Selasa 08 Sep 2020 10:05 WIB

Yunani Tingkatkan Militer Hadapi Ketegangan dengan Turki

Yunani menuding Turki membuat ancaman perang dan provokatif

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera Yunani/ilustrasi. Yunani meningkatkan kekuatan militer untuk hadapi Turki
Foto: greecepictures.org
Bendera Yunani/ilustrasi. Yunani meningkatkan kekuatan militer untuk hadapi Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Yunani mengatakan akan meningkatkan militernya dengan senjata baru, pasukan, dan pengembangan industri pertahanannya. Langkah itu mempertimbangkan ketegangan dengan Turki.

"Kepemimpinan Turki hampir setiap hari melepaskan ancaman perang dan membuat pernyataan provokatif terhadap Yunani," kata juru bicara pemerintah Yunani Stelios Petsas, Senin (7/9).

Baca Juga

Petsas mengatakan, Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis akan mengumumkan rincian rencana untuk meningkatkan militer negara tersebut selama pidato ekonomi tahunannya pada Sabtu (12/9). "Kami melakukan kontak dengan negara-negara sahabat untuk memperkuat peralatan angkatan bersenjata kami," katanya.

Ankara saat ini berhadapan dengan Yunani dan Siprus atas hak eksplorasi minyak dan gas di Mediterania timur. Yunani dan Turki telah mengerahkan angkatan laut dan udara untuk menegaskan klaim mereka di wilayah tersebut.

"Kami menanggapi dengan kesiapan politik, diplomatik dan operasional, bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi hak kedaulatan kami," ujar Petsas dikutip dari Aljazirah.

Pekan lalu, Yunani mengumpulkan 2,5 miliar euro dalam lelang obligasi karena negara itu berupaya meningkatkan pengeluaran militer dan mengumpulkan dana untuk bisnis yang terkena pandemi virus corona. Media Yunani melaporkan, pembelian mungkin termasuk jet tempur Rafale buatan Prancis dan setidaknya satu fregat Prancis.

Petsas mengatakan, Mitsotakis akan bertemu dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di sela-sela pertemuan di negara-negara Mediterania Uni Eropa di Corsica pada Kamis (10/9). Belum diketahui hal yang akan dibicarakan, kemungkinan peningkatan armada militer menjadi salah satunya.

Akhir pekan lalu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memperingatkan Yunani untuk memasuki pembicaraan tentang sengketa klaim teritorial Mediterania timur atau menghadapi konsekuensinya. "Mereka akan memahami bahasa politik dan diplomasi, atau di lapangan dengan pengalaman menyakitkan," katanya.

Menteri Luar Negeri Yunani, Nikos Dendias, mengatakan Turki adalah satu-satunya negara kawasan yang mengancam tetangganya dengan perang. Yunani mengaku selalu siap untuk berdialog dengan Turki, tetapi dialog berdasarkan hukum internasional. "Dan satu-satunya masalah yang tertunda - pembatasan landas kontinen," ujarnya.

Yunani dan Turki berada di ambang perang tiga kali sejak pertengahan 1970-an, termasuk sekali atas hak eksplorasi di Laut Aegea. Perselisihan saat ini meningkat ketika Turki mengirim kapal penelitian seismik Oruc Reis, disertai dengan kapal perang.

Armada itu diturunkan untuk mencari cadangan minyak dan gas di daerah antara Siprus dan Pulau Kreta Yunani yang diklaim Athena sebagai landas kontinennya sendiri. Yunani mengirim kapal perangnya sendiri ke daerah itu dan membuat angkatan bersenjatanya waspada. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement