Selasa 01 Sep 2020 05:42 WIB

Muhaimin: Membaca Pikiran Gus Dur, Membaca Bangsa

PKB peringati haul 11 Gus Dur

 Muhaimin Iskandar.
Foto: DPR
Muhaimin Iskandar.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dewan Pengurus PKB kembali menggelar haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-11 dengan hitungan tahun hijriah. Mantan Presiden dan juga pendiri PKB tersebut Gus Dur itu wafat 14 Muharram 1431 H.

Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar dalam sambutannya secara virtual mengatakan bersyukur ditengah terpaan pandemi Covid-19, PKB masih bisa melaksanakan haul Gus Dur dengan penuh semangat dan penuh keberkahan.

"Membaca sejarah Gus Dur sama dengan membaca sejarah bangsa. Sifat dan karakter Gus Dur harus diresapi, dihayati, diikut dan diamalkan," katanya, Senin (31/8). Acara Hal Gus Dur diawali kegiatan santunan kepada 200 anak yatim dan khataman Al-Quran, pembacaan tahlil dan manaqib Gus Dur.

Muhaimin Iskandar untuk membaca perjalanan hidup Gus Dur bisa didapat dengan kajian tiga tiga episode. Pertama, perjalanan perjuangan Gus Dur. Kedua, perjuangan dan nilai-nilai Gus Dur. Ketiga, sifat dan karakter Gus Dur.

"Kita sebagai bagian dari perjuangan Gus Dur harus siap dengan mental dan karakter Gus Dur, kesederhanaan, kejuhutan, ketidak duniawian.  Gus Dur tidak mengandalkan hidupnya kepada kebendaan duniawi. Gus Dur juga penuh kesabaran, bukan berarti tidak pernah marah. Gus Dur merupakan sosok yang penuh ketelatenan dalam menempuh perjuangan yang rumit, memilih langkah tepat dan strategis.

Selain itu, lanjut MUhaimin, salah satu kemampuan Gus Dur di antara mampu mendengarkan, mengikuti realitas yang ada. Dia pernah melawan realitas. "Gus Dur sabar dengan represi sosial. Beliau justru marah kalau kita tidak memiliki kesabaran itu," kata Muhaimin.

Pada sisi lain, lanjutnya,  Gus Dur tidak pernah konfrontasi secara langsung. Sewaktu,  Gus Dur menjadi Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), NU diserang banyak pihak, NU dibilang lelet, lamban, ketinggalan zaman, kritik itu datang dari perguruan tinggi dan Islam alternatif. Bahkan, banyak tokoh-tokoh NU yang ikut terlibat menjelek-jelekan NU, hanya ingin mendapatkan jabatan dari pemerintah.

"Gus Dur memahami kritik tersebut, realitasnya memang orang-orang NU jauh tertinggal. Namun, Gus Dur tidak pernah sekalipun mencaci, mengkritik. Beliau justru membuat gerakan reformulasi NU dengan mencanangkan kembali ke khitah 1926," tutur Muhaimin Iskandar.

Muhaimin Iskandar meyakini banyak hal yang masih bisa dikaji dari Gus Dur. Baik itu sejarah panjang perjungan Gus Dur, gerakan pemikiran, kajian, keinginan menjadi konseptor pengetahuan. "Semua hal tersebut hari ini kita nikmati betul. Sekalipun hukum masih harus diperjuangkan lagi. Pikiran Gus Dur yang harus menjadi doktrin, walaupun nilai-nilai ajaran Gus Dur ada mabda syiasih dan himne. Dan itu semua harus kita perjuangan bersama. Ujung dari semua ini ketauhidin, kemanusiaan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement