Senin 07 Sep 2020 10:27 WIB

Tajuk Republika: Tekan Angka Kematian

Kita yakin Covid-19 bisa segera kita atasi bersama.

Ancaman Covid-19 (ilustrasi)
Foto: republika
Ancaman Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia masih terbilang tinggi. Bahkan, case fatality rate (angka ke matian) di Indonesia masih berada di atas rata-rata dunia.

Presiden Jokowi saat rapat bersama para gubernur, seperti disiarkan dalam saluran YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (1/9), meminta agar kondisi tersebut diwaspadai. Fatality rate global berada di angka 3,36 persen, sedangkan Indonesia masih bertengger di angka 4,2 persen.

Kendati angka itu sudah jauh menurun sejak April lalu, yang mencapai 7,83 persen, tetap saja masih mengkhawatirkan. Apa lagi, secara jumlah kasus meninggal mencapai 7.417 orang. Ini tentu saja pekerjaan besar kita ke depan. Ditambah lagi secara keseluruhan kasus Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda surut.

Jokowi menyebutkan, kasus Covid-19 aktif per Senin, 31 Agustus, sebanyak 41.420 atau 23,7 persen. Ini hanya sedikit di bawah angka rata-rata dunia yang 27 persen.

Jumlah penambahan kasus positif per hari Senin (31/8) mencapai 2.473 kasus. Yang agak menggembirakan adalah angka kesembuhan yang mencapai 72,1 persen atau 125.959 orang.

Secara khusus, Presiden meminta para gubernur agar aktif berkomunikasi dengan pemerintah pusat dalam penanganan Covid-19. Bila ada yang perlu ditangani pemerintah pusat, gubernur diminta tak segan memberi tahu.

Imbauan Presiden ini tentu menggembirakan. Bukan rahasia lagi penanganan Covid-19 selama ini terkesan masih parsial. Banyak pemerintah daerah membuat kebijakan sendiri-sendiri, seolah tanpa koordinasi dengan pemerintah pusat.

Satgas Penanganan Covid-19 pun mengakui, penanganan pandemi Covid-19 belum optimal. Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, menyebutkan pemerintah menghadapi banyak tantangan dalam menangani Covid-19, terutama penambahan kasus yang trennya terus menanjak, dan jumlah testing yang belum sesuai standar. Selain itu, kualitas fasilitas kesehatan masih perlu ditingkatkan.

Kita berharap, koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah ditingkatkan lagi dalam menangani Covid-19. Bukan hanya untuk mengantisipasi dampak kesehatannya, melainkan juga dampak ekonomi.

Terkhusus soal angka kematian, kita harus memberikan perhatian yang lebih serius. Apalagi, seperti dipaparkan Presiden, angka rata-rata kematian lebih tinggi daripada rata-rata di dunia.

Yang harus menjadi perhatian utama dalam menekan angka kematian ini, antara lain, ketersediaan rumah sakit dan fasilitas pendukungnya. Sebagai contoh, DKI Jakarta yang angka penyebaran Covid-19-nya tinggi.

Saat ini ada 67 rumah sakit rujukan di DKI Jakarta. Dari jumlah tersebut, tercatat pemakaian tempat tidur di ruang isolasi sebanyak 69 persen. Sedangkan di ruang ICU mencapai 77 persen.

Menurut Wiku Adisasmito, angka tersebut tidak ideal. Lalu, bagaimana nasib daerah lain yang fasilitas kesehatannya tidak lebih baik dari DKI Jakarta?

Hal-hal seperti ini perlu dibicarakan dan dicarikan solusinya bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Jangan sampai fasilitas rumah sakit tak mampu menampung jumlah penderita Covid-19. Sebab, jika itu terjadi, kita khawatir angka kematian tak bisa ditekan.

Kita yakin Covid-19 bisa segera kita atasi bersama. Pemerintah pusat dan daerah harus lebih bergandengan erat menghadapinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement