Selasa 08 Sep 2020 15:45 WIB

Tanggapan IDI Terkait Kapasitas RS yang Penuh di Indonesia

Tidak hanya di Jakarta, kapasitas RS penuh juga disebut terjadi di wilayah lain.

Rep: Puti Almas/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pasien corona (Ilustrasi).
Foto: Abdan Syakura/Republika
Pasien corona (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kasus infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) yang masih terus mengalami peningkatan di Indonesia telah membuat banyak rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang penuh. Tidak hanya di Ibu Kota Jakarta, namun, kondisi ini juga terjadi di berbagai wilayah dan daerah lainnya di Tanah Air.

“Penuh sudah jelas ya, tidak di Jakarta saja, secara nasional tidak bisa dibilang tidak penuh,” ujar ketua Satuan Tugas (Satgas) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban kapad Republika pada Selasa (8/9).

Zubairi mengatakan kondisi penuh tersebut dapat dibuktikan dengan melihat langsung di lapangan. Ia mencontohkan saat ini rumah sakit tidak dengan mudah atau dengan cepat dapat menerima pasien karena keterbatasan kapasitas.

“Silakan ke rumah sakit dan coba masukkan pasien. Kalau bisa cepat, tapi sekarang tidak, memang akhirnya bisa tapi tidak bisa dibiarkan terus seperti ini,” jelas Zubairi.

Zubairi menjelaskan proses keluar masuk pasien dari rumah sakit saat ini masih bisa dikatakan cukup cepat. Namun, jumlah pasien dari hari ke hari, khususnya di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi sekarang meningkat secara signifikan dan jika tidak diatasi, maka akan dipastikan dalam waktu satu bulan ke depan kondisi menjadi lebih buruk dan pemerintah menjadi kalang kabut.

“Intinya saat ini sukar mencari tempat tidur di rumah sakit untuk pasien, harus berjuang sekarang walaupun akhirnya dapat, sebelumnya mungkin harus pindah sana sini. Karena itu perlu antisipasi, kalau nanti tidak ada tempat sama sekali, ya pasien bisa terlantar begitu saja,” kata Zubairi menambahkan.

Zubairi juga memaparkan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dirilis pada 2 September lalu yang menyebut bahwa hunian tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit di Jakarta telah mencapai 70 persen. Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran atas kapasitas sistem perawatan medis dalam menghadapi peningkatan jumlah kasus Covid-19 terbaru setiap minggunya.

Dikutip dari website WHO.Int, Jakarta dilaporkan memiliki 4.456 tempat tidur rumah sakit dengan  483 unit perawatan intensif (ICU) di 67 rumah sakit untuk pasien Covid-19. Namun, dengan hampir 5.000 kasus baru setiap minggunya, fasilitas medis di Ibu Kota dengan cepat terisi dan dinyatakan dalam kondisi penuh.

Zubairi mengatakan beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai antisipasi yang disarankan oleh IDI adalah menambah jumlah dokter. Seperti saat ini, telah ada relawan 1.000 dokter yang akan diperbantukan untuk 67 rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta.  

Berikutnya, langkah pemerintah dalam menetapkan rumah sakit khusus Covid-19. Zubairi mengatakan seperti yang diketahui saat ini telah ada 13 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Jakarta yang ditetapkan untuk menjadi rumah sakit khusus penyakit ini dan tidak diizinkan menangani kasus lainnya.

“Jadi dengan ini, Jakarta bisa dikatakan sudah lumayan dalam antisipasi, nah untuk daerah lainnya harus mengikuti langkah ini,” jelas Zubairi,

Zubairi mengatakan pengujian Covid-19 secara lebih luas juga harus dilakukan. Ia menuturkan bahwa saat ini Jakarta menjadi provinsi di Indonesia yang telah meningkatkan jumlah tes secara signifikan.

“Pengujian harus ditambah di daerah lainnya karena di banyak provinsi, jumlah tes Covid-19 masih sangat kurang. Ini membuat kasus baru tidak akan ditemukan, jadi tidak fair bagi pasien yang tak terdeteksi,” ungkap Zubairi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement