Selasa 08 Sep 2020 15:36 WIB

Khutbah Syekh Sudais, Sinyal Arab Saudi Damai dengan Israel?

Khutbah Syekh Sudais soal korelasi Yahudi-Islam picu prasangka damai dengan Israel.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Khutbah Syekh Sudais soal korelasi Yahudi-Islam picu prasangka damai dengan Israel. Bendera Arab Saudi.
Foto: Eurosport
Khutbah Syekh Sudais soal korelasi Yahudi-Islam picu prasangka damai dengan Israel. Bendera Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Meskipun Imam Masjidil Haram Makkah, Syekh Abdurrahman As-Sudais, menghadapi kehebohan di media sosial karena menyerukan Islam untuk secara tidak langsung membenarkan normalisasi dengan Israel, para ahli berpikir bahwa Pemerintah Arab Saudi mungkin tidak sepenuhnya siap untuk menormalkan hubungan dengan Israel. 

Raja Arab Saudi Raja Salman melakukan panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Ahad lalu. Raja Salman mengatakan bahwa Riyad ingin memiliki solusi yang adil dan permanen untuk masalah Palestina sesuai dengan Inisiatif Perdamaian Arab yang diusulkan.  

Baca Juga

Pembicaraan antara kedua pemimpin itu terjadi sebulan setelah Uni Emirate Arab (UEA) dan Israel mengumumkan telah menormalisasi hubungan dengan bantuan Amerika Serikat. Menjadikan Abu Dhabi negara Arab ketiga yang memiliki hubungan resmi dengan Tel Aviv. 

Menantu Trump, Jared Kushner yakin bahwa lebih banyak negara Arab akan melangkah dan mengumumkan bahwa mereka juga telah mengikuti jejak Uni Emirate Arab dan mendekati Israel. Dilansir dari TRT World, Selasa (8/9).  

Syekh Sudais menghadapi banyak kehebohan di media sosial karena membenarkan normalisasi hubungan dengan Israel. Dalam khutbah Jumat, dia dilaporkan telah mendesak penduduk Arab Saudi dan jamaah lainnya untuk menghindari 'kesalahpahaman tentang keyakinan yang benar di hati yang berdampingan dengan hubungan sehat dalam pertukaran interpersonal dan hubungan internasional.' 

Menurut Talha Abdulrazaq seorang ahli di Timur Tengah dan akademisi peraih penghargaan, Arab Saudi baru-baru ini menegaskan kembali bahwa tidak akan menjadi normal (dengan Israel) sampai Prakarsa Perdamaian Arab yang dimulai almarhum raja Abdullah diterima Israel. "Ini berarti normalisasi sebagai ganti negara Palestina yang sebenarnya di sepanjang perbatasan 1967," katanya. 

"Apa yang Sudais katakan tentang memiliki hubungan yang baik dengan non-Muslim terutama Yahudi, sama sekali tidak tercela, dan apa yang dia katakan harus dianggap sebagai indikasi kebijakan Arab Saudi. Saya pikir orang-orang terlalu banyak membaca tentang ini," kata Abdulrazaq kepada TRT World.

Abdulrazaq menambahkan bahwa Riyadh sudah memiliki hubungan rahasia dengan Israel. Seperti halnya sebagian besar negara monarki Teluk termasuk Qatar. Ini sama sekali tidak aneh. "Faktanya, Uni Emirate Arab sekarang kemungkinan akan digunakan sebagai proxy untuk menangani urusan negara-negara GCC lainnya dengan Israel, sementara mereka masih mengklaim memperjuangkan Inisiatif Perdamaian Arab. Ini memungkinkan mereka untuk menormalkan tanpa menormalkan, memainkan kedua sisi," ujarnya. 

Untuk melegitimasi argumennya, Imam Sudais mengangkat berbagai cerita dari kehidupan Nabi Muhammad SAW yang menyoroti bagaimana Nabi menjaga hubungan baik dengan non-Muslim.

Ceritanya termasuk penandatanganan perjanjian damai dengan penduduk Yahudi di wilayah Khaybar dan bersikap baik dan membantu tetangga Yahudinya yang akhirnya masuk Islam. 

"Ketika jalannya dialog manusia yang sehat diabaikan, bagian-bagian peradaban masyarakat akan bertabrakan, dan bahasa yang akan menjadi lazim adalah kekerasan, pengucilan dan kebencian,” kata Sudais. 

Imam Sudais juga menunjukkan status Masjid Al-Aqsa Yerusalem yang menggambarkannya sebagai tempat ibadah yang telah 'dijadikan tawanan'.

"Ini adalah masalah yang menjadi prioritas utama umat Islam dan tidak boleh dilupakan di tengah perjuangan baru yang muncul. Ini harus selalu diingat, tapi tanpa berlebihan di media atau pertempuran di internet," katanya.

Dengan adanya hubungan diplomatik Uni Emirate Arab dan Israel, banyak pemimpin Muslim telah menyuarakan keprihatinan atas status masa depan Al-Aqsa. Sebuah laporan yang dikumpulkan sebuah LSM Israel mengatakan Terrestrial Yerusalem telah memperingatkan bahwa kesepakatan itu bisa berdampak parah pada status situs bersejarah di Yerusalem.  

Di akhir khutbahnya, Sudais berdoa kepada Tuhan dengan mengatakan bahwa penyelamatan Masjid Al-Aqsa dari cengkeraman para penyerang akan memungkinkannya menjadi lokasi yang dihormati sampai hari perhitungan. Tapi Sudais menghadapi kritik di media sosial. Banyak pengguna Twitter menuduhnya mengkhianati perjuangan kemerdekaan Palestina.

 

Sumber: https://www.trtworld.com/magazine/is-saudi-arabia-setting-the-stage-to-forge-ties-with-israel-39557  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement