Sabtu 05 Sep 2020 17:55 WIB

Berdagang dengan Allah

Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya untuk bersabar,

Rep: Syahruddin El Fikri/ Red: Muhammad Hafil
Berdagang dengan Allah. Foto: Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Berdagang dengan Allah. Foto: Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya untuk bersabar atas segala sesuatu yang menimpa mereka. Termasuk, dalam masalah lapar dan mereka mengencangkan ikat pinggang. Bila tidak ada yang dimakan, mereka berpuasa. Itulah yang dicontohkan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.

Sebuah kisah menarik yang disarikan dari kitab Permata Kisah Teladan Umat menyebutkan, suatu hari, seusai mendengarkan nasihat yang disampaikan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya di Masjid Nabawi Madinah, pulanglah Ali bin Abi Thalib ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, ia menemui istrinya, Fatimah, putri Rasulullah SAW, yang duduk memintal benang.

Baca Juga

''Wahai perempuan yang mulia, adakah makanan yang dapat dimakan suamimu ini?'' tanya Ali. Fatimah pun menjawab, ''Demi Allah, aku tidak mempunyai sesuatu pun. Tetapi, aku punya uang enam dirham yang kugunakan membeli makanan untuk Hasan dan Husein.''

''Tolong, berikanlah uang tersebut kepadaku,'' ujar Ali. Kemudian, Fatimah memberikan uang itu kepada Ali bin Abi Thalib.

Setelah itu, Ali keluar membawa uang enam dirham dan membeli makanan untuk Hasan dan Husein. Dalam perjalanan, Ali melihat seorang laki-laki yang berdiri di dekat pohon kurma dengan pakaian kumal. Rupanya, ia seorang pengemis. Melihat ada yang mendekat, pengemis itu pun meminta kepada Ali.

''Wahai tuan, siapakah yang hendak mengutangi Allah dengan piutang yang baik?'' ujar laki-laki tersebut seraya mengutip ayat Alquran surah al-Baqarah: 245. ''Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah) maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan kelipatan yang lebih banyak. Dan, Allah akan menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan.''

Maka, secara spontan Ali pun memberikan semua uang yang dimilikinya itu tanpa sisa. Ia pulang ke rumahnya dengan hati lapang. Namun, ketika Fatimah menyaksikan suaminya pulang tanpa membawa apa pun, menangislah putri Rasulullah SAW ini.

Ali kemudian bertanya mengapa Fatimah menangis. Fatimah menjawab, ''Wahai putra paman Rasulullah SAW, kulihat engkau tidak membawa apa-apa dari uang yang diberikan tadi. Mengapa bisa demikian? Bagaimana makanan Hasan dan Husein?''

Ali kemudian menyampaikan kejadian yang sesungguhnya dan mengatakan jika uang itu dia pinjamkan kepada Allah. Mendengar hal itu Fatimah pun tersenyum.

Esok harinya, Ali bermaksud menemui Rasulullah SAW. Di perjalanan, ia berjumpa dengan seorang Arab dusun yang menuntun seekor unta betina. Orang Arab dusun itu meminta Ali membeli unta yang dibawanya. Namun, Ali mengatakan dia tak punya uang.

Orang Arab dusun itu mengatakan, beli saja unta ini dan nanti bisa dibayar setelah laku. Ali kemudian membeli unta itu dengan harga 100 dirham. Setelah semuanya disepakati, berpisahlah Ali dengan orang Arab dusun tersebut. Ali lalu membawa unta betina untuk dijual. Di tengah perjalanan, Ali bertemu orang Arab dusun lainnya yang ternyata ingin membeli untanya. Ali kemudian menyebut unta itu dijualnya dengan harga 160 dirham. (Dalam riwayat lain disebutkan jumlahnya hingga 300 dirham).

Setelah harga unta itu diterima Ali, dia mencari orang Arab dusun yang pertama. Saat bertemu, dia menyerahkan harga unta yang dibelinya itu dengan harga 100 dirham.

Selanjutnya, Ali pulang dan menemui Fatimah. Ali menyerahkan uang yang didapatkannya hari itu. Fatimah heran melihat dirham begitu banyak. ''Inilah hasil kita berdagang dengan Allah,'' kata Ali.

Ali kemudian menceritakan peristiwa yang dialaminya hari itu kepada Fatimah. Mereka bertanya-tanya, siapakah gerangan kedua orang Arab dusun itu? Ali kemudian mendatangi Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu.

Rasul menjelaskan bahwa orang yang menjual unta itu adalah malaikat Jibril. Lalu, yang membelinya adalah malaikat Mikail. Sedangkan, unta itu adalah tunggangan Fatimah pada hari kiamat. N ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement