Jumat 04 Sep 2020 14:58 WIB

Faksi di Palestina Bertemu Bahas Kesepakatan UEA-Israel

Palestina kecewa ada negara Teluk Arab yang normalisasi hubungan dengan Israel.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menggelar pertemuan dengan faksi-faksi saingannya. Tampaknya berbagai pihak di Palestina ingin bersatu dalam menanggapi kesepakatan normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel.
Foto: AP Photo/Mohamad Torokman
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menggelar pertemuan dengan faksi-faksi saingannya. Tampaknya berbagai pihak di Palestina ingin bersatu dalam menanggapi kesepakatan normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas menggelar pertemuan dengan faksi-faksi saingannya. Tampaknya berbagai pihak di Palestina ingin bersatu dalam menanggapi kesepakatan normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel.

"Pertemuan ini kami digelar pada tahap yang sangat berbahaya, yang mana tujuan bangsa kami menghadapi berbagai plot dan bahaya," kata Abbas dalam pertemuan itu, Jumat (4/9).

Baca Juga

Pertemuan yang digelar melalui video konferensi itu dihadiri pemerintah Palestina di Tepi Barat dan faksi-faksi lainnya yang berada di Beirut. Tempat Ketua Hamas Ismail Haniyeh dan Sekretaris  Jenderal Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) Ziyad al-Nakhalah berada.

Sangat jarang Hamas sebagai faksi Islam dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pemerintah Abbas yang lebih sekuler menggelar pertemuan tingkat tinggi semacam ini. Kedua belah pihak bertikai selama puluhan tahun.

"Untuk berdiri bersama-sama di tengah konfrontasi dan perlawanan damai yang populer terhadap pendudukan, saya mengundang Anda sekalian untuk menyepakati formasi kepemimpinan nasional," tambah Abbas.  

Haniyeh yang berada di kedutaan besar Palestina di Beirut, Haniyeh juga mengatakan penting bagi mereka untuk menyatukan strategi. "Kami harus berhasil mengakhiri perpecahan dan membangun posisi Palestina yang bersatu, pada tahap ini kegagalan dilarang," katanya.  

Palestina kecewa ada negara Teluk Arab yang 'menormalisasi' hubungan dengan Israel. Palestina merasa kesepakatan tersebut mengkhianati mereka sebab akan memperlemah posisi negara-negara Arab yang selama berpuluh-puluh tahun tegas mendukung mereka dan meminta Israel angkat kaki dari wilayah pendudukan.

Kesepakatan UEA-Israel itu ditengahi oleh pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Selama dua tahun terakhir Abbas selalu menolak kesepakatan yang diajukan Trump.

Menurutnya kesepakatan itu hanya menguntungkan dan berpihak pada Israel. Abbas juga menolak rencana Timur Tengah pemerintah Trump yang diumumkan pada bulan Januari lalu.

Pada Senin (31/8) lalu pejabat pemerintah Israel dan AS mengunjungi Abu Dhabi untuk mengunci kesepakatan normalisasi. Menantu dan penasihat Trump, Jared Kushner mengatakan Palestina harus menerima kesepakatan tersebut, memulai kembali negosiasi dengan Israel dan 'tidak terjebak di masa lalu'.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement