Ahad 06 Sep 2020 17:44 WIB

Brunei dan Filipina Bahas Kerjasama di Bidang Halal

Kegiatan ini menyampaikan dampak positif dari kerjasama kedua negara.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Brunei dan Filipina Bahas Kerjasama di Bidang Halal (produk halal ilustrasi).
Foto: Thoudy Badai_Republika
Brunei dan Filipina Bahas Kerjasama di Bidang Halal (produk halal ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR SERI BEGAWAN -- Kedutaan Besar Filipina di Brunei Darussalam dan Departemen Perdagangan dan Industri Filipina baru-baru ini menggelar webinar tentang peluang investasi dan perdagangan halal yang membahas bidang-bidang dalam rantai nilai halal. Webinar itu membahas tentang potensi besar untuk perusahaan patungan (joint venture) antara Brunei Darussalam dan Filipina.

Kegiatan ini menyampaikan dampak positif dari kerjasama kedua negara di bidang ini terhadap pembangunan ekonomi dari the Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).

Kegiatan webinar didukung penuh oleh Kementerian Keuangan dan Ekonomi (MoFE). Diskusi menampilkan presentasi oleh empat pembicara dari Zona Ekonomi Khusus Kota Zamboanga (ZAMBOECOZONE ), Dewan Bisnis BIMP-EAGA Brunei Darussalam (BDBEBC), Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), dan Departemen Pertanian Filipina.

Duta Besar Filipina untuk Brunei Darussalam Christopher B Montero menyatakan, bahwa kerja sama yang lebih kuat di bidang halal merupakan pilar penting interaksi perdagangan, bisnis dan investasi antara Filipina dan Brunei Darussalam.

Menurutnya, Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang Industri Halal dan Pengembangan dan Promosi Ekspor saat Kunjungan Kenegaraan dari Sultan dan Yang Di-Pertuan Brunei Darussalam, Yang Mulia Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar 'Ali Saifuddien Sa'adul Khairi Waddien, ke Filipina pada April 2017, merupakan wujud pentingnya kerja sama Halal bagi kedua negara.

"Hubungan yang kuat tentang Halal yang dihasilkan dari implementasi MoU tidak hanya menguntungkan Filipina dan Brunei, tetapi juga berdampak besar pada Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area, sebuah wilayah dengan janji besar namun terhambat oleh tantangan yang ditimbulkan oleh konektivitas," kata Montero, dilansir di Borneo Bulletin, Ahad (6/9).

Memacu produksi yang sesuai Syariah dan penyediaan layanan bisnis akan menghasilkan lebih banyak pusat manufaktur dan logistik regional, mirip dengan zona ekonomi khusus di Filipina. Menurutnya, hal itu pada gilirannya akan secara tidak langsung mengatasi masalah konektivitas BIMP-EAGA dalam jangka panjang dan medium dengan berperan sebagai dasar untuk volume penumpang dan kargo yang lebih besar.

Menyoroti peran pengembangan industri Halal dalam mempromosikan perdamaian di BIMP-EAGA, Montero mengatakan bahwa dari sudut pandang strategis, keterlibatan intensif mereka di sektor Halal akan berdampak signifikan pada perkembangan ekonomi komunitas di Filipina selatan, khususnya Daerah Otonomi Bangsamoro Muslim Mindanao (BARMM).

"Ini adalah komponen penting untuk mempertahankan hasil proses perdamaian di Mindanao, di mana Pemerintah Yang Mulia telah menjadi mitra penting Filipina melalui partisipasi aktif dan panjangnya dalam Tim Pemantauan Internasional (IMT) dan Dewan Badan Penonaktifan Internasional (International Decommissioning Body).

Sekretaris Tetap (Industri) pada Kementerian Keuangan dan Ekonomi Pengiran Hajah Zety Sufina binti Pengiran Dato Paduka Haji Sani mengungkapkan, bahwa kolaborasi ekonomi sangat penting saat ini, lebih dari sebelumnya, dalam membantu pemulihan masyarakat, bisnis dan komunitas dari dampak buruk Covid-19.

Dia lantas mendorong Brunei dan Filipina untuk memanfaatkan peluang luas yang tersedia di pasar Halal global, terutama dengan meningkatnya permintaan akan produk dan layanan Halal. Mengutip sektor Halal sebagai salah satu penggerak ekonomi global, Pengiran Hajah Zety Sufina menyadari potensi kerja sama bilateral untuk mengubah kedua negara menjadi pemimpin industri Halal global dan pusat bersama Halal.

"Filipina dan Brunei berkepentingan untuk melihat rantai nilai potensial yang dapat dimanfaatkan untuk membawa kemajuan positif, tidak hanya di setiap perekonomian tetapi juga untuk BIMP-EAGA yang lebih besar," kata Hajah Zeti.

Wakil Menteri dari Departemen Perdagangan dan Industri Filipina, Abdulgani M Macatoman, melaporkan bahwa kemajuan implementasi MoU tentang kerja sama Halal antara kedua negara bergerak di bidang saling pengakuan standar Halal, sains dan teknologi, perbankan dan keuangan Islam, dan tata kelola yang sesuai dengan Syariah.

Empat pembicara dari Filipina dan Brunei menjadi narasumber selama webinar tersebut. Potensi ZAMBOECOZONE untuk menjadi pusat produksi penting untuk produk Halal di BIMP-EAGA dibahas oleh Ketua dan Penyelenggara acara ini, Raul Regondola.

Selain keberadaan infrastruktur dari Asian Halal Centre, Regondola juga mempresentasikan insentif yang ditawarkan kepada para pencari lokasi internasional di ZAMBOECOZONE, seperti tax holiday (cuti pajak) dan pajak plafon (tax ceiling).

Menjadi satu-satunya Freeport Filipina di Visayas dan Mindanao, ZAMBOECOZONE telah menargetkan investasi di peternakan unggas, pengolahan daging, dan pembuatan pakan halal.

Wakil Ketua BDBEBC Captain (Rtd) Zailan bin Pehin Datu Kerma Setia Major (Rtd) Dato Seri Laila Jasa Mohd Don membuat presentasi yang berfokus pada inisiatif sektor swasta dalam membangun pusat produksi, distribusi dan perdagangan untuk produk dan layanan Halal di BIMP-EAGA.

Dia mengatakan, bahwa BDBEBC telah mengidentifikasi basis pasokan, manufaktur, dan konsumen di BIMP-EAGA dalam platform strategisnya yang, ketika direalisasikan, akan memastikan perkembangan ekonomi BIMP-EAGA dan mengubahnya menjadi pusat Halal utama yang akan memiliki peran penting dalam pasar Halal global.

Zailan juga mengungkapkan, bahwa dalam upaya mewujudkan visinya, BDBEBC telah menandatangani perjanjian aliansi strategis dengan Reefer Express Line Filipina untuk mengembangkan keterkaitan antar pelabuhan di BIMP-EAGA dan meningkatkan layanan logistik di kawasan.

Nilai teknologi otentikasi Halal menjadi topik diskusi utama Dr Nur Thaqifah Salihah binti Haji Mohd Salleh dari UNISSA. Dia memaparkan berbagai cara menjaga integritas produk Halal melalui lima tahapan dalam rantai nilai Halal, dari mulai pengembangan produk hingga distribusi dan penjualan.

Nur Thaqifah Salihah mempresentasikan teknologi terbaru yang tersedia untuk mengevaluasi keamanan dan kualitas produk Halal, seperti Mimica Touch dan Sentinel Wrap. Dia menyimpulkan bahwa teknologi terbaik untuk digunakan dalam pendeteksian adalah teknologi yang sangat sensitif, spesifik, dan cepat.

Wakil menteri dari Departemen Pertanian Filipina, Zamzam L Ampatuan, menjelaskan tentang Program Produksi Pangan Halal 10 Tahun dengan mempresentasikan prioritas dari setiap fase program yang berfokus pada unggas, ternak dan budidaya, serta inisiatif masa depan untuk memenuhi permintaan pasar ASEAN.

Webinar ditutup dengan testimoni dari para eksportir barang Halal Filipina yang berpartisipasi dalam Pameran Halal Brunei tahun 2018. Pemilik Bay 91 Cafe di Manila, Ardy bin Haji Abdul Momin, juga berbagi pengalamannya dalam menjalankankan restoran Halal di Filipina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement