15:42 WIB

PSBB Total Lagi, Kejutan untuk Pengusaha Kuliner

Sejumlah pengusaha akan melebarkan jangkauan lewat layanan seperti pesan antar.

Karyawan salah satu gerai pizza menawarkan produk kepada warga yang melintas di jalan raya. Ditutupnya sejumlah gerai yang berada di pusat-pusat perbelanjaan imbas dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), disiasati oleh restoran pizza tersebut dengan melakukan aksi jemput bola ke konsumen sebagai upaya bertahan di tengah pandemi Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Karyawan salah satu gerai pizza menawarkan produk kepada warga yang melintas di jalan raya. Ditutupnya sejumlah gerai yang berada di pusat-pusat perbelanjaan imbas dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), disiasati oleh restoran pizza tersebut dengan melakukan aksi jemput bola ke konsumen sebagai upaya bertahan di tengah pandemi Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah mulai terbiasa menjalankan bisnis di masa adaptasi kebiasaan baru, pengusaha kuliner di Jakarta mendapat kejutan dari pengumuman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total kedua kalinya yang dimulai 14 September 2020. "Kaget sih. Untuk gue yang usaha kuliner, ada dua sumber pemasukan, delivery dan dine in. Otomatis PSBB cut dine in, kita lipat bangku, meja enggak bisa dipakai," kata Achmad Pratama alias Toma, bassist band Mocca, Sabtu (12/9).

Toma yang mendirikan Kedai Gelojoh, menyajikan olahan daging kambing dan nasi goreng rempah, kini memusatkan perhatian untuk menyiapkan layanan pesan antar yang jadi andalan selama masa PSBB. Natasha, Co-Owner Kupi+Ruti & For Good Juicery dan Ilham Dwi, Pemilik Qala Coffee & Herbs tak kalah terkejut dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan "menarik rem darurat", mencabut kebijakan PSBB Transisi dan kembali memberlakukan PSBB Total.

Baca Juga

"Sebagai pelaku F&B, cukup shock," ungkap Natasha. "Karena jujur harusnya ada pembukaan cabang lagi dalam waktu dekat, tetapi ada berita baru ini cukup langsung membuat kami bingung untuk apa langkah yang harus diambil selanjutnya."

Ilham menyadari, keputusan ini memang diambil untuk kepentingan bersama, namun dia tetap menghadapi kenyataan mengatur keuangan yang terancam menurun. "Sudah pusing mengatur cashflow di toko, belum balik 100 persen sudah drop lagi," tutur Ilham.

Para karyawan yang sudah mulai bersemangat dan terbiasa bekerja di masa adaptasi kebiasaan baru akan kembali was-was memikirkan kelangsungan mereka bila pemasukan toko berkurang selama PSBB Jakarta Jilid II. "Saya sih sebisa mungkin memenuhi semua hak mereka, tapi sampai kapan kita sanggup bertahan?"

Tiana Talatas yang memiliki kedai crepes dan waffle di food court Kantin Tuju Tuju, Bangka, Jakarta hanya bisa berpasrah diri. "Sudah pasrah, soalnya dari pemerintah juga enggak ada kejelasan," kata Tiana.

Setelah masa adaptasi kebiasaan baru, penjualannya belum kembali normal karena pembelinya sebagian besar anak sekolah yang saat ini masih belajar dari rumah. "Ditambah ada patroli Satpol PP, jadi kalau ada konsumen yang makan di tempat, sering kena tegur," keluh dia.

Kendati demikian, setidaknya para pebisnis kuliner tidak benar-benar buta dalam menghadapi tantangan ini. Berkaca dari pengalaman saat menjalani PSBB Total sebelumnya, mereka sudah menyiapkan strategi agar bisa bertahan di tengah pandemi.

Tiana berniat melebarkan jangkauan lewat layanan seperti pesan antar. "Paling mau gencar promosi di model seperti Gofood atau Grabfood karena pasti area sekitar bakal sepi pengunjung. Penjualan secara daring dan take away juga menjadi fokus dari Kupi+Ruti yang akan menambah varian produk demi beradaptasi dengan keadaan.

"Karena kami basisnya roti dan kopi, tentunya berbagai menu kami masih bisa dinikmati konsumen. Hanya saja ke depannya akan ada penambahan rasa juga bentuk yang berbeda agar tidak bosan," ujar Natasha.

Sementara itu, Toma 'Mocca' akan menghadirkan gimmick yang menarik konsumen untuk menikmati hidangan di kedainya. Juga membuat promosi paket makanan dengan harga istimewa, memperbarui menu hingga memberi bonus masker untuk pembelian dengan harga tertentu.

Meski konsumen tidak bisa makan di dalam restoran, pengalaman serupa bisa dirasakan dengan melayani konsumen yang datang mengendarai mobil. "Yang mau datang tapi makan di mobil, kita layani," kata Toma, menambahkan kebiasaan ini sudah lazim dilakukan orang-orang sejak lama. "Makan di mobil itu saya rasa bagus buat masa PSBB," dia menambahkan kedainya juga melayani pesan antar dan //take away.

Gerai Burger Bros mengaku cukup percaya diri setelah berhasil mendapatkan kepercayaan pelanggan di masa PSBB pertama.

Berbekal menerapkan protokol kesehatan, penjualan Burger Bros perlahan kembali normal dan stabil. Lisbeth, Co-founder Burger Bros mengatakan, satu hal yang ia pelajari dari PSBB lalu adalah memastikan konsumen merasa aman dalam memesan makanan. Hal itu menurutnya kunci yang bakal dipertahankan di masa yang menantang ini.

"Dan yang harus diingat juga, untuk masa sekarang delivery order adalah metode yang bisa dibilang ‘lebih aman’ karena mengurangi peluang kontak fisik jika dibandingkan dengan dine-in maupun take away," kata Lisbeth.

"Itulah kenapa akhirnya menjaga kebersihan dapur, memastikan kondisi karyawan kami, dan kemanan pengemasan makanan pelanggan sangat penting bagi kami," ujarnya. 

Sementara itu, Kedai Kopi Kisaku sejak Maret 2020 berinovasi membuat produk yang membuat pelanggan bisa menikmati kopi dari rumah. Selain merilis kopi literan, mereka membuat paket Do It Yourself Kit agar pelanggan bisa meracik sendiri kopi favorit di rumah.

Catherine Halim, Co-founder & Managing Partner KISAKU, akan menjalani PSBB dengan terus menguatkan penjualan secara daring dan berinteraksi dengan pelanggan lewat media sosial dengan konten menarik, seperti tips meracik kopi tanpa harus keluar rumah.

"Kami yakin, meski pemasukan dari penjualan offline berkurang, tapi penjualanIkan tetap stabil sehingga bisnis dapat terus berjalan dengan lancar," ujar Catherine optimistis.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan secara umum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Total yang dilaksanakan 14 September 2020 sama dengan pengetatan dalam PSBB Jakarta pada 10 April 2020 hingga 4 Juni 2020.

Alasan Anies untuk mengambil keputusan tersebut bagi Jakarta karena tiga indikator sangat diperhatikan Pemprov DKI Jakarta, yaitu tingkat kematian, ketersediaan tempat tidur isolasi, dan ICU khusus Covid-19 dan tingkat kasus positif di Jakarta.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement