Rabu 09 Sep 2020 17:48 WIB

Anies Pertimbangkan Memperketat PSBB DKI Jakarta

Anies mengatakan situasi Covid-19 DKI Jakarta mengkhawatirkan.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mempertimbangkan memperketat PSBB DKI Jakarta melihat kasus Covid-19 yang terus tinggi.
Foto: Republika/Havid Al Vizki
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mempertimbangkan memperketat PSBB DKI Jakarta melihat kasus Covid-19 yang terus tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Amri Amrullah, Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Tingginya kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta membuat Gubernur Anies Baswedan mempertimbangkan untuk memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kondisinya saat ini, positivity rate Jakarta mencapai 13,2 persen dan kapasitas rumah sakit rujukan hampir penuh.

Baca Juga

Anies mengatakan, status PSBB Transisi di Jakarta seperti yang diterapkan saat ini akan dievaluasi lebih lanjut mengingat pertambahan kasus baru harian Covid-19 Jakarta mencapai 800 hingga 1.000 orang per hari. "Situasinya mengkhawatirkan dalam satu minggu terakhir, angka positivity rate di Jakarta itu 13,2 persen (di atas ketentuan aman PBB di angka lima persen)," ucap Anies, Rabu (9/9).

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mengaku bakal segera mengumpulkan seluruh anak buahnya untuk mengevaluasi penerapan masa transisi yang sudah diterapkan beberapa bulan terakhir ini. PSBB masa transisi di ibu kota sendiri bakal berakhir pada 10 September 2020 mendatang atau hari Kamis besok.

"Hari ini gugus tugas akan mengadakan rapat khusus mengevaluasi perkembangan terakhir kasus Covid-19 di Jakarta," ujarnya.

Anies mengaku telah menyiapkan sejumlah paket kebijakan baru yang nantinya bakal diterapkan demi menekan angka penularan Covid-19. Namun ia tak mau membeberkan kebijakan tersebut dan baru akan mengumumkannya usai rapat.

"Nanti sore atau malam akan kita sampaikan hasilnya, saat ini kami review semua, kami rapatkan dulu, baru kami umumkan," kata dia menambahkan.

Berdasarkan data yang diterbitkan Dinas Kesehatan DKI pada Rabu (8/9), tempat tidur isolasi harian Covid-19 di 67 RS rujukan adalah sekitar 77 persen dari kapasitasnya saat ini sebanyak 4.456 tempat tidur atau tersisa sekitar 1.024 untuk penanganan paparan dari Virus Novel Corona jenis baru ini.

Sementara, okupansi tempat tidur ICU mencapai 83 persen dari kapasitasnya sejumlah 483 buah. Atau hanya menyisakan sebanyak 83 unit di 67 rumah sakit rujukan untuk penanganan paparan virus corona jenis baru ini.

"Rumah sakit ada batasnya, bila jumlah yang membutuhkan perawatan makin hari makin banyak di atas kemampuan kapasitas rumah sakit dan jumlah tenaga medis, maka kita akan menghadapi masalah besar," ujar Anies.

Orang nomor satu di DKI ini pun kembali mengingatkan kepada warganya untuk disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Khususnya terkait penggunaan masker. "Saya berharap seluruh warga masyarakat untuk makin disiplin menggunakan masker, karena itulah kuncinya," tuturnya.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat per hari ini, Rabu (9/9) kasus positif harian Covid-19 di Jakarta capai 1.026 kasus. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia, mengatakan Pemprov DKI Jakarta terus memasifkan tes PCR untuk menemukan kasus baru secara cepat, agar dapat segera melakukan tindakan isolasi atau perawatan secara tepat. Sehingga tindakan isolasi bisa diambil untuk memperkecil potensi penularan Covid-19.

Dwi memaparkan, berdasarkan data terkini Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, telah dilakukan tes PCR sebanyak 9.904 spesimen. Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 7.923 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 1.026 positif dan 6.897 negatif.

"Jumlah positif 1.026 kasus. Untuk rate tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 67.335. Jumlah orang yang dites PCR sepekan terakhir sebanyak 59.146," terangnya, Rabu (9/9).

Jumlah kasus aktif di Jakarta sampai saat ini sebanyak 11.245 (orang yang masih dirawat atau isolasi). Sedangkan, jumlah kasus konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari ini sebanyak 49.837 kasus. Dari jumlah tersebut, total 37.245 orang dinyatakan telah sembuh.

"Tingkat kesembuhan 74,7 persen, dan total 1.347 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 2,7 persen, sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 4,1 persen," ujarnya.

Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 12,2 persen, sedangkan persentase kasus positif secara total sebesar 7,0 persen. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen.

Bukan hanya Jakarta yang mengalami kenaikan kasus positif Covid-19. Satuan Tugas Penanganan Virus Corona SARS-CoV2 (Covid-19) merilis Jawa dan Bali sebagai pulau yang terbanyak terjadi kasus positif Covid-19. Bahkan, Jawa dan Bali lagi-lagi menjadi peringkat pertama pulau mengalami kematian paling banyak akibat Covid-19.

"Kalau dilihat Jawa dan Bali berkontribusi menyumbangkan 114.590 kasus positif yang terkonfirmasi atau 64,26 persen dari total kasus Covid-19 di Indonesia hingga per 6 September 2020. Jadi besar kontribusinya," ujar Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Covid-19 dalam Angka: Perbandingan di 5 Pulau di Indonesia, Rabu (9/9).

Kemudian, dia melanjutkan, Sumatra menduduki peringkat kedua pulau yang terbanyak mengalami kasus positif  yaitu sebanyak 11,3 persen dari kasus terkonfirmasi atau sebanyak 20.150 kasus. Sulawesi menempati posisi ketiga sebanyak 18.960 kasus positif terkonfirmasi atau 10,63 dari kasus nasional, kemudian Kalimantan menyusul dengan 16.915 kasus atau 9,49 persen dari kasus terkonfirmasi secara nasiomal, dan terakhir Maluku dan Papua yaitu sebanyak 7.778 kasus terkonfirmasi atau 4,36 persen dari kasus nasional.

Jawa dan Bali juga menjadi pulau yang terbanyak mengalami kematian akibat Covid-19. "Sebanyak 5.518 orang di Jawa dan Bali meninggal dunia akibat Covid-19 atau sebesar 4,82 persen dari total kematian terkonfirmasi secara nasional," katanya.

Kemudian, dia melanjutkan, peringkat kedua adalah Sumatra yaitu sebanyak 838 meninggal dunia atau 4,16 persen dari total kematian yang terkonfirmasi. Kemudian, dia melanjutkan, peringkat selanjutnya adalah Kalimantan 666 atau 3,94 persen dari kasus kematian nasional, keempat adalah Sulawesi dengan 592 jiwa meninggal atau 3,12 persen dari kasus kematian secara nasional, dan terakhir Maluku dan Papua sebanyak 139 jiwa meninggal dunia atau 1,79 persen dari kasus kematian.

Terkait kematian akibat Civid-19 di Jawa dan Bali yang tinggi padahal fasilitas kesehatan (faskes) banyak tersedia, Dewi memiliki satu analisa. Menurutnya, banyak orang yang sakit dan berbondong-bondong berobat ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes). Akibatnya, faskes akan kewalahan menangani pasien.

"Jadi yang harus diupayakan adalah masyarakat jangan sampai tertular virus dan sakit. Kalau rumah sakit penuh, yang mengalami sakit berat bisa kesulitan mendapatkan tempat di faskes untuk berobat," ujarnya.

photo
Ganjil Genap Jakarta mulai berlaku (ilustrasi) - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement