Kamis 10 Sep 2020 22:49 WIB

Mencermati Bahan Baku Roti

Roti isi daging tak kalah penting mendapat perhatian.

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mencermati Bahan Baku Roti. (Foto: ilustrasi membuat roti)
Foto: Pixabay
Mencermati Bahan Baku Roti. (Foto: ilustrasi membuat roti)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penetrasi gaya hidup modern berlangsung di semua aspek kehidupan, termasuk dalam hal pola makan. Salah satu hal yang sangat kentara yakni terus meningkatnya popularitas roti yang kini semakin disukai masyarakat. Bagi sebagian  kalangan, roti bahkan menjadi sebagai sumber karbohidrat utama menggeser nasi.

Mereka merasa cukup hanya dengan mengonsumsi sepotong roti yang diolesi mentega atau selai, sebagai sarapan pagi. Mereka juga membawa bekal roti untuk makan siang nanti. Sementara untuk masyarakat kebanyakan, roti tak kalah digemari. Memang bukan dalam kapasitas selaku makanan pokok, mereka menyantap roti sebagai panganan ringan atau teman minum kopi.

Tak heran jika penjual roti tersebar di mana-mana. Mulai dari yang sebatas penjaja keliling, hingga toko atau gerai modern yang membawa merek mancanegara. Ya, kini roti merupakan produk dengan nilai jual tinggi.  Secara garis besar,  ada dua jenis roti, yakni roti tawar dan roti isi. Roti tawar  biasanya berbentuk kotak lebar atau persegi empat, di dalamnya tidak ditambahkan rasa atau isi apapun.

Roti ini baru bisa memiliki rasa jika irisannya diolesi mentega yang ditaburi gula atau coklat (mesis), atau dengan selai beraneka rasa. Sementara untuk roti isi, oleh produsennya sudah dicampur dengan rasa atau isi, semisal coklat, kelapa, keju, mocca, kacang, daging dan lainnya. Konsumen pun tinggal menikmatinya saja.

Bahan baku roti adalah tepung terigu. Akan tetapi, jenis tepung terigunya bukanlah yang biasa beredar di pasaran, melainkan terigu khusus dengan kandungan gluten atau protein gandum yang tinggi.

Tentu ada alasan tertentu dari penggunaan tepung terigu jenis ini. Bahan gluten memiliki kemampuan untuk mengembangkan adonan roti sehingga membuat roti tersebut menjadi terasa empuk.  Sudah cukupkah? Belum.

Agar adonan bisa mengembang, perlu ditambahkan beberapa bahan, antara lain gula, ragi roti serta soda kue. Seperti diuraikan situs halalguide.info, ragi roti merupakan sejenis kapang (yeast) yang hidup dengan menggunakan gula untuk ditambahkan dalam adonan sebagai nutrisi dan menghasilkan gas.

Pada proses pembuatan roti, gas itulah yang kemudian membuat adonan mengembang dan membentuk rongga-rongga. Selain itu, bahan soda kue juga bisa membentuk gas dan rongga yang sama, namun hasilnya lebih kasar. 

Ada bahan baku lain yang penting ditambahkan, yakni lemak. Fungsi lemak adalah agar roti menjadi lembut dan enak dikunyah. Lemak akan berupa mentega putih atau shortening dan bahan pelembut.

Shortening bisa terbuat dari lemak hewan atau nabati (tumbuhan). Adapun bahan pelembut terdiri dari mono dan di gliserida juga beragam asam amino.  Mono dan di gliserida merupakan turunan dari lemak yang telah dipotong rantai asam lemaknya, dan mampu mengikat air dan lemak.

Adapun asam amino berasal dari turunan protein yang dipotong-potong menjadi senyawa yang lebih sederhana. Misalnya asam amino sistein yang berasal dari bulu binatang, rambut manusia atau hasil dari proses fermentasi.

Menurut situs ini, tak ada salahnya masyarakat menikmati sajian roti yang dijual bebas, meski demikian, dianjurkan untuk tetap memerhatikan beberapa hal terkait asal usul bahan baku yang digunakan. 

Salah satunya yakni sumber lemak atau shortening. Bahan ini berasal dari lemak atau minyak, bisa berasal dari tumbuhan maupun hewan. Tidak ada masalah bila bahan dasarnya adalah lemak minyak sawit, sebaliknya menjadi perlu dicermati seandainya lemak hewanlah bahan utamanya.

Dipertanyakan, apakah lemak hewan tersebut berasal dari hewan yang halal atau haram bagi umat Islam.  Lemak asal hewan bisa berupa lemak sapi (tallow), lemak babi (lard) atau lemak susu (cream). Untuk lemak babi statusnya sudah jelas. Sementara lemak sapi, meskipun hewannya halal, namun bila sembelihannya tidak sesuai syar’i, maka menjadi haram statusnya.

Begitu pula bahan pengembang atau pelembut dari turunan lemak atau asam amino,  apakah bersumber dari bahan halal ataukah haram. Ini mengingat sebagian dari bahan itu masih didatangkan dari luar negeri, yang kebanyakan negara non Muslim.

Masyarakat juga dianjurkan mencermati isi dari roti. Pilihan rasa dari roti ini diakui sangat beragam, ada roti isi keju, coklat, kacang, daging, sosis, dan banyak lagi. Teliti sebelum mengonsumsi terkait bahan baku isi roti ini.

Keju misalnya, walau terbuat dari susu, tapi proses pemisahan keju dan cairan susu (whey) menggunakan renet. Nah, rennet ini bisa berasal dari fermentasi (microbial rennet), lambung anak sapi atupun lambung babi.

Roti isi daging tak kalah penting mendapat perhatian. Bila dagingnya berasal dari hewan halal, harus ditelisik proses penyembelihannya. Terlebih jika isi daging ini dalam bentuk abon, yang menurut situs halalguide, perubahan bentuk ini yang sulit dianalisa, apakah berasal dari daging halal atau haram. Sebab nyatanya, saat ini masih banyak abon dari daging babi yang diperjualbelikan. 

 

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Kamis, 17 Desember 2009

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement