Jumat 04 Sep 2020 13:38 WIB

IDI: Aceh tak Berdaya Jika Tangani Covid-19 tanpa Strategi

Jumlah warga Aceh terinfeksi dan meninggal karena Covid-19 bertambah.

IDI: Aceh tak Berdaya Jika Tangani Covid-19 tanpa Strategi. Petugas menyemprotkan cairan disinfektan pada sel tahanan yang ditempati warga binaan di Lembaga Permasyarakatan Kelas-II A, Banda Aceh, Aceh, Kamis (3/9/2020). Penyemprotan cairan disinfektan di Lapas Kelas II A yang dihuni 638 warga binaan itu untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.
Foto: Antara/Ampelsa
IDI: Aceh tak Berdaya Jika Tangani Covid-19 tanpa Strategi. Petugas menyemprotkan cairan disinfektan pada sel tahanan yang ditempati warga binaan di Lembaga Permasyarakatan Kelas-II A, Banda Aceh, Aceh, Kamis (3/9/2020). Penyemprotan cairan disinfektan di Lapas Kelas II A yang dihuni 638 warga binaan itu untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh menyatakan Provinsi Aceh tidak akan berdaya menghadapi peningkatan kasus Covid-19, apabila tidak memiliki strategi konkret dalam upaya penanganan penyebaran virus tersebut.

Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman mengatakan jumlah warga yang positif terinfeksi di Tanah Rencong terus meningkat dan begitu juga dengan angka kematian. Pemerintah Aceh harus segera mengambil tindakan.

Baca Juga

"Melihat kasus kita semakin tinggi, ya artinya maka wajar angka kematian ikut tinggi. Tapi sampai saat ini kita berpikir Aceh sudah sampai tahap dimana ini sudah sangat serius, kita harus punya strategi, kalau tidak kita tidak berdaya nanti," kata Safrizal, Kamis (4/9).

Ia menjelaskan, awal terdeteksi diketahui yang paling berisiko terhadap Covid-19 yakni mereka memiliki penyakit penyerta (kormobid) dan yang berusia tua. Sedangkan saat ini, banyak mutasi dari virus tersebut ditemukan di Indonesia sehingga penyebarannya sangat cepat.

Safrizal mengatakan, mereka yang meninggal dunia memang pasien dengan gejala berat, dan memiliki kormobid. Bahkan laporan setiap hari ruang Respiratory Intensive Care Unit (RICU) penuh dengan pasien Covid-19 bergejala berat.

"RICU penuh terus, artinya pasien berat memang di RICU. Kita khawatirnya kalau ada yang berat lain, sementara RICU penuh nggak bisa dimasukkan, harus dirawat di tempat biasa. Tentu dengan di RICU saja kita susah membantu mereka, apalagi tanpa perawatan intensif," ujarnya.

Sebelumnya, IDI Aceh juga pernah merekomendasikan agar Pemerintah Aceh lakukan upaya pencegahan dengan pembatasan secara berjenjang, mulai dari kembali menerapkan work from home (WFH), jam malam, hingga penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Secara kumulatif, kasus Covid-19 Aceh mencapai 1.793 orang, di antaranya 1.021 orang masih dalam penanganan medis, 700 orang telah sembuh, dan 72 orang meninggal dunia.

Sementara untuk kalangan tenaga kesehatan, kata Safrizal, lebih 200 orang yang telah terinfeksi Covid-19. Mayoritas mereka merupakan orang tanpa gejala (OTG) atau asimtomatik, sehingga hanya perlu isolasi mandiri.

"Ada yang isolasi di rumahnya, ada yang tempat yang disediakan pemerintah daerah. Yang aktif sedang menjalankan isolasi sekitar 50 orang. Meninggal dunia satu orang kemarin, itulah membuat kita berduka," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement