Rabu 02 Sep 2020 16:09 WIB

Pengamat Nilai PSBB Sudah tidak Efektif

Harus ada pola baru yang disiapkan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus.

Rep: Mabruroh/ Red: Agus Yulianto
Executive Director of Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.
Foto: Dok. Pribadi
Executive Director of Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah tidak efektif lagi. Pasalnya, PSBB yang diterapkan terlalu longgar dan tidak dibarengi sanksi tegas.

"Saya pikir PSBB sudah tidak efektif, karena PSBB selama ini juga sangat longgar dan tidak ada sangsi yang tegas dan keras," ujar Pangi kepada Republika, Rabu (2/9).

Pangi menilai, harus ada pola baru yang disiapkan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus serta membuat masyarakat jauh lebih patuh terhadap protokol kesehatan. PSBB yang longgar selama ini, menurut Pangi, merupakan produk gagal dan dianggap tidak berhasil.

"Mungkin harus disiapkan pola baru, kalau PSBB ini saya pikir termasuk regulasi atau produk gagal, tidak berhasil dalam mencegah kondisi buruk seperti sekarang," ujarnya.

Pola baru nanti menurut dia, harus ada efek kejut dan tidak lagi hanya bersifat himbauan. Tetapi harus sudah memiliki sanksi yang keras apabila bermain-main dan tidak patuh pada protokol kesehatan.

"Negara harus tegas bila perlu tentara diturunkan, agar masyarakat makin disiplin," ucapnya.

Pangi justru menilai, sebenarnya negara nampak putus asa karena kasus positif semakin naiknya jumlahnya. Presiden dan Menteri juga mulai terlihat semakin gamang dalam mencegah kasus positif yang bertambah terus menerus.

Dokter, ujar Pangi, sudah bukan lagi menjadi pahlawan yang bergerak digarda terdepan melawan Covid-19. Dokter, tambah Pangi, lebih terlihat sebagai tumbal negara dalam menyikapi Covid-19.

"Hampir tujuh bulan Covid-19, yang kita saksikan adalah bagaimana dokter dan perawat terus tumbang, mereka di puja-puji sebagai pahlawan garda terdepan, tapi negara membiarkan aset seperti dokter berguguran," ungkapnya.

"Sekarang ini, dibutuhkan kemampuan pemimpin membaca situasi yang luar biasa, bukan lagi pemimpin yang biasa, tapi harus punya sense of politics yang matang. Situasi sekarang bukan lagi situasi yang biasa-biasa," tambah dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement