Rabu 02 Sep 2020 14:23 WIB

Walau Pandemi, UII Dorong Civitasnya Tingkatkan Inovasi

Pandemi turut melahirkan berbagai pembaharuan paradigma terkait riset.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UII Yogyakarta.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UII Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Perangkingan Kementerian Ristek Dikti menempatkan Universitas Islam Indonesia (UII)  Yogyakarta dalam posisi kedua perguruan tinggi swasta (PTS) untuk inovasi. Karenanya, pandemi ini diharap tidak menghentikan civitas akademika UII terus meningkatkan inovasi.

Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UII, Dr Hendra Setiawan menilai, yang dijalankan UII sesuai tujuan penyelenggaraan pendidikan tinggi di UU Nomor 12 Tahun 2012. Yaitu, berkembangnya potensi yang dimiliki mahasiswa.

"Agar menjadi manusia yang beriman dan berakhlak mulia, serta terwujudnya pengabdian masyarakat," kata Hendra, dalam konferensi nasional yang digelar FIAI UII.

Ia menekankan, empat unsur yang tercantum dalam catur darma UII tidak bisa dipisahkan. Pendidikan sebagian dari hasil penelitian, penelitian didasari pendidikan, hasil penelitian ini direalisasikan ke pengabdian masyarakat.

Pengabdian tidak berhenti di sana, diperlukan output yang dinamakan inovasi. Sedangkan, unsur dakwah dari catur darma UII akan meliputi semua unsur lain yaitu semua unsur dilakukan dalam rangka berdakwah.

Untuk itu, ia berharap, dosen-dosen FIAI UII bisa berkontribusi meningkatkan inovasi yang dihasilkan. Ini jadi masalah ketika pengabdian masyarakat tidak memberikan inovasi seperti buku, jurnal internasional, atau publikasi.

"Karena, jika hal-hal tersebut tidak ada, maka tidak bisa dicantumkan dalam data yang menjadi unsur perangkingan," ujarnya.

Hendra menekankan, hal-hal yang jadi masalah dalam penelitian dan pengabdian masyarakat seperti SDM. Kurangnya kompetensi dan produktivitas SDM peneliti di Indonesia serta peneliti bergelar S3 baru mencapai 17 persen dari total

Selain itu, masalah lain hadir dari manajemen riset, kelembagaan riset, dan anggaran riset. Terlebih, pada era pandemi yang menyebabkan menurunnya anggaran riset, terutama dari bidang-bidang yang tidak fokus ke penyelesaian pandemi.

Pandemi, lanjut dia, turut melahirkan berbagai pembaharuan paradigma terkait riset. Orientasi riset, misalnya, yang dulu ada di keilmuan kini berubah kepada orientasi kemanfaatan dan multidisipliner.

Hal ini menimbulkan kebijakan inovasi riset yang menuntut luaran tepat guna, komersialisasi, dan substitusi impor dengan produk lokal. Selain itu, fokus penelitian saat ini juga diarahkan ke tema-tema yang berhubungan Covid-19.

Tidak kalah penting, ia mengingatkan, saat ini penelitian lebih memberikan berfokus kepada output dibandingkan input. Output ini yang diharapkan bisa memberikan inovasi terhadap masing-masing bidang.

"Inovasi saat ini bersifat terbuka, bukan soal menimbun ide tapi juga soal bagaimana merealisasikan ide menjadi sebuah inovasi nyata," ujar Hendra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement