Rabu 02 Sep 2020 12:35 WIB

PBB Sambut Gencatan Senjata Hamas-Israel

Gencatan senjata Hamas-Israel dinilai bisa membantu penanganan Covid-19 di Gaza

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Warga Gaza tengah menikmati suasana tenang selama gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Foto: Reuters
Warga Gaza tengah menikmati suasana tenang selama gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Koordinator Khusus PBB untuk Perdamaian Timur Tengah Nikolay Mladenov menyambut kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Menurutnya, hal itu dapat membantu penanganan krisis Covid-19 di Jalur Gaza.

"Saya menyambut kesepakatan untuk meredakan ketegangan di dan sekitar Gaza. Mengakhiri peluncuran perangkat pembakar dan proyektil, memulihkan listrik akan memungkinkan PBB untuk fokus menangani krisis Covid-19," kata Mladenov melalui akun Twitter pribadinya pada Selasa (2/9), dikutip laman UN News.

Baca Juga

Sebelumnya, Israel memperketat blokade terhadap Gaza. Hal itu dilakukan merespons serangan balon api dan pembakar yang diterbangkan dari Gaza ke wilayah Israel. Balon-balon tersebut telah menyebabkan lebih dari 400 kebakaran di wilayah Israel selatan.

Tak hanya menutup akses pengiriman barang-barang, Israel pun menyetop pasokan bahan bakar minyak (BBM) ke Gaza. Akibatnya satu-satunya pembangkit listrik di Gaza berhenti beroperasi pada 18 Agustus lalu. Berkurangnya pasokan listrik berdampak pada sektor-sektor vital termasuk kesehatan.

"Saat ini, orang memiliki akses ke pasokan listrik bergulir maksimal empat jam per hari, situasi yang sulit di titik mana pun, tetapi sangat serius mengingat upaya untuk menahan wabah Covid-19. Situasi tersebut menghambat penyediaan layanan di fasilitas karantina dan kapasitas sistem kesehatan untuk menghadapi tuntutan yang meningkat, seperti kemampuan untuk mendeteksi kasus baru Covid-19," kata Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie McGoldrick pada Senin (31/8), dilaporkan laman kantor berita Palestina WAFA.

Sejauh ini, Gaza telah melaporkan 356 kasus Covid-19 dengan empat korban meninggal. Sebanyak 72 pasien berhasil pulih. Pelapor khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia (HAM) di Palestina Michael Lynk telah memperingatkan tentang bahaya penyebaran Covid-19 di Gaza. "Sementara komunitas internasional telah menyediakan pasokan medis untuk menangani pandemi, Gaza kekurangan infrastruktur perawatan kesehatan, terutama mengenai kapasitas rumah sakit dan jumlah tenaga kesehatan, alat penguji dan peralatan pernapasan-untuk menangani wabah yang meluas,” katanya.

Warga Palestina di Gaza telah hidup di bawah blokade Israel selama 13 tahun. Hal itu menjadi penyebab terjadinya krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Sebagian besar warga hidup dalam kemiskinan, tingkat pengangguran tinggi, dan akses terhadap layanan kesehatan terbatas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement