Rabu 02 Sep 2020 19:31 WIB

Mengembalikan Fungsi Masjid di Masa Rasulullah

Fungsi masjid sangat banyak meski sekarang fungsi itu sudah dialihkan ke lembaga lain

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mengembalikan Fungsi Masjid di Masa Rasulullah (ilustrasi).
Foto: Prayogi/Republika
Mengembalikan Fungsi Masjid di Masa Rasulullah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masjid Istiqlal meluncurkan program Majelis Mudzakarah, Rabu (2/9) hari ini. Peluncuran yang dilakukan secara virtual ini dipimpin langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar dan Ketua Majelis Mudzakarah Masjid Istiqlal (M3I), KH Quraish Shihab.

KH Quraish Shihab mengatakan, peluncuran majelis mudzakarah ini merupakan upaya untuk mengingat kembali fungsi masjid seperti yang diterapkan pada masa Rasulullah SAW. Mantan menteri Agama ini juga menjelaskan makna dasar dan arti yang terkandung dari majelis mudzakarah.

"Majelis itu memiliki arti mengajak orang yang berbaring untuk duduk, dan mengajak orang yang duduk untuk bergerak, melakukan suatu kegiatan. Majelis ini harus dimaknai sebagai membangunkan yang tidur, mengajak yang tidak aktif untuk aktif, dan segera bangkit untuk melakukan kegiatan," jelasnya saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran Majelis Mudzakarah Masjid Istiqlal, Rabu (2/9).

"Sedangkan Mudzakarah adalah suatu kata yang menunjukkan kegiatan timbal balik. Diambil dari huruf yang memiliki makna asasi, pertama, jantan, dan kedua, mengingat atau menyebut, memelihara, dan menunjukkan keterlibatkan dua pihak. Maka majelis mudzakarah ini diartikan sebagai tempat yang berisi kegiatan yang melibatkan dua pihak untuk saling mengingatkan, saling menguatkan, dan saling memperkokoh," ujarnya.

Adapun alasan majelis mudzakarah diluncurkan dari masjid, kata KH Quraish, tak lain untuk mengingatkan kembali fungsi masjid sebagaimana yang dilakukan Rasulullah. Jika pada masanya, Rasulullah memusatkan seluruh kegiatan di masjid, baik sosial, ekonomi, kesenian, kebudayaan, bahkan pemerintahan, maka Majelis Mudzakarah ini akan berfungsi sebagai pengingat dan penyalur ajaran yang telah Nabi Muhammad SAW berikan.

"Fungsi masjid sangat banyak, meski sekarang fungsi itu sudah dialihkan ke lembaga lain. Walaupun masjid saat ini tidak lagi berfungsi sebagaimana fungsi masjid pada masa Rasulullah, tapi nilai nilai yang diajarkan nabi harus tetap disalurkan, dan itu dapat terwujud melalui mudzakarah yaitu saling ingat-mengingatkan," jelasnya.

Selain meluncurkan majelis mudzakarah, Masjid Istiqlal juga akan mengadakan beberapa program unggulan lain, seperti program Pendidikan Kader Ulama (PKU), yang akan diadakan secara nasional dan internasional.

Melalui program ini, para peserta akan diberikan sertifikat kader ulama dari Masjid Istiqlal dan sertifikat akademik setara magister jurusan ilmu tafsir dari Perguruan Tinggi Ilmu Qur'an (PTIQ) Jakarta.

"Program ini bersifat nasional dan kami akan mengundang seluruh pimpinan dari seluruh daerah untuk mengirim utusannya yang insyaAllah akan mampu memimpin umat, dan imam di masjid daerah masing-masing," ujarnya.  

"Di kesempatan selanjutnya, kami juga akan membuka program PKU level internasional dengan meminta peserta dari komunitas Muslim seluruh dunia, khususnya utusan dari masjid negara di setiap negara. InsyaAllah ini akan kita laksanakan dalam waktu dekat," tambahnya.

Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Ketua Harian Badan Pelaksana Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar menjelaskan Masjid Istiqlal juga telah menyiapkan rentetan program lain seperti program pendidikan pascatahfidz, majelis pengkajian Masjid Istiqlal, lembaga pengkajian dan pengembangan ekonomi umat, sharing bersama ulama dan umara, juga workshop imam-imam besar masjid negara dari seluruh dunia.

"Kita akan terus mengadakan program dan kegiatan, baik online maupun offline, dan berharap agar masyarakat dapat terus berpartisipasi dan mendukung program-program yang ada," tutupnya.  

Peresmian Majelis Mudzakarah Masjid Istiqlal (M3I) ini juga dihadiri oleh Imam Islamic Center of New York, KH Syamsi Ali, Guru Besar UIN Jakarta, KH Said Aqil Husin Al Munawwar, Dosen Monash University, Nadisyah Hosen dan sejumlah tokoh islam lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement