Sabtu 05 Sep 2020 17:07 WIB

Faisal: Penanganan Covid-19 Belum Selesaikan Akar Masalah

Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia semakin tidak terkendali.

Pengamat Ekonomi Faisal Basri.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Pengamat Ekonomi Faisal Basri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menyebutkan bahwa penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah belum menyelesaikan akar masalah. Ia menilai strategi pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah, salah satunya memberikan bantuan subsidi gaji untuk karyawan sebesar Rp 600 ribu hanya sebagai pemadam kebakaran atau bersifat sementara.

"Ibaratnya Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, LPS, sudah bekerja maksimal, namun mereka sebagai pemadam kebakaran, akar masalahnya sendiri belum diselesaikan," kata Faisal Basri dalam diskusi yang diselenggarakan Populi Center dan Smart FM di Jakarta, Sabtu (5/9).

Baca Juga

Insentif kepada para pelaku usaha dan investor pun, dinilai Faisal, tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal itu karena jumlah kasus Covid-19 di Indonesia yang semakin tidak terkendali.

"Negara-negara yang mampu mengendalikan pandemi dengan sangat baik, mendapat bonus indeks sahamnya positif, seperti Korea dan China, sementara negara yang mengelola pandeminya kurang elok, dapat punishment dalam bentuk indeks saham yang merosot," kata dia.

Menurut Faisal, strategi penanganan Covid-19 di Indonesia terlalu bertumpu pada sektor ekonomi saja, sedangkan penanganan virus itu sendiri belum dilaksanakan secara optimal.

Ia pun menyarankan agar pemerintah menyusun strategi contact tracing dengan mengerahkan para petugas lapangan Badan Pusat Statistik (BPS) yang tengah melakukan Sensus Penduduk 2020. Setidaknya dibutuhkan 200 ribu orang untuk melakukan jejak kontak pasien terpapar positif Covid-19.

Selain itu pembentukan Komite Kebijakan Pengendalian Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang diketuai Menko Perekonomian Airlangga Hartarto tidak lagi bertanggung jawab langsung kepada Presiden, tetapi melalui Ketua Komite Pelaksana Komite yakni Menteri BUMN Erick Thohir.

"Dalam penanganan virus, kita heavy di ekonomi. Masalahnya adalah Gugus Tugas sebelumnya bertanggung jawab pada Presiden, sekarang ke Menteri BUMN, sehingga penanganan virusnya jadi subordinasi," kata Faisal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement