Jumat 11 Sep 2020 13:37 WIB

BI Siap Dukung Stabilitas Pasar SBN Tahun Depan

SBN akan menjadi salah satu basis pembiayaan dalam APBN 2021.

Surat berharga negara
Foto: Tim Infografis Republika
Surat berharga negara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) siap mendukung pemerintah dalam mewujudkan stabilitas pasar Surat Berharga Negara (SBN). SBN akan menjadi salah satu basis pembiayaan dalam APBN 2021.

“Menkeu sudah berkoordinasi dengan kami,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam rapat kerja membahas postur sementara RAPBN 2021 antara Banggar DPR RI bersama pemerintah dan BI di Jakarta, Jumat (11/9).

Baca Juga

Kesiapan dari bank sentral itu menjawab harapan yang disampaikan Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah agar bank sentral ini mendukung stabilitas pasar SBN. “Supaya tetaplah gubernur kita (BI) paling depan mendukung upaya stabilitas itu,” katanya.

Meski demikian, Perry belum memberikan detail dukungan yang akan dilakukan dalam stabilitas pasar di SBN itu. Namun, selama masa pandemi Covid-19 ini, BI menjalin kerja sama dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan yakni melakukan skema burden sharing atau berbagi beban.

Ada dua kerja sama itu yakni pertama membeli SBN oleh BI yang peruntukannya hanya digunakan untuk belanja pemerintah untuk kebutuhan publik. Pembelian SBN oleh BI tanpa lelang itu hanya berlaku tahun 2020 dan tidak dilanjutkan pada tahun berikutnya.

Sedangkan kerja sama kedua yakni BI membeli SBN di pasar perdana dengan fungsi sebagai pembeli siaga sesuai dengan UU Nomor 2 tahun 2020. Dalam kesempatan yang sama Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan dalam postur sementara Rancangan APBN 2021, keseluruhan defisit APBN 2021 akan mencapai Rp 1.006,4 triliun atau naik 5,7 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Untuk membiayai defisit itu, lanjut dia, pembiayaan utang akan meningkat dari Rp 1.142 triliun menjadi Rp 1.177,4 triliun dengan penerbitan SBN sebesar Rp 1.207,3 triliun. “Ini adalah penerbitan SBN netto,” katanya.

Untuk pembiayaan investasi ada kenaikan dari Rp 169,1 triliun menjadi Rp 184,5 triliun berupa cadangan pembiayaan pendidikan yang sekarang menjadi pembiayaan. Kemudian, pemberian pinjaman ada Rp 0,4 triliun dan kewajiban penjaminan dicadangkan Rp 2,7 triliun dan pembiayaan lain dengan menggunakan saldo anggaran lebih (SAL) tahun 2020 sebesar Rp 15,8 triliun akan masuk pembiayaan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement