Ahad 06 Sep 2020 13:34 WIB

Kisah Inggris yang Bertahan dengan Tank Tua di Medan Perang

Inggris dinilai gagal mengikuti kemajuan artileri, pertahanan rudal, dan daya tembak

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Angkatan Darat Inggris telah melihat sejumlah opsi untuk memodernisasi armada tank selama hampir satu dekade. Ilustrasi.
Foto: Ugur Can/DHA via AP
Angkatan Darat Inggris telah melihat sejumlah opsi untuk memodernisasi armada tank selama hampir satu dekade. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Salah satu senjata militer yang diproduksi oleh Inggris, yaitu tank Challenger 2 mungkin tak akan lagi digunakan mengingat usianya yang sudah tua. Pada 2019, mantan menteri pertahanan negara itu Penny Mordaunt mengatakan tank telah usang dan tak diperbarui atau dilakukan peningkatan kualitas secara signifikan sejak 1998.

"Selama ini Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Denmark telah menyelesaikan dua peningkatan besar. Sementara Rusia telah menurunkan lima varian baru, dengan yang keenam menunggu,” ujar Mordaunt saat itu dikutip dari BBC belum lama ini.

Baca Juga

Tinjauan dari Kementerian Pertahanan Inggris sebelumnya juga melihat jumlah tank berkurang lebih dari 500. Secara teoritis, Angkatan Darat negara itu seharusnya masih memiliki 227 tank Challenger 2. Namun pada kenyataannya hanya sekitar setengah dari senjata ini yang berada di luar penyimpanan dan siap untuk dioperasikan.

Angkatan Darat Inggris telah melihat sejumlah opsi untuk memodernisasi armada tank selama hampir satu dekade. Termasuk membeli tank Leopard 2 dari Jerman atau memodernisasi Challenger 2 dengan turret dan meriam baru.

Namun, sumber perwira senior Angkatan Darat Inggris telah mengonfirmasi kepada BBC bahwa baru-baru ini mempertimbangkan apakah bisa melanjutkan tanpa Challenger 2. Meskipun mengawetkan tank ini juga bisa menjadi pilihan, tetapi mungkin tidak ada gunanya menyimpan tank tua, kecuali untuk diabadikan di museum.

Kepala Angkatan Darat Inggris Jenderal Sir Mark Carlton Smith dalam pidatonya baru-baru ini mengatakan ancaman penggunaan tank berkurang dalam perang di zaman modern saat ini. Ia juga menyebut misil mungkin tak akan menjadi yang utama sebagai senjata, namun justru yang tak terbayangkan seperti mobilitas barang, orang, data, dan ide.

Disebutkan terkait dengan kemampuan dalam peperangan dunia maya dan elektronik, Menteri Pertahanan Ben Wallace juga menggarisbawahi perubahan di depan. Ia telah berjanji untuk berinvestasi lebih banyak di domain luar angkasa dan dunia maya serta sistem tak berawak baru di darat, laut, dan udara.

Tanpa peningkatan yang signifikan dalam pengeluaran pertahanan, itu akan membutuhkan pembongkaran peralatan usang untuk berinvestasi pada peralatan baru.

Kombinasi dari kurangnya investasi manajemen yang buruk dan kampanye kontra-pemberontakan yang panjang di Irak dan Afghanistan telah meninggalkan Angkatan Darat Inggris dengan peralatan militer yang sudah tua. Saat ini terdapat 15 jenis kendaraan lapis baja dalam. Beberapa mendekati akhir masa pakainya.

Sebuah program untuk memodernisasi kendaraan lapis baja 700 Prajurit Angkatan Darat Inggris telah mengalami pembengkakan biaya dan penundaan. Negara di Eropa Barat ini juga gagal mengikuti kemajuan artileri, pertahanan rudal, dan daya tembak.

Jack Watling dari Royal United Services Institute mengatakan saat ini Angkatan Darat Inggris menghadapi pilihan yang sulit, antara memodernisasi baju zirah (parang) atau memprioritaskan daya tembak dan mobilitas. Ia menilai keduanya tidak dapat dilakukan bersamaan.

Inggris tidak akan menjadi negara pertama yang meninggalkan tank yang sudah tua tersebut. Militer Belanda telah melepaskan semua kendaraan lapis baja berat, meskipun tetap mempertahankan sejumlah kecil tank dan memiliki tentara dalam unit lapis baja Jerman.

Korps Marinir AS juga berpaling dari tank karena berfokus pada mobilitas. Memindahkan tank ke seluruh dunia, bahkan Eropa, membutuhkan transportasi dan dukungan logistik yang cukup besar. Namun Negeri Paman Sam masih akan berinvestasi dalam persenjataan berat.

Kenyataannya adalah bahwa meskipun ada perubahan dalam peperangan, kekuatan militer utama masih terletak dalam persenjataan berat. Michael Clarke, profesor studi pertahanan di King's College London, mengatakan penekanan pada logam berat kekuatan militer dipandang sebagai kepingan pemikiran lama di era yang dengan cepat menghilang untuk semua orang, kecuali kekuatan super.

Jika Angkatan Darat Inggris benar-benar meninggalkan tank tersebut, maka mereka harus meyakinkan sekutunya bahwa mereka akan berinvestasi di tempat lain untuk pertahanan. Salah satunya adalah sekutu penting yang mungkin memiliki perhatian besar.

Ketika kapal induk ditinggalkan pada 2010, Menteri Pertahanan AS Robert Gates menyimpulkan bahwa Inggris bukan lagi kekuatan militer tingkat satu karena tidak memiliki spektrum kemampuan penuh. Tinjauan pertahanan pasti mengarah pada spekulasi tentang pengurangan angkatan bersenjata dan peralatannya.

Pemerintah Inggris mengatakan berjanji kali ini akan berbeda. Parlemen negara itu juga menggambarkan Tinjauan Pertahanan dan Keamanan Terpadu yang baru bernama sebagai tinjauan kebijakan paling komprehensif sejak akhir Perang Dingin.

Tetapi seperti tinjauan sebelumnya, menteri dan kepala pertahanan masih menghadapi tekanan keuangan yang signifikan dan harus mencari tahu apa yang mereka mampu. Bukan hanya tank yang dilihat, tetapi jenis dan jumlah kapal perang dan pesawat terbang serta ukuran keseluruhan yang merupakan perlengkapan angkatan bersenjata.

Spekulasi seperti itu akan meningkat karena tinjauan tersebut berakhir menjelang akhir tahun ini. Pada akhirnya, keputusan untuk membuang tank oleh Angkatan Darat Inggris disebut akan menjadi keputusan politik, bukan militer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement