Kamis 10 Sep 2020 10:24 WIB

Satpol PP Masifkan Razia Manusia Silver dan Ondel-Ondel

Warga resah dengan keberadaan manusia silver dan ondel-ondel yang mengamen.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Erik Purnama Putra
Anak-anak menjadi manusia silver di jembatan penyeberangan orang (JPO) Pasar Gembrong, Jakarta Timur.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Anak-anak menjadi manusia silver di jembatan penyeberangan orang (JPO) Pasar Gembrong, Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Razia manusia silver dan ondel-ondel makin marak dilakukan petugas Satpol PP, khususnya di wilayah Jakarta Timur (Jaktim). Kepala Satpol PP Jaktim, Budhy Novian mengatakan, penindakan manusia silver dan ondel-ondel baru dilakukan serentak dan masif sejak Senin (7/9). "Penindakan baru Senin (7/9) kemarin untuk manusia silver dan ondel-ondel yang ngamen," kata Budhy saat dikonfirmasi pada Rabu (9/9).

Razia dilakukan di seluruh kecamatan di Jaktim. Satpol PP juga bekerja sama dengan petugas Suku Dinas (Sudin) Sosial dan Sudin Perhubungan Jaktim. Budhy mengatakan, untuk personel yang dikerahkan per kecamatan sekitar 10 hingga 15 orang. Ditambah dengan 15 personel tingkat kota.

Menurut Budhy, warga sudah lama merasakan keresahan akan keberadaan manusia silver. Beberapa pengaduan warga tentang manusia silver juga sudah diterima pihaknya. "Jadi prinsipnya orang kan tidak boleh memungut atau mengemis di sarana umum. Baik di lampu merah maupun di sarana umum lain. Jadi fenomena ini menganggu ketertiban. Mendatangi mobil berhenti, saat lampu merah. Untuk orang orang tertentu kan seram," ujar dia.

Terkait maraknya manusia silver yang biasa muncul di pertigaan atau perempatan lau lintas, Budhy belum mengetahui akar permasalahannya. Sampai saat ini dia memastikan beberapa manusia silver dan pengamen ondel-ondel sudah diamankan dan dibawa oleh dinas sosial untuk ditindak lebih lanjut.

Budhy pun meminta orang tua mengawasi anak-anaknya. Pasalnya, sebagian besar pelaku manusia silver masih tergolong anak-anak dan remaja. "Para orang tua dimohon untuk mengawasi anak-anaknya, karena aksi manusia silver melanggar ketentuan yang ada," kata Budhy.

Selain itu, aksi manusia silver dinilai membahayakan di tengah pandemi karena tidak menggunakan masker. Dari pantauan pihak Budhy, rata-rata manusia silver anak-anak yang sekolah di bangku SMP. Namun, pihaknya tidak mengelak jika anak-anak itu ada yang disuruh oleh orang tuanya.

Sedangkan untuk pengamen ondel-ondel, menurut Budhy seharusnya ondel-ondel itu dibina. Dia menyebut, untuk pengamen ondel-ondel, sebetulnya keluhan yang disampaikan sudah cukup lama.

"Kita sudah melakukan koordinasi dengan penggiat budaya betawi dan kebudayaan untuk membuat kesepakatan bersama, bahwa ondel-ondel ini harusnya dibina bukan di malfungsikan untuk mengamen," jelas Budhy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement