Rabu 02 Sep 2020 15:09 WIB

Temuan Facebook Soal Rusia Sejalan dengan Kontraintelijen AS

Facebook temukan banyak akun yang mengintervensi politik AS dan Inggris

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Facebook.
Foto: AP
Facebook.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Facebook menyatakan operasi pengaruh Rusia membuat media sendiri untuk menargetkan pemilih sayap kiri di Amerika Serikat (AS) dan Inggris, Selasa (1/9). Bahkan, Rusia merekrut jurnalis lepas untuk menulis tentang politik dalam negeri.

Temuan tersebut mendukung penilaian oleh pejabat tinggi kontraintelijen AS bulan lalu. Laporan itu mengatakan Moskow menggunakan disinformasi secara daring untuk mencoba melemahkan kampanye Biden. Kondisi ini memicu kekhawatiran tentang upaya Rusia lebih lanjut untuk ikut campur dalam pemungutan suara November.

Baca Juga

Seorang juru bicara kampanye Trump mengatakan presiden akan memenangkan pemilihan ulang secara adil dan jujur. "Kami tidak membutuhkan atau ingin campur tangan asing," katanya. Sedangkan tim kampanye Biden belum menanggapi temuan tersebut.

Kepala kebijakan keamanan siber Facebook, Nathaniel Gleicher, mengatakan timnya bertindak atas saran FBI dan menangguhkan akun sebelum mengumpulkan banyak pengikut daring. Hanya 14 ribu orang mengikuti satu atau lebih dari akun yang ditangguhkan. "Saya pikir sangat penting bagi kita untuk mengetahui tentang ini," kata Gleicher.

Dalam sebuah pernyataan, FBI mengatakan telah menandai aktivitas tersebut ke Facebook. "FBI memberikan informasi dalam masalah ini untuk lebih melindungi dari ancaman terhadap keamanan negara dan proses demokrasi kami," kata pernyataan itu.

Operasi Rusia tersebut sebagian berfokus pada politik AS dan ketegangan rasial menjelang pemilihan presiden pada 3 November. Facebook menyatakan kegiatan program tersebut berpusat di sekitar organisasi media palsu bernama Peace Data.

Twitter juga menyatakan pihaknya juga telah menangguhkan lima akun sebagai bagian dari operasi yang dapat dikaitkan dengan pelaku dari negara Rusia. Atas laporan dari perusahan media sosial itu, Peace Data tidak menanggapi permintaan komentar melalui email. Sedangkan Rusia sebelumnya membantah tuduhan AS mencoba mempengaruhi pemilihan dan mengatakan tidak ikut campur dalam politik domestik negara lain.

Penyelidik di perusahaan analitik media sosial Graphika mempelajari operasi tersebut. Peace Data dinilai sebagian besar menargetkan kelompok progresif dan sayap kiri di AS dan Inggris, tetapi juga mengunggah tentang peristiwa di negara lain termasuk Aljazair dan Mesir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement