Selasa 01 Sep 2020 16:46 WIB

Kushner Minta Warga Palestina tak Terjebak Masa Lalu

Kushner ikut dalam rombongan delegasi penerbangan Israel ke Uni Emirat Arab.

Penasihat Gedung Putih sekaligus menantu Presiden AS Donald Trump Jared Kushner.
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Penasihat Gedung Putih sekaligus menantu Presiden AS Donald Trump Jared Kushner.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Pejabat tinggi Amerika Serikat dan Israel mendarat di Uni Emirat Arab (UAE) pada Senin dalam perjalanan historis yang menandakan hubungan terbuka antara Israel dan negara Teluk itu. Momen ini dianggap sebagai waktu yang tepat bagi rakyat Palestina untuk menegosiasikan perdamaian.

Baca Juga

Penasihat Senior Gedung Putih Jared Kushner mengatakan warga Palestina tidak harus terjebak di masa lalu. "Mereka harus datang ke meja perundingan. Perdamaian akan siap bagi mereka, sebuah kesempatan akan siap untuk mereka saat mereka siap menerimanya," kata Kushner yang mendampingi para pejabat Israel pada penerbangan pejabat Israel pertama dari Tel Aviv ke UAE.

Dalam pernyataan bersama, Uni Emirat Arab, Israel dan Amerika Serikat mendesak para pemimpin Palestina untuk kembali berhubungan dengan para pimpinan Israel. Putra mahkota Abu Dhabi sebelumnya menyatakan komitmen UAE atas terbentuknya negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

"Perdamaian adalah pilihan strategis, namun tidak dengan mengorbankan perjuangan Palestina," demikian diberitakan WAM.

Kushner dan penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien memimpin delegasi AS dalam kunjungan yang berlangsung selama dua hari itu. Sementara itu, tim Israel dipimpin oleh penasihat keamanan nasional Meir Ben-Shabbat.

UAE dan Israel akan mendiskusikan kerja sama ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan, dan kebudayaan dalam kunjungan tersebut. "Penerbangan langsung antara kedua negara juga termasuk dalam agenda tersebut," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel kepada stasiun televisi al Arabiya usai mendarat di Abu Dhabi.

Perdana menteri Benjamin Netanyahu menggambarkan kesepakatan untuk hubungan formal dengan negara Arab yang tidak memerlukan penyerahan tanah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967. "Ini akan menjadi perdamaian yang hangat karena akan didasarkan pada kerja sama di bidang ekonomi, dengan ekonomi kewirausahaan seperti kita, dengan kemampuan ekonomi yang luas, dengan keuangan besar yang mencari saluran investasi. "

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement