Kamis 03 Sep 2020 05:42 WIB

Khaibar dan Kisah Penaklukan Kaum Yahudi

Khaibar merupakan nama sebuah kawasan di utara Madinah.

Khaibar dan Kisah Penaklukan Kaum Yahudi. Foto: Khaibar
Foto: hasmi.org
Khaibar dan Kisah Penaklukan Kaum Yahudi. Foto: Khaibar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khaibar merupakan nama sebuah kawasan yang berlokasi sekitar 165 km sebelah utara Madinah. Khaibar sangat istimewa karena memiliki tanah yang subur dan air yang berlimpah. Dengan kesuburan tanahnya ini, Khaibar menjadi salah satu kawasan penghasil kurma, biji-bijian, dan buah-buahan. Oleh karena itu, Khaibar juga sering disebut sebagai negeri Hijaz yang subur atau negeri Hijaz yang kuat.

 

Baca Juga

Pada masa Rasulullah, Khaibar mempunyai pasar bernama Pasar An Nathah. Pasar ini dilindungi oleh Kabilah Ghathafan. Kabilah Ghathafan menganggap bahwa Khaibar termasuk wilayah kekuasaanya.

Selain itu, di wilayah ini juga banyak perkampungan Yahudi, bahkan bisa dibilang sebagai perkampungan Yahudi terbesar di Jazirah Arab Saudi. Kaum yahudi yang tinggal di Khaibar adalah masyarakat kaya yang berprofesi sebagai pedagang dan petani. Kebanyakan mereka memiliki kebun anggur, kurma, sayur-mayur, dan biji-bijian. Kaum Yahudi di Khaibar juga memiliki pabrik sutra yang besar serta pabrik metal untuk peralatan dan senjata. Kawasan  Khaibar terpusat pada tiga titik, yakni Natat, Shiqq, dan Katiba.

Kisah pertempuran antara kaum Muslim dan Yahudi di Khaibar ini terjadi di pengujung bulan Muharram tahun 7 H. Pertempuran ini menjadi salah satu pertempuran kaum Muslim yang paling sengit karena kondisi pasukan Yahudi saat itu sangat kuat.

Pertempuran ini dipicu oleh ulah orang-orang Yahudi Khaibar yang sering kali melakukan tindakan licik mengadu domba kaum Muslim. Bahkan, kaum Yahudi Khaibar yang memiliki pasukan sebanyak 10.000 orang dengan senjata lengkap dan benteng sangat kuat bersikap seolah menantang kaum Muslim.

Menghadapi kondisi tersebut, Rasulullah SAW memutuskan untuk mempersiapkan pasukan dan berangkat ke Khaibar. Pasukan Muslim yang disiapkan hanya berkekuatan 1.600 orang dengan 200 orang yang mengendarai kuda.

Ketika akan tiba di Khaibar, Rasulullah memerintahkan pasukan berhentinya. Di tempat ini, beliau berdoa kepada Allah SWT. “Wahai, Tuhan langit dan segala yang ada di bawahnya, Tuhan tujuh lapis bumi dan segala yang ada di atasnya, Tuhan setan-setan dan segala yang menyesatkan, serta Tuhan angin dan segala yang diterbangkannya, sesungguhnya kami mohon kepada-Mu kebaikan negeri ini serta kebaikan penduduk dan segala yang ada di dalamnya. Kami berlindung kepada-Mu dan kejahatannya, kejahatan penduduk, dan kejahatan yang ada di dalamnya.”

Ketika menghadapi serbuan kaum Muslim, kaum Yahudi sudah mempersiapkan diri. Pasukan Romawi yang lebih kuat pun belum tentu mampu menaklukkan benteng Khaibar yang memiliki sistem pertahanan berlapis-lapis.

Dalam pertempuran ini, kaum Muslim bertempur dengan keteguhan hati yang sangat tinggi. Saat itu, pasukan Rasulullah langsung menyerbu jantung pertahanan musuh. Pasukan Yahudi saat itu dipimpin Sallam bin Misykam. Perempuan, anak-anak, dan harta benda mereka ditempatkan di benteng Watih dan Sulaim. Sedangkan, persediaan makanan dikumpulkan di benteng Na’im.

 

Saat pertempuran, Sallam sebenarnya berhasil dibunuh pasukan Muslim. Namun, kematian komandan pasukan Yahudi ini tidak menyebabkan pertahanan Khaibar mudah ditembus. Rasulullah bahkan sampai menugaskan Abu Bakar dan Umar untuk menembus pertahanan Khaibar, tetapi tak berhasil. Setelah komando pasukan diserahkan kepada Ali bin Abu Thalib, pertahanan pasukan Yahudi berhasil dipatahkan.

Di Khaibar inilah nama Ali menjulang. Keberhasilannya merenggut pintu benteng untuk kemudian menjadi perisai selalu dikisahkan dari abad ke abad. Harith bin Abu Zainab yang ditunjuk sebagai komandan pasukan kaum Yahudi setelah Sallam tewas juga berhasil dibunuh.

Satu demi satu benteng Yahudi di Khaibar dapat dikuasai pasukan Muslim. Namun, di dua benteng terakhir, tentara-tentara Yahudi bertahan dengan sangat gigih sehingga banyak korban yang jatuh, baik di pihak Islam maupun mereka.

 

Namun, lambat laun, pihak Yahudi menyerah dan menyatakan bersedia keluar dari Khaibar bersama-sama dengan keluarganya masing-masing. Seluruh benteng kemudian diserahkan kepada pasukan umat Islam.

Di dalam benteng-benteng tersebut, kaum Muslim memperoleh banyak senjata dan menemukan ribuan kitab Taurat. Kaum Yahudi kemudian meminta kitab-kitab tersebut dikembalikan. Tuntutan ini dikabulkan oleh Rasulullah SAW.

Bahkan, Rasulullah juga memerintahkan pasukannya untuk tetap melindungi warga Yahudi dan seluruh kekayaannya selama dalam perjalanan ke luar Khaibar. Kecuali, seorang Yahudi bernama Kinana bin Rabi yang terbukti berbohong saat dimintai keterangan Rasulullah.

Perlindungan itu sengaja diberikan Rasulullah untuk menunjukkan perbedaan perlakuan umat Islam dan Kristen terhadap pihak yang dikalahkan. Pasukan Kristen dari Kekaisaran Romawi biasanya akan akan menghancurkan kelompok Yahudi yang dikalahkannya. Sekarang, kaum Yahudi Khaibar diberi kemerdekaan untuk mengatur dirinya sendiri sepanjang mengikuti garis kepemimpinan Rasulullah.

Perang Khaibar ini diceritakan menelan korban 93 orang dari pihak Yahudi dan 15 orang dari pihak pasukan Muslim. Rasulullah pun sempat tinggal beberapa lama di Khaibar. Namun, di tempat ini, Rasulullah nyaris meninggal karena diracun Zainab binti Harith yang ternyata istri Sallam, komandan pasukan Yahudi yang tewas dalam pertempuran.

 

Saat itu, Zainab mengirim sepotong daging domba untuk pasukan Rasulullah. Rasulullah SAW pun sempat menggigit sedikit daging tersebut, tetapi segera memuntahkannya setelah merasa ada hal yang ganjil. Namun, tidak demikian halnya dengan sahabat Rasul, Bisyri bin Bara. Dia meninggal lantaran memakan daging tersebut.

Setelah Khaibar ditaklukkan, rombongan pasukan Rasulullah pun kembali ke Madinah melalui Wadil Qura, wilayah yang dikuasai kelompok Yahudi lainnya. Sempat juga terjadi pertempuran di tempat ini. Namun, sebagaimana di Khaibar, mereka kemudian berhasil ditaklukkan juga. Sementara itu, kaum Yahudi di Taima mengulurkan tawaran damai tanpa melalui peperangan.

Dengan penaklukan kaum Yahudi tersebut, Islam di Madinah telah menjadi kekuatan utama di Jazirah Arab. Ketenangan masyarakat pun semakin terwujud. Dengan demikian, Muhammad dapat lebih berkonsentrasi dalam dakwah membangun moralitas masyarakat.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement