Rabu 09 Sep 2020 03:49 WIB

Ilmuwan Temukan Ide Cara Lindungi Astronot di Ruang Angkasa

Ilmuwan menggunakan 40 tikus di ISS untuk penelitian tulang dan otot.

Rep: Febryan A/ Red: Dwi Murdaningsih
Stasiun Luar Angkasa (Ilustrasi)
Foto: AP
Stasiun Luar Angkasa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eksperimen dengan membawa tikus ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memberikan sejumlah pengetahuan baru terkait perlindungan otot dan tulang astronot. Jika berhasil dikembangkan, temuan ini juga berpotensi digunakan secara masif di bidang kesehatan publik.

Hasil eksperimen tersebut dipublikasikan pada Senin (7/9) di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Astronot NASA Drew Morgan, Christina Koch dan Jessica Meir, yang berpartisipasi dalam percobaan saat berada di stasiun luar angkasa, merupakan peneliti sekaligus penulis dalam penelitian tersebut.

Baca Juga

Eksperimen yang dinamakan Rodent Research-19 itu dilakukan terhadap 40 tikus betina yang telah dimanipulasi guna memahami pengaruh kondisi gravitasi nol terhadap tubuh manusia. Mereka tiba di stasiun luar angkasa pada Desember dan kembali ke bumi dengan mendarat di Samudera Pasifik menggunakan kapsul SpaceX Dragon pada 7 Januari.

Saat di luar angkasa, tikus-tikus tersebut mendapatkan penanganan menggunakan reseptor ACVR2B. Reseptor itu berfungsi memblokir myostatin dan activin. Keduanya merupakan jalur pensinyalan molekuler yang dapat mempengaruhi dan mengatur kepadatan tulang dan massa otot rangka.

Tikus yang terbang di stasiun luar angkasa dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 40 tikus betina yang tetap tinggal di Bumi.

Hasilnya, sebagian besar tikus di luar angkasa dan di bumi yang diberikan reseptor bisa mempertahankan dan bahkan meningkatkan massa otot dan tulangnya. Sementara itu, tikus yang tidak diobati mengalami penurunan massa otot dan tulang yang signifikan.

Setelah kembali ke Bumi, tikus yang menerima pengobatan reseptor juga menunjukkan peningkatan pemulihan massa otot. Ini dibandingkan dengan tikus kontrol yang tidak diberi perlakuan saat kembali ke Bumi.

"Penemuan ini menunjukkan bahwa memblokir aktivitas hormon-hormon ini bekerja untuk meningkatkan otot dan tulang bahkan ketika tikus tidak mampu menahan berat badan," kata penulis studi Se-Jin Lee dan Emily L. Germain-Lee kepada CNN Internasional.

Dr. Lee adalah profesor di The Jackson Laboratory dan profesor kepresidenan di Fakultas Kedokteran Universitas Connecticut. Temuan ini dapat dikembangkan untuk membuat terapi yang dapat membantu astronot mengurangi penurunan massa otot dan tulang mereka selama penerbangan luar angkasa jangka panjang.

Selain itu, temuan ini juga bisa dikembangkan untuk pengobatan publik. Misalnya, untuk pengobatan otot dan tulang pada pasien distrofi otot, dan osteoporosis. Termasuk untuk penyakit yang menyebabkan pemborosan otot seperti kanker, penyakit jantung, sepsis, dan AIDS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement