Sabtu 12 Sep 2020 09:51 WIB

Islam di Eropa Berkembang Pesat 300 Persen

Warna Islam di beberapa negara Eropa memang cukup kuat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Didi Purwadi
Umat Islam di Eropa
Foto: Reuters
Umat Islam di Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mukti mengungkapkan, Islam mengalami perkembangan yang luar biasa di negara-negara Eropa. Bahkan, menurut dia, perkembangan Islam di Eropa bisa sampai 300 persen.

Islam sebagai agama mengalami perkembangan yang luar biasa pesat. Secara demografis perkembangan Islam di Eropa itu luar biasa.

''Mungkin kalau dihitung dalam rentan waktu kira-kira tiga dasawarsa yang terakhir, perkembangan Islam terutama dari sisi jumlah itu bisa 300 persen,” ujarnya dalam pengajian bulanan PP Muhammadiyah  yang digelar secara virtual pada Jumat (11/9) malam.

Dalam pengajian bertema “Islam dan Islamofobia di Eropa” tersebut, Prof Mukti menjelaskan, di beberapa negara Eropa warna Islam memang cukup kuat, seperti di Prancis dan Inggris. Menurut dia, hal ini menjadi diskursus tersendiri dalam konteks hubungan agama dan negara di Eropa. Mereka mau tidak mau harus melakukan upaya untuk melihat realitas tersebut.

Namun, menurut Prof Mukti, ada sebuah realitas yang juga cukup menarik ketika umat Islam banyak yang hijrah ke Eropa untuk mencari pekerjaan. Kemudian, imigran Muslim  tersebut cukup memberikan perubahan dalam konteks politik dan ekonomi negara-negara di Eropa.

“Dan kalau kita lihat kemudian, situasi ini memang tidak membuat semua orang itu happy dengan keadaan itu,'' ucapnya. ''Ada kelompok yang mereka tidak siap dengan realitas politik dan juga realitas ekonomi yang ada.''

Persaingan antara penduduk asli dan pendatang Muslim pun kemudian menjadi semakin kompleks. Walaupun, menurut Prof Mukti, persoalan ini tentu tidak bisa dilihat hanya karena persoalan agama, karena dimensi politik, ekonomi, dan dimensi rasialnya juga cukup tinggi.

“Sehingga beberapa perilaku negatif, seperti rasisme dan islamofobia, itu juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti di beberapa negara,” jelas Prof Mukti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement