Sabtu 12 Sep 2020 10:45 WIB

Pahami Mitos Terkait Persalinan Caesar

Di masa pandemi, para dokter cenderung menghindari proses persalinan yang lama.

Operasi caesar.
Foto: Republika.co.id
Operasi caesar.

Oleh dr Prita Kusumaningsih SpOG

REPUBLIKA.CO.ID, Di jaman sekarang, persalinan melalui operasi caesar sudah jamak.  Tidak dianggap aneh dan menakutkan lagi.  Walaupun persalinan normal melalui jalan lahir masih lebih baik dan lebih menguntungkan untuk ibu dan bayi.  Namun di masa pandemi, para dokter cenderung menghindari proses persalinan yang lama.  

Karena itu, para ibu yang terpaksa, mau tak mau harus menjalani operasi caesar demi keselamatan diri dan bayinya tidak perlu galau berlebihan.  Aneka mitos dan “katanya” yang bertebaran jangan terlalu dihiraukan.  Alih-alih ketakutan, lebih baik bertanya sampai jelas kepada dokter.  

Di bawah ini ada beberapa “mitos” terkait operasi sesar yang masih banyak penganutnya di kalangan para ibu.  Mari kita bedah satu persatu.

  1. Persalinan operasi caesar enak di awal (karena tidak sakit), tapi tidak enak di belakang  (sakitnya pas sudah selesai operasi) 

SALAH. Pasca caesar pasti dikasih obat penghilang nyeri oleh dokter.  Kalau pun sudah pakai obat tapi masih nyeri, maka tinggal lapor saja ke dokter sehingga dapat dilakukan penyesuaian dosis dan/atau jenis obat. Perlu dipahami juga bahwa untuk persalinan kedua dan seterusnya maka akan terasa nyeri seperti kontraksi yang berasal dari proses pengecilan rahim.  Nyeri ini jamak disebut after pain atau “his pengiring”.  Hanya pada persalinan pertama yang bebas dari after pain. Meski pada sebagian kecil pasien saya masih menjumpainya.

   2. Persalinan sesar lebih nyeri dibandingkan persalinan normal

SALAH.  Lho kok bisa operasi tidak nyeri? Ya, ini masih berhubungan dengan jawaban mitos nomor 1.  Nyeri pada operasi sesar dikendalikan sepenuhnya dengan obat-obatan.  Malahan, ada pasien yang karena banyak sekali alergi dengan obat penghilang nyeri, maka saya tawarkan untuk menghentikan semua obat pain killer, dan hasilnya...tetap tidak terasa nyeri.  Meski tanpa obat.  Rupanya bagi pasien tersebut, penderitaan akibat alergi jauh lebih berat dibandingkan dengan penderitaan nyeri operasi.

   3.  Persalinan normal lebih nyaman karena pasca lahiran bisa langsung jalan dan bergerak bebas

BENAR.  Nah, kenikmatan mobilisasi dini pasca persalinan normal memang tidak terbantahkan.  Bahkan sekurangnya dalam waktu 6 jam pasca persalinan normal diharapkan sudah bisa BAK sendiri di kamar mandi.  Pada pasien operasi sesar hal ini laksana mimpi.  Jangankan jalan, duduk pun menunggu minimal 12 jam pasca operasi.  Berdiri dan berjalan baru diijinkan minimal 18 jam pasca operasi.  Ini salah satu faktor ketidaknyamanan yang mesti diinformasikan sebelumnya.  Apa penyebabnya? Ternyata bukan karena operasi, melainkan karena proses pembiusan yang melalui rongga sumsum tulang belakang.  Apalagi bila proses pembiusan tidak bisa sekali masuk.  Biasanya karena ibu gemuk atau kelainan pada tulang belakang (skoliosis).  Dampak yang dikhawatirkan adalah sakit kepala dikarenakan kebocoran cairan serebrospinalis.  Bagaimana kalau sudah mentaati jadwal mobilisasi namun tetap merasakan nyeri kepala? Tenang. Hal yang pertama adalah lapor kepada dokter, karena biasanya akan diberikan obat tambahan.  Kedua, lebih banyak berbaring daripada posisi tegak.  Ketiga, banyak minum.  Dan keempat, kalau suka boleh minum kopi (Coffeelover pun bersorak gembira)

    4.  Habis operasi dilarang makan ikan laut dan telur

SALAH .  Ini termasuk mitos kuno dan awet.  Kuno, karena mitos ini sudah beredar semenjak saya masih kuliah. Dan awet, karena sampai jaman millennial begini masih juga bertahan.  Hitung2 sudah puluhan tahun usianya.  Jadi begini, untuk mendukung penyembuhan luka operasi yang paripurna dibutuhkan zat pembangun, yaitu protein. Utamanya protein hewani.  Nah, sumber utama protein hewani adalah telur, daging, ikan.  Bagaimana kalau pemasok utama protein malah dipantang? Apalagi kalau ditambah dengan anemia.  Sungguh pasangan yang serasi (pantang protein dan kurang darah) untuk menghasilkan infeksi luka operasi.  Catatan, ini bahkan berlaku untuk persalinan normal yang ada jahitan. Ada pun mitosnya berbunyi sebagai berikut, “Jangan makan telur dan ikan laut, ntar lukanya basah”. 

    5.  Habis operasi tidak boleh pakai gurita/korset

SALAH.  Ibarat balon besar, setelah dikempeskan makan akan berkerut kisut keriput.  Demikian juga dengan perut bumil setelah 9 bulan lebih teregang maka setelah bayi lahir akan menggelambir dan keriput.  Saat berjalan, gelambiran dinding perut tersebut akan bergoyang-goyang.  Tidak jarang, goyangan tersebut menimbulkan sensasi nyeri.  Tindakan memfiksasi dinding perut dengan gurita atau korset akan membuat lebih nyaman.  Memasang gurita/korset tidak perlu seerat mungkin namun sampai senyamannya saja.  Jangan khawatir akan luka operasi, karena Allah yang akan menyembuhkannya.  Akan tetapi jangan mengharapkan pula bahwa setelah memakai gurita perut akan langsing seketika.

    6.  Habis operasi tidak boleh IMD

BENAR.  Kalau yang dimaksud Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah setelah bayi lahir langsung dipeluk oleh ibunya, dikeringkan dan dibersihkan di atas dada ibu, bahkan sampai diadzankan tetap di atas dada ibu.  Pada persalinan sesar, hal ini tidak dapat dilakukan atau dilakukan namun tidak optimal.  Kenapa? Karena pada  pelaksanaan operasi, dokter kebidanan bekerja di perut ibu sedangkan dokter anestesi mengawasi dan memastikan si ibu dari bagian atas.  Dokter anak, yang bertanggung jawab atas kondisi bayi juga tidak bisa mengawasi dengan baik.  Sehingga pelaksanaan dan area utk IMD menjadi sangat minimal.  Lagipula tidak semua dokter mengikhlaskan area kerjanya ‘dibajak’ oleh bayi yang sedang proses IMD. 

Jangan berpikir negatif dulu, semua itu karena para dokter wajib bertanggung jawab sepenuhnya atas kondisi pasien.  Sehingga diambil jalan tengah yaitu menunda proses IMD sekitar 30 menit. Memang tak sempurna, tapi masih lebih baik dibandingkan tidak sama sekali. Namun bila yang bersalin adalah ibu terkonfirmasi positif Covid19 maka proses IMD ditiadakan, demi keselamatan bayi yang baru lahir. Meskipun demikian pemberian ASI Eksklusif tetap diperbolehkan dengan ibu mengenakan masker dan face shield.

 

   7.  Darah nifas pasca operasi sesar lebih sedikit/lebih cepat berhenti dibandingkan dengan lahiran normal

BENAR, tapi bisa juga salah.  Sering saya temui ibu pasca sesar yang melaporkan dengan sedikit heran karena merasa nifasnya lebih cepat selesai.  Apalagi bila si ibu juga sudah pernah melahirkan normal sehingga bisa membandingkan.  Mungkin saja benar, karena pada saat berlangsungnya sesar ada tahapan membersihkan dinding rahim juga.  Mungkin tindakan ini yang menyebabkan nifas lebih cepat selesai.  Meskipun tak jarang juga yang  mengatakan bahwa nifasnya sama saja dengan persalinan sebelumnya yang berlangsung normal.

   8.  Habis operasi tidak boleh mandi dulu sampai balutan dibuka 

SALAH, tapi bisa juga benar.  Kapan boleh mandi guyur dengan membasahi balutan belas operasi, sebenarnya tergantung dari jenis pembalut yang digunakan.  Ada pembalut yang bersifat tahan air (water proof), ada juga yang tidak.  Karena itu harus ditanyakan terlebih dahulu kepada dokter/bidan, kapan boleh mandi guyur.  Namun yang saya temui justru sebaliknya.  Si ibu sudah dipesan boleh mandi seperti biasa di rumah, namun ternyata tetap tidak berani melakukannya.  Dengan alasan, “takut”.

   9. Jarak dengan kehamilan berikutnya tidak boleh terlalu dekat

BENAR, kalau menginginkan persalinan berikutnya mencoba menjalani VBAC (vaginal birth after caesarean section) atau persalinan pervaginam (normal) pasca persalinan sesar.  Berapa tahun jarak yang ideal? Tidak usah terlalu lama, cukup menyelesaikan pemberian ASI selama 2 tahun baru kemudian hamil lagi.  Sehingga jarak minimal antar kelahiran adalah 2 tahun 9 bulan.  Bagaimana bila “kebobolan”? Bila perhitungan “spacing”nya adalah kurang dari 18 bulan, maka persalinan berikutnya tetap dengan operasi sesar.  Perlu diketahui bahwa prosedur VBAC hanya bisa dilaksanakan apabila persalinan sesar baru 1X dijalani.  Apabila sesar sudah 2X maka VBAC menjadi kontra indikasi

   10. SEKALI SESAR TETAP SESAR

SALAH.  Dengan adanya kesempatan untuk VBAC , maka adagium “Sekali Sesar Tetap Sesar” menjadi tidak berlaku.  

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement