Senin 07 Sep 2020 15:59 WIB

Cara Efektif Agar Bisnis Perusahaan Tetap Berputar

Setiap perusahaan dengan membangun cara kerja baru agar roda bisnis tetap berputar.

M. Ilham Akbar, Research and Development IKA FH Unpad
Foto: Dokumen Pribadi
M. Ilham Akbar, Research and Development IKA FH Unpad

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M. Ilham Akbar, Research and Development IKA FH Unpad

Sejak ditetapkan sebagai global pandemic pada 11 Maret 2020 oleh World Health Organization (WHO), kasus penyebaran Coronavirus Disease atau Covid-19 di seluruh dunia tercatat masih sangat mengkhawatirkan. Dilansir situs penyedia data statistik real time Worldometer, sebanyak 25,5 juta kasus terkonfirmasi positif pada 31 Agustus 2020, 17,8 juta orang dinyatakan sembuh, dan 852 ribu orang dinyatakan meninggal dunia.  Sedangkan di Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif sebanyak 175 ribu kasus, 126 ribu orang dinyatakan sembuh, dan 7 ribu orang dinyatakan meninggal dunia.

Kehadiran Covid-19 telah memukul perekonomian secara global. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, Hong Kong, dan Singapura mengalami resesi dengan pertumbuhan ekonomi negatif pada triwulan I dan II tahun 2020.

Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I/2020 mampu tumbuh positif 2,97 persen secara tahunan atau year on year (yoy), namun pada triwulan II/2020 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level minus 5,32 persen secara yoy, terendah dalam 17 tahun terakhir.

Hampir semua sektor industri terkena dampak dari pandemi Covid-19. Sebut saja sektor pariwisata, transportasi, otomotif, konstruksi dan perumahan, manufaktur, jasa keuangan, edukasi, serta minyak dan gas yang paling terdampak sehingga perlu ditangani dengan cepat dan tepat.

Situasi pandemi Covid-19 memaksa banyak orang untuk melakukan berbagai penyesuaian dalam kehidupan, mulai dari cara mereka bekerja, berkomunikasi, bersosialisasi, hingga cara mereka berbelanja. Menurut Thomas W. Malone, seorang profesor MIT Sloan School of Management sekaligus Founding Director MIT Center for Collective Intelligence, penyesuaian-penyesuaian tersebut diprediksi akan membuat orang menjadi terbiasa dan cenderung nyaman, sehingga mereka tidak berniat kembali ke kondisi sebelum era pandemi.

Hal ini harus segera direspon oleh setiap perusahaan dengan membangun cara kerja baru agar roda bisnis perusahaan dan perekenomian nasional dapat terus bergerak. Setidaknya penulis menemukan tiga cara kerja baru yang dapat diterapkan perusahaan.

Pertama, flexible work. Setiap perusahaan dapat menerapkan flexible work baik dari segi waktu maupun tempat kerja. Para pekerja dapat memilih atau secara bergantian bekerja dari kantor, rumah, atau alternatif tempat kerja lainnya dengan waktu kerja yang dinamis sehingga mereka dapat terus bekerja tanpa harus khawatir akan pandemi Covid-19.

Berdasarkan survei Flexjobs bulan Februari 2020 tentang “Work Life Relationship”, 84 persen dari 2.100 responden melaporkan bahwa memiliki pekerjaan yang fleksibel dapat membantu mereka untuk mengelola kesehatan mental dengan lebih baik.

Kedua, real-time monitoring. Dalam memonitor produktivitas bisnis usaha dan Pekerja secara real-time, setiap perusahaan dapat menggunakan platform tertentu untuk memastikan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan Objectives and Key Results (OKRs). Berdasarkan riset Decision Analyst berkolaborasi dengan DELMIAworks (IQMS) bulan Januari 2020 tentang “Manufacturing Trends for 2020”, 81 persen dari 150 pabrikan mengatakan bahwa real-time monitoring dapat membantu mereka dalam meningkatkan bisnis perusahaan. Di samping itu, real-time monitoring juga membantu dalam proses penyederhanaan (streamlining) dan rekonsiliasi inventaris menjadi lebih efisien.

Ketiga, digital mindset. Setiap perusahaan dituntut menggunakan teknologi digital untuk mendukung cara kerja baru. Namun, pada dasarnya terdapat hal yang lebih penting dibandingkan sekedar menggunakan teknologi digital yakni membentuk pola pikir digital atau digital mindset Pekerja. Perusahaan harus dapat mengedukasi seluruh pekerja agar selalu memanfaatkan teknologi digital di setiap aktivitas kerja, mulai dari aktivitas rapat, koordinasi, performance review, learning hingga aktivitas online lainnya seperti webinar, assesment, presensi, dan sebagainya.

Ketiga cara baru tersebut bukanlah hanya terbatas mengedepankan protokol Kesehatan di lingkungan perusahaan, melainkan lebih dari itu dalam memanfaatkan momentum pandemi Covid-19 untuk melakukan akselerasi transformasi digital dan culture di tubuh perusahaan. Bayangkan, waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan transformasi kurang lebih 2-3 tahun menjadi hanya beberapa bulan saja sehingga gelar atau julukan sebagai “The Most Effective Chief Transformation Officer” sangat pantas disematkan kepada Covid-19.

Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran terus mendukung upaya-upaya pemerintah dalam menekan angka penyebaran Covid-19. Kami mengajak kepada seluruh masyarakat untuk disiplin menegakkan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sebagai protokol kesehatan mandiri menuju Indonesia Sehat.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement