Kamis 03 Sep 2020 10:09 WIB

Bank Terbesar di UEA Jajaki Kerja Sama dengan Bank Israel

UEA dan Israel mulai menormalkan hubungan bilateral sejak bulan lalu.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Bank terbesar di Israel, Bank Hapoalim.
Foto: Times of Israel
Bank terbesar di Israel, Bank Hapoalim.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – First Abu Dhabi Bank (FAB) PJSC, bank terbesar di Uni Emirat Arab (UEA) secara aset, berencana memulai pembicaraan dengan Bank Hapoalim dan Bank Leumi untuk menjalin kerja sama di sektor keuangan. Diskusi ini dilakukan di tengah upaya UEA dan Israel yang ingin menormalisasi hubungan dua negara.

Dalam sebuah cuitan, FAB menjelaskan, diskusinya tersebut membahas tentang upaya membangun hubungan perbankan yang akan memperkuat kerjasama keuangan dan ekonomi antara UEA dengan Israel. "Dengan fokus pada perbankan koresponden, perdagangan bilateral dan teknologi serta inovasi," tulis FAB, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/9).

Baca Juga

Keputusan itu menyusul penandatanganan nota kesepahaman antara bank sentral UEA dengan Kantor Perdana Menteri Israel, ucap FAB yang merupakan pemberi pinjaman terbesar di UEA.

UEA dan Israel diketahui mulai menormalkan hubungan sejak bulan lalu. Sebagai bagian dari proses, El Al Israel Airlines Ltd mengoperasikan penerbangan komersial ke UEA pada Senin (31/8) dengan pejabat senior Amerika Serikat dan Israel di dalamnya. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada pekan lalu, dua negara melalui Dubai Emirates NDB dan Bank Leumi Israel telah memulai pembicaraan tentang potensi kemitraan bisnis. Informasi ini disampaikan salah satu sumber, seperti dilansir di Gulf News, Rabu. Emirates NDB tidak mengomentari laporan tersebut saat ditanyakan Gulf News.

Analis memprediksi, perluasan kerjasama diplomatik dan komersial antara UEA dengan Israel akan terus terjadi. Proyeksi ini menyusul penghapusan Undang-Undang Federal Nomor 15 Tahun 1972 tentang Pemboikotan Israel.

"Formalisasi hubungan dengan Negara Israel melalui undang-undang baru ini akan membuka jalan bagi lebih banyak usaha di kedua negara dalam menjajaki peluang bisnis," kata seorang analis.

Lembaga pemeringkat kredit Moody’s menyebutkan, normalisasi hubungan akan saling menguntungkan bagi kedua negara dalam hal bisnis dan kerjasama ilmiah.

"Ini (hubungan yang dinormalisasi) akan memiliki konsekuensi ekonomi dan geopolitik yang penting bagi kedua negara. UEA, terutama, akan diuntungkan dari peningkatan peluang pariwisata dan transportasi. Sementara formalisasi hubungan akan mendukung situasi keamanan Israel yang meningkat," kata seorang analis di Moody’s, Thaddeus Best, pekan lalu.

Para analis mengatakan, melalui undang-undang yang membuat hubungan diplomatik dan bisnis diresmikan, akan lebih banyak negosiasi bisnis dan perjanjian kerjasama terjadi pada beberapa hari mendatang.

Menurut Kementerian Ekonomi Israel, normalisasi hubungan dapat meningkatkan ekspor ke UEA menjadi 300 hingga 500 juta dolar AS per tahun atau sekitar 0,3-0,4 persen dari ekspor Israel. Di sisi lain, investasi UEA di Israel dapat mencapai 350 juta dolar AS per tahun, sekitar 1,9 persen dari total investasi asing langsung (FDI) yang masuk. Israel juga akan mendapatkan keuntungan dari akses ke pasokan minyak yang lebih aman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement