Kamis 03 Sep 2020 01:05 WIB

Chevron Gugat Perusahaan Australia Terkait Merek Dagang

Chevron diketahui telah berdiskusi mengenai permasalahan ini sejak Maret 2020 lalu.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Logo Chevron.
Foto: stateimpact.npr.org
Logo Chevron.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY – Raksasa minyak Amerika Serikat, Chevron, menuntut operator bahan bakar asal Australia, Ampol, ke pengadilan. Tuntutan tersebut atas dugaan penyalahgunaan merek Caltex milik Chevron di 177 stasiun pengisian bahan bakar Ampol yang tersebar di seluruh Australia.

Tuntutan tersebut disampaikan Ampol kepada pelaku pasar keuangan, Selasa (1/9) pagi. Saat ini, Chevron sedang meminta Ampol untuk menghapus dampak kerusakan dan bukti-bukti penyalahgunaan. Di antaranya, papan nama  yang melanggar kesepakatan.

Baca Juga

"Dugaan pelanggaran juga terlihat pada sejumlah situs pihak ketiga yang tidak ditentukan dan kini beroperasi di bawah sublisensi dari Ampol," ujar Ampol dalam sebuah pernyataan resmi, seperti dilansir di Reuters, Selasa (1/9).

Sebelumnya, Ampol memiliki nama Caltex di Australia berdasarkan perjanjian lisensi lama dengan Chevron yang merupakan pemilik merek tersebut. Perjanjian tersebut sudah selesai pada akhir tahun lalu. Saat ini, Ampol melakukan perubahan merek senilai 165 juta dolar AS untuk beralih dari nama Caltex.

Seperti dilansir di Sydney Morning Herald, Selasa, tuntutan Chevron menuduh Ampol telah melanggar perjanjian lisensi merek dagang (trademark licensing agreement/ TMLA) antara kedua perusahaan di 177 stasiun.

Secara khusus, Chevron menuduh dua pelanggaran di mana kanopi stasiun pengisian bahan bakar diberikan tanda 'The Foodary' Ampol. Selain itu, ada 21 pelanggaran tambahan, yaitu papan harga stasiun memiliki logo Foodary pada bagian atasnya, bukan logo Caltex.

Selain itu, terdapat 151 pelanggaran lebih lanjut yang diduga menyangkut logo bintang Caltex. Perusahaan seharusnya memberikan sentuhan warna merah di sekitar logo, bukan hijau seperti yang dilakukan mereka.

Dalam dokumen yang diajukan oleh Chevron, perusahaan mengklaim telah menderita, dan akan terus mengalami efek ‘kerugian dan kerusakan substansial’ karena dugaan pelanggaran yang mencolok. Chevron mengklaim telah memberi tahun Ampol berkali-kali sejak 2017 tentang dugaan ketidakpatuhan.

Chevron sedang berupaya untuk memaksa Ampol mengubah merek pada stasiun-stasiun pengisian bahan bakar yang terdapat pelanggaran merek.

Beberapa tempat telah dibuah menjadi lokasi Ampol. Semua stasiun ditargetkan akan dikonversi sebelum berakhirnya perjanjian lisensi merek dagang perusahaan pada akhir 2022.

Kasus ini tidak akan disidangkan oleh pengadilan hingga Maret tahun depan, ketika sebagian besar proses rebranding diharapkan bisa selesai.

Dalam sebuah pernyataan, Ampol mengatakan akan bertahan di persidangan dan meyakini, papan nama dalam beberapa stasiun miliknya sudah sesuai dengan perjanjian.

Ampol juga memastikan, proses hukum yang kini sedang berjalan tidak mempengaruhi transisi ke merek 'Ampol'. "Dua lokasi percontohan kami telah selesai pada Agustus dan lokasi selanjutnya direncanakan selesai sampai tahun 2022, sesuai target rencana transisi Ampol," kata perusahaan.

Ampol dan Chevron diketahui telah berdiskusi mengenai permasalahan ini sejak Maret. Saham Ampol turun 2,5 persen pada awal perdagangan Selasa, namun membaik dan ditutup dengan penurunan 1,54 persen pada 25,62 dolar AS.

Seorang juru bicara Chevron mengatakan, perusahaan telah mengambil tindakan hukum untuk melindungi merek Caltex dan menghindari kebingungan yang disebabkan oleh penyalahgunaan merek.

"Kami akan membawa kembali merek Caltex yang ikonik di Australia begitu kami mampu secara kontrak," tutur Chevron.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement